
Mimpi Maisaroh
Maisaroh terpaku, sosok tersebut wajah dan bajunya seperti yang dilihat dalam foto. Sosok Anisa yang menampakkan diri kepadanya.
“Kamu … Kamu si…siapa?” Maisaroh bertanya dengan gemetar.
Akan tetapi, tidak ada jawaban, sosok tersebut hanya sekilas menampakkan diri. Sosok Anisa adik Bayu yang sudah meninggal dunia. Maisaroh ingat jika Anisa sudah meninggal. Namun, dia tidak takut.
Ingatannya kembali terbayang pada mobilnya yang menimpa makam keluarga Bayu termasuk makam Anisa.
“Anak itu … kenapa mirip dengan Alisa? Apakah ini hanya kebetulan saja, gak mungkin ini hanya kebetulan.” Maisaroh menggeleng-gelengkan kepalanya.
Bahkan tanpa terasa dia melangkah mencari sosok Anisa kecil. Wajah sampai nama juga mirip dengan Alisa. Sementara Maisaroh baru pertama kali itu berkunjung ke rumah Nenek Lastri. Tidak ada hubungan saudara sama sekali.
“Nak … kemarilah, Anisa Kamu dimana? Kenapa Kamu bilang begitu?” Maisaroh memanggil nama Anisa, tapi tak ada sahutan sama sekali.
Maisaroh pun kembali mengulang memanggil nama Anisa. Bahkan, dengan suara yang lebih keras. Tidak peduli waktu sudah dini hari menjelang subuh.
“Anisa…”
Suara Maisaroh memanggil nama Anisa membuat Burhan kaget. Mendapati istrinya yang sedang tidur menyebut nama Anisa beberapa kali.
“Bu … bangun, Kamu kenapa memanggil nama Anisa? Apakah Kamu mimpi memanggil Alisa anak kita? Tapi, aku dengar tadi Kamu menyebut nama Anisa bukan Alisa!” Burhan membangunkan Maisaroh dan langsung menghujani dengan pertanyaan.
Maisaroh membuka mata, dia masih setengah sadar. Napasnya memburu seperti habis berlari jauh. Pertanyaan Burhan belum bisa dijawab.
“Bu … Kamu cerita apa mimpi apa?” tanya Burhan.
“Anisa…” jawab Maisaroh pelan.
Baca Juga:

Qorin (Cerbung Misteri) Bab 5 https://sabilulhuda.org/burhan-maisaroh-cocok-dengan-bayu/
Kesadaran Maisaroh mulai kembali, mimpi yang dialami seakan nyata. Dia pun ingat cerita Alisa anaknya yang mimpi ditemui sosok wanita.
Intinya sama, melarang hubungan dengan Bayu diteruskan. Namun, Maisaroh tidak tahu apa alasan Anisa dan sosok wanita yang menemui Alisa dalam mimpi melarang hubungan dengan Bayu.
Pesan Anisa
“Kenapa Anisa? Anisa adik bayu atau siapa maksdunya?” tanya Burhan agak bingung dengan ucapan Maisaroh istrinya.
“Dia, Anisa mengatakan jika Alisa tidak boleh menikah dengan Bayu,” jawab Maisaroh.
“Hah … Kamu mimpi ditemui sosok Anisa?” tanya Burhan.
“Bukan sekadar mimpi, bahkan seperti nyata. Anak itu—” Ucapan Maisaroh terhenti.
Terlihat ada butiran bening menetes dari mata Maisaroh. Burhan heran, kenapa Maisaroh sampai menangis.
“Kamu sedih karena hubungan Alisa dengan Bayu ada rintangan?” tanya Burhan.
“Entahlah Pak, apa yang sebenarnya terjadi. Apakah sosok wanita yang menemui Alisa dalam mimpi adalah Anisa juga?” Maisaroh balik bertanya kepada Burhan.
“Kenapa memangnya? Sayangnya Alisa tidak cerita, sosok yang mendatanginya lewat mimpi seperti apa,” jawab Burhan.
“Kenapa mimpi Alisa dan mimpiku isinya sama. Melarang Alisa berhubungan dengan Bayu?” tanya Maisaroh.
