
Dongeng anak pengantar tidur cerita 4 Weki Bebek yang Tak Bisa Berhenti Ngik Ngok – Keunikan bisa jadi kekuatan.
Di sebuah kolam besar bekas galian tambang pasiryang sudah lama di tinggalkan penambang di lereng merapi, hiduplah seekor bebek bernama Weki. Ia lucu, bulunya mengilap, dan jalannya agak miring ke kiri seperti kompas yang ngambek.
Tapi ada satu hal yang bikin semua penghuni rawa geleng-geleng kepala: Weki tak bisa berhenti berbunyi “ngik ngok wekwek wek koak koak” sepanjang hari.
“Ngik ngok wek wek koak koak,” begitu bunyinya dari bangun tidur sampai… ya, bahkan dalam tidur pun kadang ia ngik ngok setiap hari.
Suatu hari, Pipit si burung kecil yang paling cerewet datang dengan keluhan.
“Weki, kamu harus berhenti ngik ngok wek wek! Aku tak bisa tidur siang, bahkan jangkrik pun kabur!”
“Ngik ngok,” jawab Weki tenang. “Aku juga ingin diam, tapi leherku selalu getar sendiri.”
“Sudah periksa ke Dukun Kukuk Si Trenggiling bijak?” tanya Pipit.
“Sudah,” kata Weki. “Katanya aku bukan sakit. Aku… unik, tidak sakit.”
Akhirnya, para hewan mengadakan rapat darurat. Ayam Ruyuk, si ketua kelompok, berdiri di atas tempurung kelapa.
“Kawan-kawan, ini serius. Kalau Weki terus berisik, kita tak bisa fokus menyiapkan Festival Hening Lereng Merapi tahunan. Bahkan Kucing Miu sampai ikut pindah tidur ke atas pohon bambu!, rawa bekas tambang ini sejak dulu belum pernah memenangkan lomba hening ini”.
Miu si kucing menimpali “ Dahulu tempat ini bising oleh suara mesin bego deru dump truck dan ramainya para penambang membikin gaduh dan merusak kenyamanan hutan lereng Merapi hingga merusak cadangan air dan kehidupan warga satwa lereng Merapi.
Begitu sinuwun Sultan HB X bertitah gunung Kembali jadi gunung, penambangan di hentikan kita semua bahagia, ini keheningan yang syahdu akan kita bangun bersama kolam besar ini menjadi asri dan indah Kembali, hingga kita menang festifal di tahun ini, tapi…!”
Baca Dongeng:

Lilo Si Gajah Kecil Yang Ingin Terbang https://sabilulhuda.org/lilo-si-gajah-kecil-yang-ingin-terbang/
Weki mendongak. “Ngik ngok…wek wek koak koak!”
“Tuh, kan!” serentak semua hewan berbisik sambil menutup telinga.
Akhirnya, Weki pun di putuskan untuk “di suruh liburan” sementara. Ia di sarankan jalan-jalan ke ujung rawa untuk mencari tempat yang… tak butuh keheningan.
“Jangan sedih, Weki,” kata Merpati Tukur, sahabatnya. “Siapa tahu kamu menemukan makna dari suara ngik ngok-mu!”
Dengan tas rotan kecil berisi cangkang kece dan sekantung pritilan jagung dan semangat yang setengah-setengah, Weki pun berangkat.
Tapi di tengah perjalanan, ia mendengar suara-suara mencurigakan dari balik semak.
“Ssst! Diam! Kalau dia dengar suara kita, bisa gagal semua!”
Weki berhenti. “Ngik ngokkoak koak eh wek wek wek dulu?”
Sekelompok musang sedang menggali jalan rahasia ke Kolam lereng Merapi! Mereka ingin menyerang saat Festival Hening berlangsung, ketika semua sedang meditasi dan… ya, tidak boleh bersuara.
“Siap-siap pasukan ProMik!” teriak Musang Sangsang sambil membawa peta rawa, Promik adalah gerombolan tikus anakbuah raja tikus Mikoi . “Kita masuk saat matahari condong, takkan ada yang dengar karena semua hewan sedang diem-diem dan banyak yang tidur terlelap!”
Tiba-tiba…
“NGIK NGOK wek wek koak koaaaaaak kakakakk NGIK NGOK!”
“APA ITU?!” jerit Sangsang.
“ITU… ITU SUARA… BEBEK IBLIS ITU LAGI!!” tikus-tikus kabur sambil membawa cangkul dan bakul peta.
Musang Sangsang berusaha bertahan, tapi suara ngik ngok Weki seperti sirene ambulans yang rusak keras, membingungkan, dan muncul dari semak!
Pasukan jahat bubar jalan. Bahkan ular Branang pingsan karena stres suara frekuensi tinggi dari “ngik ngok” Weki.
Keesokan harinya, Weki pulang membawa peta musuh, seikat rumput lempar, dan satu kalimat pemenang:
“Ngik ngok-ku menyelamatkan rawa!”
Sejak saat itu, Festival Hening di ganti menjadi Festival Suara Unik. Weki mendapat gelar Pahlawan Rawa Ngik Ngok, dan ngik ngok-nya bahkan di rekam dan dijadikan nada dering oleh burung Pipit.
Kini, setiap kali Weki ngik ngok, semua akan tepuk tangan dan berkata:
“Untung kamu ngik ngok, Weki!”
Dan Weki, sambil tersenyum lebar, menjawab dengan tenang:
“Ngik ngok.”
Hikmah:
Kadang, yang dianggap aneh atau mengganggu dari diri kita… justru bisa menjadi kekuatan besar yang menyelamatkan dunia. Jadi, jangan buru-buru memadamkan keunikanmu. Siapa tahu, kamu cuma belum menemukan tempat yang tepat untuk bersinar atau… bersuara. Ngik ngok!
Baca Juga: Buku Dongeng Gratis Tersedia di Situs Kemdikbud
Oleh: Izzayumna













