
Pertempuran di Negeri Seribu Lorong – Di sebuah hutan yang rimbun dan teduh, tersembunyi sebuah kerajaan kecil di dalam tanah. Namanya Negeri Seribu Lorong, yaitu sebuah sarang semut yang luas dan rumit seperti labirin.
Negeri ini dihuni oleh ribuan semut pekerja, prajurit, perawat telur, hingga sang ratu yang bijaksana, Ratu Kumba.
Setiap hari, negeri ini ramai dengan aktivitas. Semut-semut bekerja sama tanpa henti: ada yang mencari makanan, ada yang menjaga pintu lorong, ada yang merawat telur dan anak-anak semut, dan ada pula yang berlatih bela diri sebagai pasukan penjaga sarang.
Di balik kedamaian itu, ada ancaman yang diam-diam mendekat: pasukan rayap raksasa dari Tanah Lapuk. Tubuh mereka besar-besar, rahangnya kuat seperti alat pemotong baja, dan jumlah mereka tak kalah banyak.
Seekor rayap mata-mata telah melihat betapa makmurnya Negeri Seribu Lorong. Ia lalu melapor kepada panglima rayap, Komandan Geraguk, yang terkenal tamak.
“Tempat mereka penuh makanan dan hangat, Tuan. Sarangnya dalam dan luas. Kita harus kuasai!” lapor mata-mata rayap.
Maka, pasukan rayap yang besar pun mulai menyusun rencana penyerangan.
Hari yang Menggetarkan
Pada suatu pagi penjaga lorong terluar bernama Semot, seekor semut muda namun cerdas, menangkap getaran-getaran aneh.
Baca Juga:

Sajadah Sahabat! Kisah Persahabatan Dua Anak Santri https://sabilulhuda.org/sajadah-sahabat-kisah-persahabatan-dua-anak-santri/
“Ini bukan gempa biasa,” bisik Semot. “Ini… langkah kaki musuh!”
Ia segera meniup tanduk sinyal panjang tiga kali. Itu adalah kode bahaya. Semua semut berhenti bekerja dan berlari ke pos masing-masing. Sirene daun yang ditiup semut penjaga berbunyi dari ujung ke ujung sarang. Pasukan siaga!
Ratu Kumba mengumpulkan para jenderal semut di ruang akar tua.
“Kita kecil. Tubuh mereka lebih besar berkali-kali lipat. Tapi kita punya satu kekuatan yang mereka tidak miliki: kerjasama dan koordinasi!”
Semua semut mengangguk tegas.
Strategi Rapi Pasukan Semut
Jenderal Hitam, pemimpin pasukan tempur, segera membagi tugas:
1. Pasukan Gerilya akan menyebar di terowongan kecil, memancing rayap masuk ke dalam perangkap.
2. Pasukan Lumpur akan menutup lorong utama rayap dengan tanah becek agar langkah mereka melambat.
3. Pasukan Penusuk—semut dengan rahang tajam—akan menyerang kaki rayap dari bawah secara berkelompok.
4. Pasukan Penjebak menyiapkan kantung tanah rapuh yang bisa dijatuhkan ke arah rayap dari atas terowongan.
Semua bergerak tanpa gaduh. Tak ada yang membantah. Tak ada yang bekerja sendiri. Bahkan anak-anak semut membantu membawa daun dan tetes embun sebagai persediaan untuk prajurit.
Serangan Dimulai
Saat matahari tepat di tengah langit, rayap-rayap datang. Jumlah mereka luar biasa. Tubuh mereka tinggi, kuat, dan penuh liur yang lengket.
“Hancurkan sarang semut! Ambil ratu mereka!” teriak Komandan Geraguk.
Rayap-rayap menerobos dengan kekuatan besar. Namun tiba-tiba—
KRAKK!!
Terowongan lumpur jebakan runtuh!
DUUUGG!!
Rayap terbesar terperosok ke dalam lubang perangkap yang di samarkan daun.
Semut-semut kecil seperti badai berlarian di bawah tubuh rayap, menusuk kaki mereka dari arah yang tak di duga. Mereka menyerang bersama-sama, sepuluh lawan satu. Rayap yang terjatuh langsung di keroyok dari segala arah.
“Jangan menyerang sendiri! Serbu dengan formasi!” teriak Komandan Jenderal Hitam.
Pasukan Penusuk bekerja dalam pola segitiga. Satu semut menggigit, dua lainnya menarik rayap agar kehilangan keseimbangan.
Rayap bingung. Mereka terlalu besar untuk lorong-lorong kecil, dan kekuatan mereka jadi tak berguna di ruang sempit.
Persatuan yang Mengalahkan Kekuatan
Komandan Geraguk murka.
“Mereka cuma semut-semut kecil! Mengapa kalian bisa kalah?!”
Ia sendiri menerobos masuk lorong utama. Tapi lorong itu… palsu!
BRUKKK! Komandan Geraguk terperosok ke ruang jebakan yang di penuhi lem alami dari daun dan liur semut.
Di situlah ia di tangkap oleh pasukan elit semut, termasuk Semot yang memimpin dari depan.
“Kau salah, Geraguk,” kata Semot dengan tenang. “Kami kecil, tapi kami bersatu. Itulah kekuatan kami.”
Rayap-rayap yang melihat komandan mereka tertangkap mulai panik. Mereka kabur keluar terowongan dan berserakan di hutan.
Pasukan semut tidak mengejar. Mereka hanya berdiri di gerbang sarang, menatap langit sore yang mulai cerah.
Kemenangan yang Manis
Hari itu, Negeri Seribu Lorong berhasil di selamatkan.
Ratu Kumba menyampaikan pidato di ruang tengah:
“Tubuh kita kecil. Tapi hati kita besar. Karena kerjasama, kita tak terkalahkan. Karena persatuan, kita kuat. Tak ada semut yang lebih penting dari semut lainnya. Kita semua satu keluarga!”
Semua semut bersorak. Mereka tak merasa sombong. Mereka tahu, kemenangan itu bukan karena kekuatan, melainkan karena kerja sama, kedisiplinan, dan saling percaya.
Semot, si penjaga muda, kini di jadikan kepala penjaga utama. Tapi ia tetap rendah hati.
“Aku hanya melakukan tugasku. Yang hebat adalah kita semua. Karena tanpa kalian, aku hanyalah seekor semut kecil di tengah hutan yang luas.”
Kerjasama, koordinasi, dan persatuan jauh lebih kuat daripada kekuatan fisik semata. Seperti semut-semut kecil yang bersatu bisa mengalahkan rayap-rayap besar, kita pun akan menjadi luar biasa jika saling membantu, percaya, dan tidak egois.
Kemenangan tidak datang dari siapa yang paling kuat, tapi dari siapa yang paling kompak dan setia satu sama lain.
Baca Juga: Buku Dongeng Gratis Tersedia di Situs Kemdikbud
Oleh: Izzayumna