Rahasia Hidup Damai Tanpa Dendam Menurut Islam

Seorang pria Muslim berdoa dengan khusyuk di bawah sinar matahari sore, melambangkan ketenangan dan kedamaian walau disakiti.
Hidup tenang dan damai walau disakiti, dengan hati yang sabar dan pasrah kepada Allah.

Rahasia Hidup Damai Tanpa Dendam Menurut Islam – Setiap manusia pasti pernah mengalami yang namanya disakiti. Bisa jadi lewat dari ucapan, sikap, bahkan bisa juga dengan perlakuan yang tidak adil dari orang lain. Rasa sakit itu sering menimbulkan amarah, dendam, dan keinginan untuk membalas.

Namun, Islam telah mengajarkan kepada kita jalan yang lebih indah yaitu: tetap tenang, damai, dan menyerahkan segalanya urusanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Seorang pria Muslim berdoa dengan khusyuk di bawah sinar matahari sore, melambangkan ketenangan dan kedamaian walau disakiti.
Hidup tenang dan damai walau disakiti, dengan hati yang sabar dan pasrah kepada Allah.

Inilah yang disebut dengan sifat mukhbitin, yaitu orang-orang yang tawadhu, sabar, dan pasrah kepada Allah ketika mereka terzalimi. Mereka tidak membalas keburukan dengan keburukan, melainkan mereka menahan diri dan justru membalas dengan kebaikan.

Siapa Itu Mukhbitin?

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT memuji orang-orang mukhbitin. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang rendah hati, sabar, dan lapang dada. Sifat utama dari mukhbitin adalah ketika mereka di sakiti, mereka tidak terbawa amarah. Namun sebaliknya, mereka kemudian menyerahkan urusan itu kepada Allah.

Mereka yakin bahwa setiap kezaliman yang diterima pasti akan menjadi tabungan pahala di akhirat. Inilah yang membuat mereka tetap damai, meskipun berada di dalam tekanan.

Menahan Amarah, Kunci Kedamaian

Amarah adalah sesuatu yang wajar. Namun, jika tidak di kendalikan, ia bisa saja meledak dan dapat menimbulkan kerusakan. Dengan marah maka mata akan memerah, mulut mengucap kata kasar, bahkan tangan bisa memukul. Rasulullah ﷺ mengajarkan agar kita mampu menahan amarah.

Bukan hanya menahan, tapi juga melatih diri untuk memaafkan. Memaafkan bukan berarti kita lemah, melainkan sebagai tanda bahwa hati kita lebih kuat daripada rasa sakit yang di timbulkan akibat orang lain.

Imam Hasan Al-Bashri pernah di caci oleh seseorang. Alih-alih beliau marah, beliau malah justru menghadiahkan kurma terbaik kepada orang itu. Mengapa? Karena beliau meyakini bahwa orang yang mencaci sebenarnya sedang memberikan hadiah pahala.

Baca Juga:

Ilustrasi islami tentang tujuan hidup manusia dalam Al-Qur’an dengan seorang pria berdoa mengenakan pakaian putih dan kopiah, dilengkapi kutipan ayat suci dan penjelasan singkat.

Tujuan Hidup Manusia Dalam Al-Qur’an: Renungan Islam https://sabilulhuda.org/tujuan-hidup-manusia-dalam-al-quran-renungan-islam/

Balas Dengan Kebaikan

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

اِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ

Artinya: “Tolaklah keburukan dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan akan menjadi seolah-olah teman yang sangat setia.” (QS. Fussilat: 34)

Inilah rahasia terbesar ketika kita hidup dalam kedamaian. Saat kita membalas keburukan dengan senyum, dengan doa, dengan kebaikan, justru hati kita menjadi lapang. Bahkan sering kali musuh berubah menjadi sahabat karib.

Membalas dengan keburukan hanya akan memperpanjang rantai dendam. Tapi membalas dengan kebaikan adalah cara memutus lingkaran itu sekaligus juga dapat mendatangkan ketenangan batin.

Tenang karena Dekat Dengan Allah

Ketenangan orang mukhbitin bukanlah kepura-puraan. Itu lahir karena kedekatan mereka dengan Allah. Hati mereka mudah bergetar ketika nama Allah itu di sebut. Mereka rajin menegakkan salat, menjadikan ibadah sebagai sumber ketenangan, dan gemar berbagi rezeki dengan sesama.

Senyum mereka bukan sebatas hanya basa-basi saja. Tetapi Itu adalah sebagai tanda hati yang bersih, yang tidak menyimpan dendam. Senyum seorang mukmin bisa menjadi penyejuk bagi orang yang mencintainya, sekaligus menjadi tamparan halus bagi yang membencinya.

Hidup Damai, Hati Lapang

Orang yang hidup di penuhi dendam dan kebencian akan selalu merasa sempit, meski berada di tempat yang luas. Hidupnya menjadi gelisah, tidak pernah merasa cukup, bahkan selalu curiga kepada orang lain.

Sebaliknya, orang yang lapang hati akan terasa tenang, seakan-akan tidak pernah di ganggu oleh siapa pun. Padahal, sebenarnya ia sering kali di sakiti, hanya saja ia tidak merasa terusik karena hatinya sudah menyerahkan semuanya kepada Allah.

Hidup ini terlalu singkat jika di habiskan dengan amarah dan dendam. Lebih indah jika di jalani dengan ketenangan, kesabaran, dan kedamaian. Jadilah bagian dari orang-orang mukhbitin: rendah hati, sabar, dan selalu pasrah kepada Allah.

Dengan begitu, kita tidak hanya mendapat ketentraman di dunia, tetapi juga kabar gembira berupa kebahagiaan abadi di akhirat.

“Hidup tetap tenang dan damai walau disakiti, karena sejatinya semua sudah Allah siapkan balasannya. Tugas kita hanya bersabar dan terus berbuat baik.”

Baca Juga: 20 Akhlak Pribadi seorang Guru Menurut KH Hasyim Asy’ari