Tujuan Hidup Manusia Dalam Al-Qur’an: Renungan Islam

Ilustrasi islami tentang tujuan hidup manusia dalam Al-Qur’an dengan seorang pria berdoa mengenakan pakaian putih dan kopiah, dilengkapi kutipan ayat suci dan penjelasan singkat.
Gambar edukatif bernuansa islami yang menampilkan tema renungan tentang tujuan hidup manusia menurut Al-Qur’an, dengan ayat-ayat, terjemahan, dan ilustrasi seorang muslim sedang berdoa.

Tujuan Hidup Manusia Dalam Al-Qur’an: Renungan Islam – Setiap manusia yang lahir ke dunia tentu membawa misi hidup. Namun, seringkali kita terlena dengan urusan dunia, hingga lupa menanyakan kembali: sebenarnya apa tujuan hidup kita?

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam telah menjelaskan dengan sangat jelas arah dan tujuan dari perjalanan hidup manusia.

Ilustrasi islami tentang tujuan hidup manusia dalam Al-Qur’an dengan seorang pria berdoa mengenakan pakaian putih dan kopiah, dilengkapi kutipan ayat suci dan penjelasan singkat.
Gambar edukatif bernuansa islami yang menampilkan tema renungan tentang tujuan hidup manusia menurut Al-Qur’an, dengan ayat-ayat, terjemahan, dan ilustrasi seorang muslim sedang berdoa.

Tujuan Hidup Menjadi Hamba Allah

Allah menegaskan dalam Al-Qur’an, bahwa tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Firman Allah dalam Surah Adz-Dzariyat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Artinya: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”

Ayat ini menjelaskan identitas sejati manusia. Kita bukan hanya sebatas makhluk sosial, pekerja, atau pemilik jabatan. Identitas utama kita adalah hamba Allah. Sebagai hamba, sifat yang melekat pada diri kita adalah tunduk, taat, dan patuh pada perintah-Nya.

Kisah iblis menjadi pelajaran penting. Dahulu ia bernama Azazil, seorang jin yang rajin beribadah dan dihormati para malaikat. Namun, ketika ia menolak untuk sujud kepada Adam karena kesombongan, ia kehilangan identitas kehambaannya.

Dari yang terhormat berubah menjadi makhluk terkutuk bernama Iblis. Hal ini menjadi peringatan bagi manusia, bahwa siapa pun yang enggan tunduk pada Allah akan kehilangan kemuliaan di sisi-Nya.

Menata Kurikulum Hidup

Al-Qur’an mengingatkan agar setiap manusia merencanakan tujuan hidupnya dengan benar. Surah Al-Hasyr ayat 18 menegaskan:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.”

Ayat ini mengajarkan bahwa orang beriman harus menyiapkan kurikulum hidup. Artinya, kita perlu menyusun arah hidup yang jelas: dari masa muda, masa tua, hingga saat kembali kepada Allah.

Jangan sampai hidup kita sibuk mengejar dunia, namun lupa tujuan akhir: bertemu Allah dalam keadaan diridhai.

Baca Juga:

Shalat Sebagai Tanda Kehambaan

Di antara bentuk nyata penghambaan adalah shalat. Shalat bukan sekadar ritual, melainkan tanda bahwa kita mengakui status kita sebagai hamba. Bahkan seluruh nabi yang diutus Allah selalu mengajarkan shalat kepada umatnya.

Nabi Musa diperintahkan shalat ketika menerima wahyu. Nabi Ibrahim memerintahkan keluarganya untuk shalat. Dan Nabi Muhammad ﷺ pun menerima perintah shalat saat beliau dalam status hamba, bukan sebagai nabi atau rasul.

Karena itu, shalat menjadi indikator utama iman seseorang. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa amalan pertama yang dihisab di hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka baik pula amalan yang lain. Namun jika shalatnya rusak, maka rusak pula amalannya.

Sayangnya, banyak orang yang sukses di dunia, kaya raya, terpandang, tapi lalai dari shalat. Padahal, tanpa shalat, semua kesuksesan itu tidak ada nilainya di sisi Allah.

Hidup Hanya Sementara

Renungan terbesar yang harus kita sadari adalah bahwa hidup ini hanya sementara. Dunia hanyalah ladang ujian. Tujuan sejati bukan sekedar jabatan, kekayaan, atau ketenaran.

Semua itu hanya sarana. Tujuan hidup yang sesungguhnya adalah kembali kepada Allah dalam keadaan sebagai hamba yang taat.

Karena itu, mari kita manfaatkan waktu yang tersisa untuk memperbaiki diri. Perbanyak ibadah, luruskan niat, dan tingkatkan kualitas shalat. Bulan Ramadan khususnya menjadi momentum terbaik untuk kembali kepada Allah dengan penuh kesungguhan.

Doa Penutup

Sebagai hamba yang lemah, kita tentu tidak bisa berjalan sendiri tanpa bimbingan Allah. Karena itu, Rasulullah ﷺ mengajarkan doa yang sangat indah untuk dibaca, khususnya di malam Lailatul Qadar:

اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni
Artinya: “Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau mencintai ampunan, maka ampunilah aku”.

Doa ini menjadi pengingat bahwa kita hanyalah hamba yang selalu membutuhkan ampunan dan kasih sayang Allah.

Mari kita tata kembali kurikulum hidup kita agar sejalan dengan petunjuk Al-Qur’an, sehingga kelak kita kembali kepada Allah dalam keadaan sebagai hamba yang diridhai.

Baca Juga: 20 Akhlak Pribadi seorang Guru Menurut KH Hasyim Asy’ari