RENUNGAN AKHIR PEKAN – Hikmah / Bijak

Sabtu, 5 November 2016‎
PA sabilul huda jakal km 17 sukunan, pakem sleman DIY

 

Suatu hari, para sahabat sedang duduk-duduk di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

“Wahai Rasulullah, celaka aku,” kata orang itu dengan suara yang cukup keras hingga didengar para sahabat.

“Apa yang terjadi padamu?” tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

“Aku menjima’ istriku di siang hari, padahal aku sedang puasa” tuturnya dengan nada takut.

“Apakah engkau memiliki seorang budak yang dapat kau merdekakan?” tanya Rasulullah. Memerdekakan budak merupakan kafarah bagi orang yang berhubungan suami istri di siang hari pada bulan Ramadhan.

“Kami tidak punya ya Rasulullah”

“Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Ini merupakan kafarah level kedua. Jika orang yang berhubungan di siang hari pada bulan Ramadhan tidak mampu memerdekakan budak, maka ia diwajibkan puasa dua bulan berturut-turut.

“Tidak,” jawab orang tersebut. Logikanya, untuk Ramadhan yang hanya satu bulan saja ia tidak kuat menahan syahwat, bagaimana jadinya jika ia berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Ia keberatan dan yakin tidak dapat menunaikannya.

“Apakah engkau bisa memberi makan kepada 60 orang miskin?” Ini merupakan kafarah level ketiga. Jika orang yang berhubungan di siang hari pada bulan Ramadhan tidak mampu memerdekakan budak, juga tidak mampu menunaikan puasa selama dua bulan berturut-turut, maka ia diwajibkan memberi makan 60 fakir miskin. Mirip seperti fidyah pengganti atas puasa dua bulan berturut-turut tersebut.

“Tidak mampu ya Rasulullah,” lagi-lagi demikian jawaban laki-laki itu. Ketika mengisahkan kisah yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya ini,‎

Mendengar jawaban tidak tidak tidak itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diam sejenak. Dalam kondisi itu, datanglah seseorang yang memberi hadiah kepada Rasulullah berupa satu wadah kurma.

“Di mana orang yang bertanya tadi?” tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

“Ya, aku ya Rasulullah,” jawab laki-laki itu yang masih menunggu keputusan Rasulullah.

“Ambillah kurma ini dan bersedekahlah dengannya” sabda Nabi sambil menyerahkan kurma tersebut.

“Apakah akan aku berikan kepada orang yang lebih miskin dariku, wahai Rasulullah? Demi Allah, tidak ada yang lebih miskin di ujung timur hingga ujung barat kota Madinah dari keluargaku.”, ternyata laki-laki tersebut paling miskin di daerahnya.

Mendengar itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tertawa hingga gigi taring beliau kelihatan. “Kalau begitu, berikanlah kurma ini pada keluargamu.”

Masya Allah… Demikianlah keadilan Islam, demikianlah kebijaksanaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah tidak serta merta memerintahkan laki-laki tersebut memerdekakan budak, tetapi bertanya dulu untuk mengetahui kemampuannya. Rasulullah juga tidak marah meskipun laki-laki tersebut melanggar larangan Allah. Islam benar-benar indah. “Laa yukallifullahu nafsan illa wus’ahaa”

Siapa yang mengatakan Islam itu sulit, sesungguhnya ia telah keliru. Siapa yang mengatakan syariat Islam itu keras dan kejam, sungguh ia telah keliru.

Laki-laki tersebut juga menjadi contoh salah satu kemuliaan zaman sahabat. Ia menghadap Rasulullah untuk meminta solusi atas masalahnya. Ia tahu ia bersalah, namun ketakutannya akan kesalahan dan harapannya atas taubat menjadikan ia begitu mulia.

CP Prawoto Agung: Hp / WA 081328002838

Indahnya berbagi dg anak2 yatim, path, terlantar dan dhuafa, smg Alloh juga membagi2 KEINDAHAN NYA u kita semua dg RAHMAT dan RAHIM NYA

Artikel yang Direkomendasikan