Qorin Bab 53: Arsyita Kerasukan & Rahasia Besar Terbongkar

Qorin (Cerbung Misteri)
Qorin (Cerbung Misteri)

Sabilulhuda, Yogyakarta – Teriakan Arsyita membuat semua yang ada di ruang tengah membeku. Alisa terdiam mematung, sementara Bayu spontan berdiri dan memasang posisi waspada. Suara gemuruh di atap rumah Burhan semakin kuat, seperti ada ratusan tangan tak terlihat yang menarik genteng dan kasau kayu dari luar.

“Apa maksudmu, Syit…?” tanya Alisa dengan suara gemetar.

Namun sebelum Arsyita mampu menjawab, hawa dingin menyapu seluruh ruangan. Angin kencang berputar seperti pusaran kecil di tengah rumah, membuat taplak meja tersingkap dan foto-foto di dinding jatuh berantakan.

Maisaroh memeluk suaminya, wajahnya pucat pasi.
“Bur… Burhan… ini lebih parah dari yang kemarin…”

Burhan tak mampu bicara. Ia hanya memegang tasbih yang sejak tadi bergetar di tangannya seperti ditarik oleh sesuatu dari alam lain.

Nenek Lastri, yang biasanya tegar, kali ini menutup mulutnya sambil menahan jeritan.
“Ini kerjaan Narpati… Dia mencari salah satu dari kalian… entah Arsyita… atau Alisa…”

Munculnya Kekuatan Gelap

Dinding bagian timur rumah Burhan tiba-tiba retak panjang, memanjang seperti akar pohon yang tumbuh cepat. Dari celah retakan itu, keluar asap hitam pekat, berputar seperti ular asap yang mencari mangsa.

Arsyita menjerit dan mundur beberapa langkah.
“Itu… itu sama seperti mimpi buruk yang selama ini aku lihat!”

Asap itu berdesis, lalu membentuk siluet wajah tua—wajah salah satu penjaga astral Bhairawa Tantra yang dipanggil Narpati dalam ritual Maithuna modern.

Makhluk itu mendesis:
“A…rsyi… Ta…
A…li… Sa…”

Bayu maju satu langkah, menghadang keduanya.
“Kalau mau seseorang—ambil aku saja!”

Makhluk itu tertawa.
“Keturunan laki-laki tidak diperlukan… hanya pembawa jalan…”

Baca Juga:

Kyai Rasyid dan Hanan

Di tengah hutan, Kyai Rasyid dan Hanan duduk bersila. Cahaya merah di kejauhan semakin terang.

“Hanan… cepat kuatkan hatimu. Mereka sudah memanggil Brahma Rudra,” kata Kyai Rasyid.

Hanan gelisah. “Kyai… gangguan di rumah Arsyita pasti semakin parah…”

“Lebih dari itu,” jawab Kyai. “Mereka sedang mencoba menarik salah satu jiwa ke pusat upacara.”

Hanan mengingat Alisa. “Tidak, Kyai. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi.”

Keduanya mulai melafalkan doa. Cahaya merah mulai berkedut, tanda ritual Narpati mulai terusik.

Kembali ke Rumah Burhan

Asap hitam berubah menjadi lengan-lengan tipis merayap ke arah Arsyita dan Alisa.

“LARI!” teriak Bayu sambil menarik Alisa.

Namun Arsyita tetap terpaku.
“Sejak tadi siang aku terus mendengar suara… bilang aku… aku yang mereka cari…”

Alisa memeluknya.
“Tapi kita tetap keluarga! Kita saling jaga!”

Makhluk itu berteriak:
“SATU DARI KALIAN… HARUS DATANG!”

Cahaya putih dari arah Kyai Rasyid menembus atap. Asap hitam menjerit dan mundur.

Saat keadaan mulai membaik, Arsyita berhenti menangis. Matanya berubah putih seluruhnya.

“Syit?” panggil Alisa.

Suara berat keluar:
“PERMULAAN SUDAH DIMULAI…
DAN SALAH SATU DARI KALIAN SUDAH TERPILIH.”

Baca Cerita Selengkapnya

Rahasia yang Menghancurkan

Angin berputar keras. Lampu berayun. Tiba-tiba Arsyita bergerak tidak manusiawi.

“KALIAN SEMUA SUDAH TERLAMBAT…”

“Dua anak perempuan kelahiran Kliwon sebelum Asar… salah satunya harus kembali pada kami…”

Bayu berteriak, “Siapa kamu sebenarnya!?”

“Aku… pelayan Bhairawa… penyambung lidah Narpati…”

Maisaroh terduduk. Burhan memeluknya.

“Tiga bayi yang lahir pada hari itu…
Satu untuk dikaburkan…
Satu untuk dikorbankan…
Satu untuk dibangkitkan…”

Alisa memegang bahu Arsyita. “Sadarlah!”

Namun tubuh Arsyita terangkat dari lantai.

“Aku lah yang mereka cari…”

Burhan menjerit. “Tidak! Kamu anakku!”

“Kamu hanya dipakai untuk memeliharaku. Anak kandungmu disembunyikan… karena dia lahir pada waktu yang salah.”

Maisaroh menangis. “Lalu siapa anak kandungku!?”

“Dia… masih hidup… di sini…”

Semua menoleh.

Pandangan itu jatuh pada Alisa.

“Anak kandung Burhan dan Maisaroh… bukan aku… tapi dia… ALISA… yang lahir dua jam sebelum Anisa.”

Suasana hancur.
Alisa terkejut.
Burhan lemas.
Maisaroh menangis histeris.
Bayu memeluk Alisa.

Arsyita melanjutkan:
“Yang Narpati incar… bukan hanya satu… melainkan keduanya. Karena darah kalian… sama.”

Tubuh Arsyita terlempar ke dinding. Lampu padam. Gelap.

Baca Juga: CERITA HOROR – MISTERI RUMAH TUA

Kyai Rasyid Tersentak

Kyai Rasyid terengah di tengah hutan.
“Makhluk itu masuk ke tubuh Arsyita… lalu mengungkap rahasia besar.”

Hanan mengepalkan tangan.
“Alisa… Arsyita… kalian dalam bahaya besar…”

Suara itu keluar dari lisan Hanan, seolah ada peringatan yang tak terlihat.

Bersambung…