Oleh: Ki Pekathik
Sabilulhuda, Yogyakarta: Tujuh Cahaya Di Dalam Kubur – Setiap insan pasti akan menempuh satu perjalanan yang tak terelakkan: perjalanan menuju alam kubur. Di sanalah manusia tinggal sebelum hari kebangkitan, menanti balasan dari amal yang telah ia tanam selama hidup di dunia. Bagi sebagian orang, kubur menjadi taman dari taman-taman surga.
Namun bagi sebagian lain, ia menjadi lubang dari lubang-lubang neraka. Dalam salah satu hikmah ulama disebutkan bahwa ada tujuh amalan yang dapat membuat kubur seseorang menjadi terang benderang, penuh kedamaian dan cahaya rahmat Allah.
1. Ikhlas dalam Ibadah
Cahaya pertama yang menerangi kubur adalah ikhlas dalam ibadah. Ibadah tanpa keikhlasan bagaikan lampu tanpa minyak; ia mungkin tampak berfungsi, tetapi tidak akan menyala lama. Allah ﷻ berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Padahal mereka tidak diperintah kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Keikhlasan adalah ruh dari segala amal. Ia menjadikan setiap perbuatan bernilai ibadah, bahkan sekecil senyum, sedekah, atau menyingkirkan duri dari jalan. Ketika seseorang beribadah hanya karena Allah, bukan karena riya atau pamrih, maka amal itu akan menjadi cahaya yang menerangi langkahnya, bahkan setelah ia berpisah dari dunia.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَا إِلَى أَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
2. Berbuat Baik kepada Orang Tua
Cahaya kedua adalah berbakti kepada orang tua. Orang tua adalah pintu surga yang nyata di dunia. Ridha mereka adalah ridha Allah, dan murka mereka adalah murka Allah. Barang siapa memperlakukan orang tuanya dengan penuh kasih, maka kuburnya akan diterangi oleh doa-doa mereka yang ikhlas.
Baca Juga:
Rasulullah ﷺ bersabda:
رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
“Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan orang tua.” (HR. Tirmidzi)
Bakti kepada orang tua tidak hanya ketika mereka masih hidup, tetapi juga setelah wafatnya: dengan mendoakan, menunaikan janji-janji mereka, dan menyambung silaturahim dengan sahabat-sahabat mereka. Semua itu menjadi sebab turunnya cahaya dan kedamaian di alam barzakh.
3. Menyambung Silaturahim
Cahaya ketiga datang dari silaturahim. Hubungan yang baik antar keluarga, kerabat, dan sesama manusia adalah bagian dari iman. Silaturahim tidak hanya memperpanjang umur dan melapangkan rezeki, tetapi juga menerangi hati dan kubur seseorang.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah silaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Orang yang memelihara hubungan baik dengan sesama akan meninggalkan jejak cinta yang abadi. Saat jasadnya terbaring di liang lahat, doa-doa dari orang yang pernah ia tolong menjadi pelita yang menerangi kesendiriannya di alam kubur.
4. Tidak Menyia-nyiakan Umur dalam Maksiat
Cahaya keempat berasal dari menjaga umur agar tidak terbuang dalam dosa dan maksiat. Waktu adalah amanah, dan setiap detik akan dimintai pertanggungjawaban. Orang yang menghabiskan umurnya untuk ketaatan akan menuai cahaya di akhirat. Sebaliknya, mereka yang tenggelam dalam dosa akan menanggung kegelapan yang menyesakkan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ… عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ
“Tidak akan bergeser dua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat hal… tentang umurnya, untuk apa ia habiskan.” (HR. Tirmidzi)
Mereka yang mengisi hidupnya dengan amal saleh akan menemukan kembali hasil jerih payahnya dalam bentuk ketenangan di barzakh.
