Sabilulhuda, Yogyakarta – Alisa gelisah, cobaan demi cobaan beruntun harus dihadapinya. Dari hubungan asmara dengan Bayu yang ternyata kakak kandungnya sendiri. Pertukaran bayi dirinya, Anisa, dan Arsyita yang penuh dengan misteri. Hingga perjalanan supranatural yang membuat psikologinya semakin terpuruk.
Pertemuan pandangan mata dengan Hanan seakan memberi sebuah harapan. Di mana Alisa seperti menemukan sosok lelaki pengganti Bayu di hatinya. Namun, ada keraguan pada Alisa, takut hanya sebuah halusinasi saja. Sementara Hanan sendiri juga berharap dapat mengisi hati Alisa.
Arsyita dan Bayu: Pernikahan yang Penuh Bayangan Masa Lalu
“Arsyita… Kamu kenapa? Tenangkan dirimu, sebentar lagi kita akan menikah!” seru Bayu.
Ucapan Bayu membuat Arsyita tertegun. Dia seakan baru sadar apa yang telah terjadi selama ini. Sepintas, Arsyita ingat bagaimana Bayu dulu sangat mencintai Alisa. Lebih memilih Alisa daripada dirinya, meski ternyata Alisa adalah adik kandung Bayu sendiri.
Saat Arsyita melamun, tiba-tiba saja ada sesuatu yang kembali menguasai tubuhnya. Kemudian dengan spontan Arsyita berteriak.
“Tidak… aku bukan milikmu Bayu…!”
Suara Arsyita melengking dan tubuhnya kembali mengejang.
Baca Juga: Qorin Bab 54: SERANGAN GHAIB PADA HANAN
Teror Gaib di Rumah Burhan
“Mundurlah Bayu… itu bukan Arsyita. Tampaknya mereka masih belum sepenuhnya mau pergi dari rumah ini,” kata Kyai Rasyid.
“Anak itu tak akan jadi milik siapa pun… dia adalah calon wadal yang akan membangkitkan kembali Tantra yang lama terkubur.”
Sebuah suara terdengar menggema, membuat penghuni rumah Burhan kembali tegang.
“Narpati!” seru Hanan yang hafal dengan suara itu.
Namun, Hanan tidak tahu di mana keberadaan Narpati. Hanya suaranya saja yang terdengar dan membuat suasana kembali hening.
Suara dari Segala Arah
Suara itu menggema dari segala arah, bukan dari satu titik yang bisa ditunjuk. Seolah dinding rumah Burhan, atap yang retak, dan lantai yang berdebu ikut menjadi corong gaib yang menyuarakan ancaman.
“Narpati…” ulang Hanan, rahangnya mengeras.
“Jangan terpancing. Dia ingin memecah konsentrasi kita,” ucap Kyai Rasyid dengan suara rendah namun tegas.
Tubuh Arsyita masih kejang. Matanya terbelalak, putihnya mendominasi, sementara dari sudut bibirnya menetes air liur bercampur darah tipis. Maisaroh menangis tertahan di sudut ruangan, dipeluk Burhan yang wajahnya pucat pasi. Alisa berdiri kaku, dadanya naik turun tak beraturan.
Baca Juga: Qorin Bab 53: Arsyita Kerasukan & Rahasia Besar Terbongkar
Takdir, Darah, dan Niat yang Menyatu
“Kalian terlambat… Ikatan sudah terbentuk. Darah, waktu, dan niat telah menyatu. Tidak ada yang bisa membatalkan takdir ini.”
“Takdir tidak pernah berpihak pada kesesatan,” jawab Kyai Rasyid tenang.
Tawa dingin menggema. Lampu berkedip lalu padam. Hanya cahaya lilin yang tersisa. Bayangan di dinding menari liar, membentuk sosok-sosok aneh yang seakan menonton dengan penuh minat.
Pertahanan Terakhir Kyai Rasyid
“Diam!” Hanan melangkah maju.
“Kau tidak punya hak atas mereka!”
Angin dingin berhembus kencang. Tubuh Hanan terdorong mundur. Kyai Rasyid berdiri di depan Hanan, melantunkan ayat-ayat suci. Setiap lafadz seolah membentuk dinding tak kasatmata.
Baca Juga: Qorin Bab 52: TEROR DI RUMAH BURHAN PINTU GAIB TERBUKA
Pengakuan Maisaroh dan Runtuhnya Kekuatan Gelap
“Kalau memang aku harus kehilanganmu lagi, biarlah. Tapi aku tidak akan menyerahkanmu pada kejahatan!”
Tubuh Arsyita tersentak hebat, lalu terkulai lemas. Alisa menjerit kecil dan memeluknya. Suara Narpati mendesis penuh amarah.
Lantai rumah bergetar. Retakan melebar. Debu berjatuhan.
“Cukup sampai di sini,” kata Kyai Rasyid lantang. “Pergilah!”
Ayat-ayat kembali mengalun. Tekanan gaib perlahan mengendur. Suara tawa berubah menjadi jeritan marah yang menjauh.
Setelah Teror: Tenang yang Rapuh
Sunyi.
Hanya suara napas terengah dan isak tangis Maisaroh yang tersisa.
“Sementara aman,” kata Kyai Rasyid pelan. “Tapi mereka belum sepenuhnya pergi.”
Hanan menatap Alisa. Ketika mata mereka bertemu, waktu seolah berhenti sejenak.
“Kenapa… kenapa aku merasa tenang melihatnya?” batin Alisa.
Baca Juga: Qorin (Cerbung Misteri Bab 51)
Kebangkitan Kembali yang Tak Terelakkan
Arsyita membuka mata perlahan.
“Mas Bayu… aku tidak ingin ini semua.”
“Kita akan menikah. Kamu tidak sendirian,” jawab Bayu.
Namun tubuh Arsyita kembali menegang.
“Aku bukan milikmu, Bayu…!”
Suara berat kembali menggema.
“Anak itu bukan untuk siapa pun… Dia adalah calon wadal.”
Baca Juga: CERITA HOROR – MISTERI RUMAH TUA
Menuju Titik Pengorbanan
“Kita sudah masuk fase yang lebih berbahaya,” ucap Kyai Rasyid serius.
“Yang mereka incar bukan sekadar tubuh… tapi keputusan.”
Dalam hati Hanan, satu hal menjadi semakin jelas.
Perjuangan ini belum mendekati akhir.
Pilihan yang akan diambil selanjutnya akan menentukan siapa yang selamat, dan siapa yang harus dikorbankan.





