Tidak Ada Kata Terlambat Dalam Mendidik Anak

Ilustrasi keluarga bahagia terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak saling berpelukan dengan hangat, menggambarkan pesan bahwa tidak ada kata terlambat dalam mendidik anak.
Kebersamaan dan kasih sayang dalam keluarga menjadi kunci utama dalam mendidik anak, karena setiap hari adalah kesempatan baru untuk memperbaiki dan mencintai.

Sabilulhuda, Yogyakarta: Tidak Ada Kata Terlambat Dalam Mendidik Anak – Dalam perjalanan menjadi orang tua, tidak jarang kita kadang menyesali karena merasa terlambat dalam memahami kebutuhan anaknya.

Mungkin dulu kita belum tahu soal pentingnya bahasa kasih, belum memahami cara berkomunikasi yang tepat, atau merasa sudah kehilangan momen emas dalam tumbuh kembang anak.

Namun, seperti yang sering disampaikan para pakar parenting, tidak ada kata terlambat dalam mendidik anak.

Kesadaran Yang Datang Belakangan Tetap Berharga

Banyak orang tua baru memahami pentingnya masalah sentuhan kasih, pujian, atau perhatian setelah anak mulai beranjak besar. Namun, hal itu bukan berarti semuanya sudah terlambat. Justru saat kesadaran itu datang, itulah awal dari perubahan.

Allah Maha Pemaaf, dan anak-anak pun memiliki hati yang lembut. Ketika orang tua mulai memperbaiki diri dengan tulus, maka cinta itu akan sampai dan tak peduli kapan di mulainya.

Baca Juga:

Kita bisa mulai dengan hal hal yang sederhana dulu. Misalnya dengan memeluk anak, memberi pujian yang tulus, mendengarkan ceritanya tanpa menghakimi, atau meluangkan waktu yang khusus untuknya.

Bahkan dengan permintaan maaf dari orang tua yang tulus bisa menjadi momen penyembuhan yang luar biasa bagi anaknya.

Mengisi Ulang “Baterai Kasih” Anak

Dr. Gary Chapman dalam konsep Five Love Languages menjelaskan bahwa setiap anak memiliki baterai kasih yang perlu kita isi melalui lima bahasa cinta: sentuhan fisik, kata-kata pujian, waktu berkualitas, hadiah, dan pelayanan.

Sebagai orang tua, kita mungkin dulu lebih sering fokus pada kebutuhan fisik, sehingga kita sampai lupa dalam mengisi kebutuhan emosional anak. Namun kabar baiknya, baterai kasih itu bisa kita isi kapan saja.

Jika dulu anak jarang kita puji, kini mulailah dengan kalimat seperti, “Ibu bangga kamu sudah berusaha.”
Jika dulu kita jarang memberikan  hadiah kepada anak, kini berikan sesuatu yang bermakna, tidak harus mahal, asal dari hati.

Dan jika dulu waktu terasa habis untuk pekerjaan, kini luangkan waktu kita untuk bersama anak, walau hanya beberapa menit setiap hari.

Era Berubah, Pola Asuh Pun Perlu Menyesuaikan

Generasi anak sekarang tumbuh di era digital. Mereka membaca Al-Qur’an lewat gawai, belajar lewat video, dan bersosialisasi lewat media sosial. Alih-alih menentang, orang tua perlu memahami karakteristik zaman ini.

Baca Juga:

Kuncinya adalah menghargai era mereka tanpa kehilangan nilai-nilai dasar keluarga.

Gunakan gadget sebagai alat belajar, bukan musuh. Jadilah teladan: ketika waktu salat tiba, letakkan ponsel dan tunjukkan bahwa ibadah lebih utama daripada layar. Karena anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat, bukan dari apa yang mereka dengar.

Tindakan Yang Sederhana Tapi Dampaknya Besar

Perubahan dalam pola asuh tidak perlu kita mulai dengan hal hal yang sulit. Ucapkan “terima kasih” pada pasangan yang telah membantu, tersenyumlah pada anak ketika ia berbuat baik, atau ajak mereka berbicara tanpa nada tinggi. Hal-hal kecil seperti ini justru sering menjadi kunci dalam memperbaiki hubungan keluarga.

Setiap Hari Adalah Kesempatan Baru

Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki hubungan dengan anak. Tidak peduli berapa usia mereka sekarang, tetapi anak kecil, remaja, bahkan yang sudah dewasa, setiap orang tetap membutuhkan cinta dan penghargaan dari orang tuanya.

Maka, jika hari ini kita baru sadar ada yang kurang di masa lalu, bersyukurlah. Karena kesadaran itu adalah tanda bahwa cinta masih hidup, dan kesempatan untuk menjadi orang tua yang lebih baik masih terbuka lebar.

Baca Juga: PRINSIP DALAM MENDIDIK ANAK