Tono menunggu di teras rumah. Ia menanti kedatangan Mak Jenin di kursi depan. Sepekan yang lalu, Mak Jenin mengabari ayah jika hari ini ia berkunjung ke rumah. Sudah satu jam ia menunggu, hingga ia ketiduran di kursi.
Tono sangat senang jika Mak Jenin berkunjung ke rumahnya, karena Mak Jenin selalu menceritakan tentang penjajahan tempo dulu. Selain itu, mak Jenin juga sering mengajak berteka-teki dengan Tono.
“Assalamu’alaikum” Terdengar salam dengan suara renta. Tono langsung terbangun dari tidurnya.
“Wa’alaikumussalam” Raut muka Tono girang melihat Mak Jenin yang tengah membawa beberapa oleh-oleh dari kota seberang. Tidak lama kemudian, Tono memeluk Mak Jenin dan membantu membawakan barang bawaannya.
“Mak! Mak! Mak Jenin sudah datang Mak!” Teriak Tono dengan suara lantangnya. Keluarlah Emak dari dalam rumah. Emak langsung mengalami Mak Jenin dan mereka saling berpelukan. Tidak lama kemudian, mereka masuk ke dalam rumah.
“Ton, kasih tahu Ayahmu ya! Kalo Mak Jenin sudah datang!” Pinta Emak pada Tono.
“Siap Mak” Dengan sigap, Tono langsung menuju ke sawah.
Beberapa menit kemudian Tono dan Ayah sampai di rumah. Ayah girang melihat Mak Jenin. Sudah tiga tahun yang lalu mereka tidak bertemu.
Oh iya, Mak Jenin adalah kakak Ayah. Mereka selisih 23 tahun. Mak Jenin sudah menganggap Ayah sebagai anaknya. Mak jenin hidup sebatang kara, suaminya sudah meninggal 30 tahun yang lalu dan kedua anaknya meninggal sejak 13 tahun yang lalu karena peristiwa penculikan.
Malam pun tiba, saatnya Mak Jenin menceritakan kisah di zaman dahulu. Tono paling senang jika Mak Jenin bercerita tentang masa kecilnya. Katanya, dulu Ayah pernah terjebur di sungai hanya karena sepasang sendal yang tertinggal di tepi sungai. Ia juga bercerita tentang peristiwa G30SPKI pada kala itu. Beberapa cerita yang pernah Mak Jenin ceritakan pada Tono yaitu G30SPKI, masa kecil Mak Jenin, masa kecil Ayah, peristiwa lahirnya Tono, dan lain-lain. Dan diakhir cerita, ia selalu memberi teka-teki. Seperti malam itu, saat Mak Jenin usai menceritakan kisah perjuangan para pemuda dahulu dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia ia memberikan Tono satu teka-teki baru.
“Apa harta yang sangat, sangat dan sangat berharga di negeri ini?“
“Generasi muda yang beradab dan berilmu.” Jawab Tono setelah Kira-kira lima menit ia berpikir.
Ternyata jawaban itu benar. Selang beberapa menit, mereka terlelap. Sungguh Mak Jenin adalah tamu emas yang selalu menyempatkan bercerita, berteka-teki, dan mengajak bermain mainan zaman dahulu dengan Tono. Tidak dipungkiri jika Tono sudah dianggap cucu oleh Mak Jenin.***
(Nisa L)