5. Tidak Mengikuti Hawa Nafsu
Cahaya kelima adalah menahan diri dari hawa nafsu. Hawa nafsu adalah musuh tersembunyi dalam diri manusia. Ia menggoda dengan keinginan duniawi, kemarahan, syahwat, dan ambisi yang menyesatkan. Orang yang mampu menundukkannya, sejatinya telah memenangkan peperangan terbesar.
Allah ﷻ berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ، فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ
“Dan adapun orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka surgalah tempat tinggalnya.” (QS. An-Nazi‘at: 40–41)
Baca Juga:
Menahan hawa nafsu bukan berarti menolak dunia, tetapi menempatkan dunia di bawah kendali iman. Orang seperti ini akan memperoleh ketenangan batin semasa hidupnya, dan kelak kuburnya menjadi taman yang sejuk penuh cahaya.
6. Bersungguh-sungguh dalam Ketaatan
Cahaya keenam berasal dari kesungguhan dalam beramal taat. Amal yang dilakukan dengan tekun dan penuh semangat melahirkan keteguhan iman. Orang yang istiqamah dalam kebaikan akan memperoleh pertolongan dan ketenangan di dunia maupun di alam kubur.
Allah ﷻ berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka istiqamah, maka malaikat turun kepada mereka (seraya berkata): ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan kepadamu.’” (QS. Fussilat: 30)
Kesungguhan dalam ketaatan melahirkan cinta Allah, karena Allah mencintai hamba yang terus berjuang meski dalam keterbatasan. Ketika jasadnya telah tiada, semangat taat itu berubah menjadi cahaya yang tak padam di alam kubur.
7. Memperbanyak Dzikir kepada Allah
Cahaya ketujuh dan yang paling agung adalah dzikir kepada Allah. Dzikir adalah napasnya ruh yang menyambung hati manusia kepada Sang Pencipta. Orang yang lisannya senantiasa basah dengan nama Allah akan mendapatkan ketenangan di dunia dan cahaya di alam barzakh.
Rasulullah ﷺ bersabda:
سَبَقَ الْمُفَرِّدُونَ
Para sahabat bertanya, “Siapakah al-mufarridun itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab:
الذَّاكِرُونَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتُ
“ Orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah, baik laki-laki maupun perempuan.”
(HR. Muslim)
Dzikir membersihkan hati dari gelapnya kelalaian. Orang yang hidupnya dipenuhi dzikir akan mati dalam keadaan diingat oleh Allah. Dan barang siapa diingat oleh Allah, maka tidak ada tempat yang gelap baginya, bahkan di liang kubur sekalipun.
Menyiapkan Cahaya Sebelum Gelap Menyapa
Kubur merupakan awal dari kehidupan hakiki. Dunia ini hanyalah ladang tempat menanam benih amal. Barang siapa menanam keikhlasan, bakti, silaturahim, kesucian diri, pengendalian hawa nafsu, kesungguhan taat, dan dzikir, maka ia sedang menanam pelita yang kelak akan menyala di alam kuburnya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ، فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ، وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ
“Sesungguhnya kubur adalah awal dari tahapan akhirat. Jika seseorang selamat darinya, maka setelah itu lebih mudah. Dan jika ia tidak selamat darinya, maka setelah itu akan lebih berat.” (HR. Tirmidzi)
7 Hal yang Membuat Kubur Menjadi Terang, yaitu:
- Ikhlas dalam ibadah.
- Berbuat baik kepada orang tua.
- Menyambung silaturahim.
- Tidak menyia-nyiakan umur dalam perbuatan maksiat.
- Tidak mengikuti hawa nafsu.
- Bersungguh-sungguh dalam perbuatan taat.
- Memperbanyak dzikir kepada Allah.
Maka sebelum malam panjang menjemput, marilah kita menyalakan tujuh cahaya ini dalam hidup kita. Karena sesungguhnya, siapa yang menerangi hatinya dengan iman di dunia, Allah akan menerangi dengan kasih sayang-Nya di akhirat.
Baca Juga: 5 Kegelapan dan 5 Penerangnya















