Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Artinya seluruh anak-anak santri PP/PA Sabilul Huda sudah waktunya untuk istirahat. Namun, malam itu masih ada sebagian anak-anak perempuan yang belum tidur karena masih menyelesaikan tugas mereka, yaitu piket memasak untuk sarapan anak-anak besok pagi.

“Alhamdulillah, akhirnya sebentar lagi  selesai juga kita masaknya ma.” Ujar Sulis  kepada Rahma sambil mengaduk sayuran.

“Iya lis..bisa langsung rebahan ini nanti, seharian ini  rasanya capeekkk bangett Lis, tadi pagi nyuci baju terus piket belanja, terus nyapu aula, terus bantu masak siang terus sorenya ngaji terus malamnya kita jurnalistik terus sekarang kita masak.huahhh.” keluh Rahma bak sepur lewat tanpa henti.

“Haha..sabar ma..sabar.. insya Allah lelah kita semua di sini menjadi berkah.” Sahut  Sulis menenangkan.

Ketika keduanya tengah berbincang, tiba-tiba Amida (santri kecil) menghampiri menyela perbincangan mereka.

“Mbak Rahma..ayo mbak, jadi nggak?”

“Jadi apanya mid ?” Tanya Rahma heran.

“Tadi kan mbak Rahma sudah janji.”

“Iya apa sih mid..kamu tiba-tiba datang ngomong janji, janji apa? Emang mbak Rahma janji apa sama kamu?” Jawab Rahma sedikit nge-gas dan kesal.

“Itu lho yang bikin nasi goreng.” Jawab Amida mengingatkan.

“Owalah itu..kan mbak Rahma bilangnya kalau sudah longgar, ini nggak lihat kamu? Mbak Rahma lagi ngapain?” Jawab Rahma masih dengan nada kesal.

“Sudah mid, besok-besok saja bikin nasi goreng nya, kasian mbak Rahma capek banget hari ini. Sudah sana, masuk kamar istirahat saja mid.” Timpal Sulis.

Tanpa menjawab, Amida langsung pergi sambil menghentak-hentakkan kakinya (bug..bug..bug) karena kesal keinginan nya tidak terpenuhi.

Rahma dan Sulis akhirnya telah selesai memasak. Keduanya pun segera membereskan peralatan dan membersihkan diri. Kemudian mereka masuk ke kamar masing-masing.

Ketika Rahma memasuki kamar nya. Ia melihat Amida yang ternyata masih belum tidur dan terlihat sedang melamun.

“Kenapa mid, kog masih belum tidur? Kamu marah sama mbak Rahma, kamu kesal, kamu jengkel? Iyaa..???” Ucap Rahma tiba-tiba.

Amida pun hanya terdiam tidak menimpali ucapan mbak Rahma.

Tampaknya Rahma masih  kesal karena efek lelah dan ditambah melihat tingkahnya Amida yang sedang merajuk.

“Terserah lah mid, kalau kamu marah sama mbak Rahma hanya karena nggak jadi bikin nasi goreng. Mbak Rahma capek, terserah kalau kamu masih kesal nggak ngertiin mbak Rahma! Terserah juga kalau kamu mau melamun terus sampai pagi. Sudah, mbak Rahma mau istirahat!” Cerocos Rahma sambil menutup mukanya dengan selimut.

Amida pun masih berdiam diri. Beberapa menit kemudian Amida menulis sesuatu di kertas, seperti sedang mencurahkan segala isi hatinya disecarik kertas tersebut.

Keesokan harinya….

Rahma terbangun dari tidurnya, berjalan menuju pintu hendak keluar. Ketika akan membuka pintu, tiba-tiba Rahma tertegun.

“MBAK RAHMA, AKU MINTA MAAF YA MBAK…tadi malam aku itu nggak marah sama mbak Rahma kog… TAPI AKU LAPARRR MBAK.”

Rupanya ada  sebuah tulisan yang ditempelkan di papan pintu. Dan itu merupakan curahan hati amida semalam.***

( Athanshine )

Artikel yang Direkomendasikan