Sobat Pengiring Hijrah

Sinar mentari mulai terpancar dari Ufuk Timur. Hembusan angin sepoy-sepoy semakin terasa mengelikitik badan dan menggoyangkan dedaunan di pepohonan. Namun lihatlah ada seorang gadis yang sedang duduk termenung sendiri diantara hembusan angin yang semakin membawa ia jauh dari angan-angan pikirannya.

Detik demi detik telah ia lewati hanya dengan khayalannya seiring dengan hembusan angin berlalu. Dia seorang gadis mungil berparas cantik, berambut panjang berwarna hitam yang memiliki lesung pipit dikanan yang begitu manis saat ia tersenyum . Dia adalah Raiya Alisya yang sering dipanggil Aya. Aya merasakan kegundahan yang begitu membingungkan antara hati dan pikirannya yang belum ia pahami mana yang harus dipilih. Dengan menyendiri dan diam dia berharap akan ada jawaban dari pertanyaan hatinya itu.

Detik demi detik berganti menit, menit demi menit berganti jam, Aya terus terbawa oleh khayalnya pikirannya yang penuh gejolak. Namun tiba-tiba datang seorang gadis berparas cantik bermuka oval memakai gamis dan berjilbab warna mint, berpawakan tinggi semampai, berkulit putih yang begitu sangat anggun dia adalah Khuimayah Anantha yang sering dipanggil Umay. Dia merupakan sahabat Aya yang begitu dekat dengannya walaupun baru mengenal hanya 2 tahun ini. Dia lebih tua dari Aya dan yang selalu memberi semangat.

Umay : “Ada apa ndo kok kamu melamun di sini sendirian lagi..?” (Tanya Umay sambil menepuk pundak Aya dengan penuh penasaran apa yang terjadi padanya, sambil perlahan-lahan duduk di samping kanannya )

Aya : “Eh….oh mba Umay sejak kapan di sini?” (Aya dengan rasa kagetnya yang heran ternyata di sampingnya sudah ada Umay yang duduk sambil menatapinya )

Umay : “Eh malah balik tanya, kamu kenapa Ndo kok di sini termenung sendirian kelihatannya lagi banyak pikiran ya? coba ayo cerita ke mba mungkin mba bisa kasih solusi.” (Umay memandang mata Aya dan memegang tangan Aya untuk meyakinkan Aya supaya dia mau bercerita kegundahan hatinya)

Aya : “Ah mba tahu saja mba sebenarnya aku galau, bingung, bimbang pokoknya campur aduk deh. A… ak… aku ingin berhijrah mengenakan hijab dan berpakaian yang sesuai ajaran agama kita mba, tapi aku malu terus takut nanti aku dicibir sok alim, dan orang-orang akan menjauhiku. Apa yang harus aku lakukan mba?” (Aya menundukkan kepalanya dan menghela nafasnya dalam-dalam sambil memegang erat tangan sahabatnya dengan harapan dia bisa memberi keyakinan untuknya)

Umay : “Subhanalah Ndo.. ndo lihat mata mba itu bagus banget kalau kamu mau berhijrah, tapi mb tanya kamu hijrah demi siapa?” (Tanya Umay ke Aya dengan lembut)

Aya : “Aya ingin berjilbab demi memperbaiki imanku kepada Allah mba dan bisa menjadi kekasih Allah yang baik, tapi mba aku belum bisa apa-apa bacaan Al-Qur’anku belum bagus, ilmu tentang keagamaanku jauh dari kata baik apalagi sempurna mba. Aku takut untuk melangkah ditambah nanti pasti banyak cibiran orang-orang tentang perubahanku…” (Jawab Aya menjelaskan pertanyaan Umay, dengan rasa tak karuan dan mata yang berkaca-kaca)

Umay : “Ndo… ndo niatmu itu bagus jangan kamu ragukan lagi, jangan tunda lagi segeralah kamu lakukan. Begini masalah bacaan kamu atau ilmu-ilmu agama yang belum kamu bisa itu semua adalah proses dimana saat kamu mau memulai niatmu itu untuk berhijrah. Dengan proses yang awalnya memperbaiki cara berpakaian kamu, tingkah laku kamu, pasti seiring waktu kamu bisa asalkan mau belajar ndo. Semua itu hanya butuh proses. Lihatlah diluar sana yang dikata hijaber, mereka juga lagi berproses memperbaiki diri. Mereka tidak langsung bisa ilmu-ilmu agama mereka pun memiliki masa lalu yang bermacam-macam sebelum berhijab, tapi mereka mampu berubah karena mereka yakin atas perubahannya itu baik dan mereka mau berproses dari yang terkecil dulu untuk memulai menambah ketakwaannya kepada Allah ndo. Lihatlah ndo aku bersamamu dan selalu mendukungmu…” (Jawab Umay meyakinkan Aya supaya ia tidak takut untuk melangkahkan niat baiknya itu)