Burhan pun ikut bingung, sesuatu yang diluar nalar. Namun, dialami sendiri. Mulai dari pembicaraan dengan Alisa, mobilnya yang secara misterius masuk ke pemakaman hingga mimpi Maisaroh istrinya.
“Apa Kamu teringat ucapan Alisa, lalu terbawa dalam mimpimu?” tanya Burhan.
“Tidak sama sekali, pikiranku justru sedang fokus pada kejadian mobil kita tadi, bukan pada Alisa,” jawab Maisaroh.
Jawaban Maisaroh sangat logis, karena kejadian sebelumnya sangat membebani pikirannya juga. Mobil yang dikendarai tiba-tiba berada di atas makam keluarga Bayu.
Kategori Mimpi Maisaroh
“Sudah menjelang subuh, ini termasuk mimpi puspo tajem,” batin Burhan.
Kepercayaan Burhan akan kategori mimpi menurut waktu. Disaat terbangun dari mimpi di pagi hari, disebut puspo tajem.
Mimpi yang sering kali menjadi suatu pertanda, bukan hanya mimpi bunga tidur semata.
“Sudah menjelang subuh dan mimpi yang realete dengan mimpi Alisa. Apakah ini pertanda jika hubungan Alisa dengan Bayu dilanjutkan tidak baik, tapi kenapa?” Terjadi perdebatan batin pada diri Burhan.
Bayu dan Neneknya Lastri begitu baik, tidak menuntut apapun saat tahu makam keluarga bayu tertimpa mobilnya. Bahkan dengan ramah menyambut mereka dan mempersilakan menginap. Lalu kenapa Maisaroh dan Alisa mimpi dilarang melanjutkan hubungan Alisa dan bayu?
Berbagai pertanyaan muncul dalam diri Burhan. Suami istri itu tidak dapat tidur, mereka menunggu adzan subuh berkumandang.
Mereka akan pulang ke rumah meskipun harus menggunakan angkutan umum jika mobilnya tidak bisa digunakan.
…
Pagi Hari di Rumah Bayu
Pagi hari, Bayu sudah menyiapkan sarapan untuk semuanya. Terlihat begitu hormat dan sayangnya Bayu kepada Neneknya Lastri.
Memang wajar, karena Bayu hanya tinggal bersama Neneknya. Setelah kedua orang tua dan adiknya meninggal.
“Pak Burhan dan Bu Maisaroh, mari sarapan dulu,” kata Bayu.
“Masya Allah, Nak Bayu biasa masak sendiri?” kata Maisaroh.
“Iya Bu, siapa lagi kan hanya tinggal berdua sama Nenek,” jawab Bayu.
“Kenapa jadi merepotkan, sebenarnya kami mau langsung pamit. Ingin melihat keadaan mobil saya,” kata Burhan.
“Tidak repot Pak, keseharian saya memang seperti ini,” sahut Bayu.
“Anak ini selain baik juga rajin, aku heran kenapa Alisa dan istriku mengalami mimpi buruk seperti itu? Apa yang salah dengan Bayu ini, sepertinya dia sangat baik,” kata Burhan dalam hati.
Penilaian Burhan Pada Bayu
Untuk menghormati tuan rumah, Burhan dan Maisaroh pun ikut sarapan bersama mereka. hidangan yang di sajikan hanya sederhana. Namun, Burhan dan Maisaroh mengakui jika Bayu pandai memasak. Takaran bumbu dan lainnya pas di lidah mereka.
“Jarang lelaki mau apalagi pandai memasak seperti Nak Bayu,” kata Burhan.
“Biasa saja Pak, karena keadaan mau bagaimana lagi. Untuk cari pembantu juga gak mungkin, harus mengeluarkan uang tambahan,” jawab Bayu.
“Kalau kamu mau menikah gapapa, Bayu. Nenek bisa kok hidup sendiri kalau Kamu tinggal bersama istrimu,” kata Nenek lastri.
“Masih lama Nek, cari yang mau tinggal bersama nenek kalau bisa,” jawab Bayu.
“Jangan pikirin Nenek, masa depanmu lebih penting,” jawab Nenek Lastri.
“Gak Nek, Nenek lebih penting. Hanya tinggal Nenek keluarga Bayu, calon istri Bayu harus mau tinggal bersama Nenek,” kata Bayu.
“Jangan, sayang rumah kita yang di sana,” kata nenek Lastri.
