
Renungan 5: Pijakan Spiritual di Tengah Kerapuhan Manusia – Manusia secara fitrah adalah makhluk yang lemah dan penuh keterbatasan. Ia selalu bergantung pada sesuatu yang lebih besar darinya baik untuk perlindungan, ketenangan, maupun harapan.
Tak jarang, perhatian dan penerimaan manusia menjadi tujuan utama, padahal perhatian makhluk itu sendiri terbatas dan fana. Yang Maha Memberi Perhatian adalah Allah ﷻ, Dzat yang Maha Melihat dan Maha Mengabulkan doa.
Allah yang Maha Dekat Dan Maha Mendengar
Salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya adalah kedekatan-Nya yang bersifat mutlak. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 186, Allah ﷻ berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah): Sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
(QS. Al-Baqarah: 186)
Ayat ini menyampaikan dua pesan mendalam: pertama, kedekatan Allah yang langsung dan tidak membutuhkan perantara; kedua, respons Allah kepada permohonan hamba yang sungguh-sungguh beriman dan mematuhi-Nya.
Baca Juga:

Renungan 4: Mulut Dikunci di Hari Pengadilan Realitas Kebenaran https://sabilulhuda.org/renungan-4-mulut-dikunci-di-hari-pengadilan-realitas-kebenaran/
Ketundukan Dan Pengharapan sebagai Inti Ibadah
Berharap pada rahmat Allah adalah inti dari rasa ubudiyyah (penghambaan). Karena seseorang yang meyakini bahwa hanya Allah yang bisa memberi ketenangan dan keselamatan.
Maka ia akan cenderung untuk bersandar dan kembali kepada-Nya dalam keadaan apapun. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menyatakan, “Sesungguhnya pengharapan (raja’) adalah satu dari tiga pilar utama ibadah, bersama dengan rasa takut (khauf) dan cinta (mahabbah).”
Hati yang Bersih dan Kesadaran Ketuhanan
Seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ:
“Apa yang dimaksud hati yang bersih (suci)?”
Beliau ﷺ menjawab:
“هُوَ الَّذِي يَعْلَمُ أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ مَعَهُ حَيْثُمَا كَانَ”
“Yaitu seseorang yang mengetahui bahwa Allah ‘Azza wa Jalla selalu bersamanya di mana saja dia berada.”
(HR. Thabarani dalam Al-Mu’jam Ash-Shaghir, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah no. 1046)
Hadits ini menekankan pentingnya kesadaran ruhani bahwa rahmat Allah tidak pernah jauh dari hamba-Nya. Ketika seseorang menyadari bahwa ia selalu dalam pengawasan dan perlindungan Allah, maka hati akan menjadi tenang dan bersih dari keputusasaan.
Mengapa Sering Mengharap Perhatian Manusia?
Kecenderungan manusia untuk mencari perhatian sesama merupakan cerminan dari keinginan untuk diakui, dihargai, dan dicintai. Namun ini bisa menjadi jebakan spiritual apabila menjadi tujuan utama dalam beramal.
Dalam Al-Qur’an, Allah ﷻ menyindir sikap riya’ yang dilandasi oleh dorongan ingin dipuji manusia, padahal amal seharusnya ditujukan hanya kepada-Nya.
Allah ﷻ berfirman:
يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلٗا
“(Orang munafik) berbuat ria kepada manusia dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.”
(QS. An-Nisa: 142)
Hal ini menjadi isyarat agar pengharapan utama kita di alihkan dari makhluk kepada Al-Khaliq.
Tanda-Tanda Orang yang Mengharap Rahmat Allah
Orang yang benar-benar berharap rahmat Allah memiliki beberapa ciri:
Selalu berbaik sangka kepada Allah, bahkan dalam ujian.
Konsisten dalam berdoa, meski jawaban belum tampak.
Lebih memilih ridha Allah daripada pujian manusia.
Mengutamakan amal ikhlas dan menjauhi riya’.
Harapan Bukan Berarti Lengah
Pengharapan kepada rahmat Allah bukan berarti kita santai atau bermalas-malasan dalam ketaatan. Justru harapan sejati selalu di sertai amal nyata yang membuktikan rasa cinta dan tunduk kepada perintah-Nya.
Allah ﷻ berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱلَّذِينَ هَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أُوْلَـٰٓئِكَ يَرۡجُونَ رَحۡمَتَ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Baqarah: 218)
Ayat ini menegaskan bahwa harapan terhadap rahmat-Nya harus di buktikan dengan keimanan, perjuangan, dan pengorbanan.
Doa
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ يَرْجُو رَحْمَتَكَ، وَيَخَافُ عَذَابَكَ، وَيَسْتَعِينُ بِكَ فِي كُلِّ أَمْرٍ، وَيُخْلِصُ لَكَ فِي كُلِّ عَمَلٍ، وَارْزُقْنَا قَلْبًا سَلِيمًا، وَنَفْسًا مُطْمَئِنَّةً، وَثَبِّتْنَا بِالْإِيمَانِ وَالْيَقِينِ، وَاجْعَلْ خَاتِمَتَنَا حُسْنَ الْخَاتِمَةِ، آمِينَ.
Artinya:
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mengharapkan rahmat-Mu, yang takut akan azab-Mu, yang memohon pertolongan hanya kepada-Mu dalam segala urusan, yang ikhlas dalam setiap amal. Anugerahkanlah kepada kami hati yang bersih, jiwa yang tenang, teguhkan kami dalam keimanan dan keyakinan, dan jadikan akhir kehidupan kami sebagai akhir yang baik. Aamiin.”
Baca Juga: Qunut Nazilah di Tengah Wabah
Oleh: Ki Pekathik