Aya : “Iya mba Umay makasih atas semuanya. Makasih telah memberiku perubahan demi menjadi yang terbaik untukku…” (tetesan air mata mengalir membasahi pipi Aya sambil memeluk Umay yang begitu mendukungnya)

Umay : “Sudah… sudah jangan menangis ah nanti cantiknya luntur loh… Sana cuci muka ikut mba yuk nanti mba liatin hutan pinus yang indah…” (jawab Umay menghibur Aya supaya suasana menjadi ceria lagi)

Selang beberapa menit Umay menunggu akhirnya Aya keluar dan sudah siap untuk pergi menuju hutan pinus. Mereka pun bersiap mengendarai sepeda motornya untuk segera meluncur menuju ke tempat pariwisata hutan pinus.

Detik demi detik berjalan tak terasa ternyata sebentar lagi mereka akan sampai di tempat, di sekeliling jalannya begitu indah banyak tumbuhan-tumbuhan hijau yang masih alami, udara yang menyejukkan, dan terdapat tebing-tebing berbatuan yang menambah ke elokan suasana alamnya. Dan akhirannya perjalanpun berakhir saatnya menikmati keindahan hutan pinus yang begitu apik tertata dan alam yang sejuk. Umay dan Aya segera turun dari sepeda motor dan melanjutkan berjalan kaki menuju hutan pinus itu. Sesampai diatas sungguh indah pemandangannya terasa damai bisa bersatu dengan alam yang begitu masih alami terjaga.

Umay : “Ndo indah bukan pemandangan pohon pinus ini..” (Tanya Umay ke Aya)

Aya : “Iya mba. Aku sangat menyukainya indah… pohon pinusnya juga bagus tertata rapi…”

Umay : “iya ndo memang bagus, tapi lihatlah pohon pinus itu batang kayu yang berdiri tegak lurus menjulang tinggi dan jarang ada yang bengkok, dan daunnya tetap hijau kan..cobalah kamu belajar hidup seperti pohon pinus itu ya ndo…” (Ucap Umay sambil menatap Aya yang sedang memandangi pohon pinus di sekelilingnya )

Aya : “Ah mba Umay. Aku belum paham maksud perkataan mba Umay. Apa maksudnya mba..?” (Jawab Aya penuh dengan rasa penasaran dari maksud perkataan Umay)

Umay : “Maksudnya begini belajar dari pohon pinus itu. lihatlah batang kayu pinus itu lurus menjulang tinggi dan jarang ada yang bengkok dan bercabang maka artinya itu layaknya seseorang yang memiliki pendirian yang kuat, tujuan dan pandangan hidup yang lurus, tidak mudah berpuas diri atas apa yang ia capai. Namun ia tetap terus menggapai cita-cita setinggi-tingginya, dan ia tetap kokoh pada pendiriannya tanpa terhambat liku-liku dan tanpa menghiraukan dengan banyaknya tawaran hidup. Hidup yang ia jalani tidak berbeda namun tetap semangat sepanjang usianya. Selama masih dalam keadaan hidup , tidak mengenal musim dan tak terikat waktu (umur) muda ataupun tua daun pinus tetap hijau. Kamu pahamkah ndo..kamu harus bisa yakin dengan dirimu jangan takut mengambil perubahan jika itu baik dampaknya pada hidupmu ndo.”

Aya : “Iya mba .. makasih sekali lagi atas pengalaman yang mba berikan hari ini, yang menunjukkanku tuk tetap melangkah maju tanpa rasa takut selagi itu baik.”

Akhirnya dengan seiring berjalannya waktu, Aya pun mantap untuk melakukan hijrahnya. Ia melangkah dengan pasti dan tegak diatas kedua kakinya dan terus melangkah menuju keridhoan Allah, walaupun banyak cibiran dibelakang. Aya tetap tegak pada pendiriannya dan keyakinannya. Dan cibiran-cibiran itu dijadikan sebagai tongak supaya dirinya mampu bersabar, ikhlas dalam menjalani hidup menuju yang lebih baik dan bisa menjadi baik dipandangkan Allah.

Pesan : Jangan takut dan malu memulai berhijrah, yakinlah bahwa Allah menyertaimu. Biarkanlah orang-orang yang mencibirmu jadikanlah itu sebagai tongak senjatamu untuk tetap maju bersabar, ikhlas dalam mencapai keridhoan Allah. Karena cibiran itu adalah proses untuk mendewasakanmu menjadi lebih dewasa dalam menghadapi dunia ini untuk bisa lebih maju.

(Yuni)

Artikel yang Direkomendasikan