“Sudah ada calon, Nak Bayu?” tanya Burhan.
Spontan Burhan bertanya karena penasaran dengan Bayu.
“Belum Pak, ada sih yang dekat dengan Bayu. Namun, masih ragu karena kondisi Bayu seperti ini,” jawab Bayu.
“Memangnya seperti apa?” tanya Lanjut Burhan.
“Pak, kenapa bertanya begitu? Kasihan Nak Bayu itu kan urusan pribadinya!” seru Maisaroh.
“Bukan begitu Bu, Bapak hanya ingin tahu kenapa Nak Bayu seperti minder. Padahal dia baik kan, sudah ada pekerjaan juga,” jawab Burhan.
Maisaroh diam, tapi dia khawatir jika sampai Burhan suaminya keceplosan menyebut Lisa anaknya.
Bayangan sosok Anisa masih terlintas. Ucapannya yang melarang Alisa menikah dengan Bayu. Apalagi, Alisa juga bermimpi yang sama.
“Gapapa Bu, bukan rahasia juga kok. Sebenarnya saya ini memang mendekati seorang gadis. Boleh di bilang pacaran lah, tapi—” Ucapan Bayu tidak di lanjutkan.
“Tapi kenapa Nak?” tanya Burhan penasaran.
“Apa merasa kurang cocok?” sahut Maisaroh yang ikut penasaran dengan Bayu.
“Gak Bu, bukan itu. Sebenarnya kami sudah cocok, hanya ada satu hal yang membuat saya ragu,” kata bayu.
“Bersabarlah Bayu, jika memang jodoh pasti akan ada jalan!” Nenek Lastri ikut memberi nasehat pada Bayu.
Bayu Seorang Penulis
Burhan dan Maisaroh justru semakin penasaran. Ucapan Bayu dan Neneknya seperti menutupi sesuatu. Kemudian Burhan pun tak tahan untuk meminta penjelasan.
“Maaf Nak Bayu, bukan mau ikut campur. Apa tidak mendapat restu orang tuanya?” tanya Burhan, memastikan jika Bayu yang di hadapannya adalah Bayu yang di sebut oleh Alisa.
“Bukan Pak, ketemu orang tuanya juga belum pernah,” jawab Bayu.
“Oh, terus kenapa ragu?” Burhan hampir keceplosan menanyakan nama gadis yang di maksud untuk memastikan. Namun, khawatir Maisaroh kaget jika Bayu menyebut nama pacarnya adalah Alisa.
“Ini, pengalaman pribadi saya Pak. Mungkin gak masuk akal, tapi ini real saya alami,” kata Bayu.
“Oh gitu, kalau rahasia jangan di jawab. Saya hanya penasaran saja,” jawab Burhan.
“Tidak Pak, sebenarnya saya juga mau meminta tolong pada Pak Burhan,” kata Bayu.
“Katakan saja, semoga saya bisa membantu,” jawab Burhan.
“Pak Burhan bilang mau menemui Kyai Usman. Apakah boleh saya ikut, karena belum tahu tempatnya mau berangkat sendiri,” jawab Bayu.
“Hanya itu saja? Boleh dong, tapi ada apa mau menemui Kyai Usman?” tanya balik Burhan.
“Saya ini punya kerja sambilan, menulis cerita Pak. Kebetulan menulis kisah cinta saya, tapi—” Bayu berat untuk melanjutkan cerita.
“Tapi kenapa, kan bagus ada kegiatan produktif begitu,” kata Burhan.
Bayu menarik napas panjang, lalu kembali melanjutkan ceritanya. Pada saat Bayu sedang menuliskan kisah asmaranya. Saat sudah resmi berpacaran, Bayu merasa ngantuk berat dan tertidur sesaat. Ketika bangun dan melihat layar monitor Bayu terkejut.
Dibawah tulisan yang baru saja di ketik tersebut ada tulisan lain yang bukan hasil ketikannya. Bahkan, tulisan tersebut font nya lebih besar dan di bold bertuliskan.
“Dia Bukan Jodohmu, jauhi dia sekarang juga”
Burhan dan Maisaroh terperanjat, sungguh sebuah kejadian yang sangat di luar nalar. Namun, mereka masih belum mengerti, apa sebabnya hal itu terjadi.
…
Baca: Ayat-ayat Cinta