
(Dongeng dari Jawa Tengah)
Timun Mas dan Raksasa Buto Ijo – Pada zaman dahulu, di sebuah desa yang subur di lereng gunung, hiduplah seorang janda tua bernama Mbok Rondo. Ia tinggal sendirian di gubuk bambu sederhana dan setiap hari pergi ke ladang. Walau hidupnya tenang, Mbok Rondo selalu merasa ada yang kurang: ia tidak memiliki anak.
Suatu sore, ketika sedang duduk di bawah pohon randu sambil menangis pelan, tiba-tiba angin berhembus kencang, dan di depannya muncul sosok tinggi besar dan menyeramkan Buto Ijo, raksasa hijau dari gunung seberang.
“Hei, Mbok Rondo,” suara Buto Ijo menggelegar, “jika kau ingin anak, aku bisa memberimu satu.”
Mbok Rondo ketakutan, tapi ia juga berharap pada mukjizat.
“Namun ada syaratnya,” lanjut sang raksasa. “Jika anak itu sudah berumur enam belas tahun, kau harus menyerahkannya padaku!”
Baca Juga:

Pasukan Lebah Dan Semut Hitam Melawan Gerombolan Ulat Grayak https://sabilulhuda.org/pasukan-lebah-dan-semut-hitam-melawan-gerombolan-ulat-grayak/
Tanpa banyak berpikir dan karena sangat ingin punya anak, Mbok Rondo mengangguk sambil gemetar. Buto Ijo lalu memberikan biji timun dan berkata, “Tanamlah ini. Anakmu akan lahir dari sana.”
Lahirnya Timun Mas
Keesokan harinya, Mbok Rondo menanam biji itu di belakang rumah. Ajaib! Tumbuhlah pohon timun dengan cepat. Di antara buah-buah timun biasa, ada satu timun yang sangat besar dan bersinar keemasan. Saat dipetik dan dibelah, ternyata di dalamnya ada seorang bayi perempuan mungil yang cantik.
Mbok Rondo menamainya Timun Mas, dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Tahun demi tahun berlalu, Timun Mas tumbuh menjadi gadis desa yang cerdas, rajin, dan sangat menyayangi ibunya angkat. Mereka hidup bahagia meski sederhana.
Namun di ulang tahunnya yang ke-16, langit mendadak mendung. Angin berputar kencang. Buto Ijo muncul kembali sambil mengaum:
Buto Ijo Menuntut Janji
“Mbok Rondo! Sudah waktunya aku mengambil Timun Mas!”
Mbok Rondo panik. Ia tak sanggup menyerahkan anak yang sangat dicintainya. Ia lalu membawa Timun Mas diam-diam ke hutan dan memintanya lari sejauh mungkin. Tapi sebelum itu, ia memberikan empat benda pusaka dari pertapa tua di gunung: biji mentimun, jarum, garam, dan terasi.
“Kalau Buto Ijo mengejarmu, gunakan benda-benda ini satu per satu,” pesan Mbok Rondo sambil memeluk Timun Mas dengan air mata.
Timun Mas pun berlari masuk ke hutan, sementara Buto Ijo mengamuk karena merasa ditipu.
“HAAAA! Aku akan mengejarmu sampai ke ujung dunia!” teriaknya, lalu menghentakkan kaki besar dan mulai mengejar.
Timun Mas berlari dan berlari. Tapi suara pohon tumbang dan tanah bergetar menandakan bahwa Buto Ijo semakin dekat.
Pelarian Melalui Alam Ajaib
Ketika ia merasa napasnya hampir habis, ia mengeluarkan benda pertama: biji mentimun. Ia melemparkannya ke tanah.
Tiba-tiba, tumbuhlah hutan mentimun yang rimbun dan penuh sulur. Buto Ijo tersangkut dan susah berjalan. Tapi setelah merobek tanaman itu, ia kembali mengejar.
Timun Mas berlari lagi, kali ini ia melemparkan jarum ke tanah. Dalam sekejap, menjulanglah hutan bambu yang tajam-tajam seperti tombak. Raksasa itu berteriak kesakitan karena kakinya tertusuk, namun ia tetap berhasil menerobos dan terus mengejar.
Kini tinggal dua benda tersisa. Timun Mas melemparkan garam. Tanah yang kering tiba-tiba berubah menjadi laut luas yang asin! Buto Ijo nyaris tenggelam, namun karena tubuhnya besar, ia tetap bisa menyeberang dengan susah payah.
Akhirnya, ketika sudah hampir tertangkap, Timun Mas mengambil benda terakhir: terasi—dan melemparkannya ke tanah.
Boom! Terjadi letusan dahsyat, dan tiba-tiba muncul lumpur panas mendidih! Buto Ijo tercebur dan berteriak:
“Aaaaaarrghhh!!! Panas!!! Tolooong!!!”
Namun lumpur itu terus mendidih dan menelan tubuh sang raksasa sampai ia tenggelam dan tak muncul lagi.
Akhir Bahagia
Timun Mas terduduk lemas di tanah, namun ia tersenyum. Ia selamat.
Dengan langkah pelan, ia kembali ke desa dan memeluk ibunya dengan tangis bahagia. Mereka pun hidup tenteram dan damai. Tanpa lagi dihantui rasa takut, mereka kembali ke ladang, menanam padi, dan berbagi hasil dengan tetangga.
Pesan Moral:
Keberanian dan kecerdikan bisa mengalahkan kekuatan besar.
Kasih sayang orang tua adalah pelindung sejati dalam hidup.
Jangan mudah tergoda janji tanpa memikirkan akibatnya.
Doa Memohon Perlindungan dan Kekuatan Menghadapi Kejahatan
اللَّهُمَّ احْفَظْ أَبْنَاءَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ، وَارْزُقْهُمْ عُقُولًا حَكِيمَةً، وَقُلُوبًا شُجَاعَةً، وَقُوَّةً لِمُوَاجَهَةِ الْبَاطِلِ، وَنَجِّهِمْ مِنْ كَيْدِ الظَّالِمِينَ وَالْفَاسِدِينَ.
Latin:
Allāhumma iḥfaẓ abnā’anā min kulli sharrin, warzuq-hum ‘uqūlan ḥakīmah, wa qulūban shujā‘ah, wa quwwatan limuwājahati al-bāṭil, wa najjihim min kaidi al-ẓālimīn wa al-fāsidīn.
Artinya:
“Ya Allah, lindungilah anak-anak kami dari segala kejahatan. Anugerahkan kepada mereka akal yang bijaksana, hati yang berani, dan kekuatan untuk menghadapi kebatilan. Selamatkan mereka dari tipu daya orang-orang yang zalim dan berbuat kerusakan”.
Baca Juga: Buku Dongeng Gratis Tersedia di Situs Kemdikbud
Oleh: Izzayumna













