Orang Yang Paling Merugi Di Dunia Menurut Islam – Setiap manusia pastinya mendambakan yang namanya kebahagiaan. Ada yang mengejar kekayaan, jabatan, popularitas, atau kenyamanan hidup di dunia ini. Namun, pernahkah kita merenung: “apakah semua itu akan benar-benar kita bawa ketika ajal menjemput”?
Islam sudah mengajarkan bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Setelah kematian, maka kita akan memasuki fase baru yang disebut alam barzakh sebelum menuju ke akhirat. Di sinilah letak renungan itu penting: “siapa sebenarnya orang yang paling merugi di dunia”?

Hidup Untuk Dunia Saja
Banyak orang yang berpikir, “Hidup ini hanya sekali, jadi nikmati sepuasnya.” Kalimat semacam ini sudah ada sejak zaman jahiliyah 15 abad yang lalu.
Mereka meyakini bahwa setelah mati maka tidak ada lagi yang namanya kehidupan. Karena itu, mereka hidup dengan sesuka hati, tanpa peduli halal dan haramnya.
Padahal, keyakinan itu jelas keliru. Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa kehidupan setelah mati adalah nyata.
Jika seseorang hanya berfokus pada dunia, bekerja keras hanya untuk menumpuk harta, menikmati kesenangan, namun lupa berbekal untuk akhirat, maka dialah orang yang paling merugi.
Mobil mewah, rumah megah, emas, jabatan, semuanya itu akan tertinggal saat kita meninggal. Bahkan pakaian terbaik sekalipun tidak akan kita pakai di liang kubur.
Kita hanya dibungkus dengan kain kafan yang sederhana, harganya pun sangat murah. Maka semua apa yang dibanggakan di dunia ini akan hancur dan tidak lagi berguna.
Baca Juga:

Hal Yang Melalaikan Di Dunia Hingga Menyebabkan Siksa Kubur https://sabilulhuda.org/hal-yang-melalaikan-di-dunia-hingga-menyebabkan-siksa-kubur/
Perjalanan Menuju Alam Kubur
Kematian bukanlah akhir dari perjalanan hidup seseorang, melainkan sebagai pintu untuk menuju kepada kehidupan yang lebih panjang.
Mulai dari alam dunia, lalu kita pindah ke alam barzakh (kubur), kemudian menuju akhirat. Dan pada setiap alam memiliki aturan dan bekalnya masing-masing.
Seperti seseorang yang sedang bepergian ke luar negeri, ia tak bisa menggunakan mata uang yang lama. Begitu juga ketika mereka pindah ke alam kubur, maka bekal duniawi tak akan lagi berlaku.
Tetapi yang akan menemani hanyalah amal yang shalih seperti shalat, sedekah, doa, dan ibadah lain yang ikhlas karena Allah.
Makanya orang yang lalai, yang sibuk dengan dunia hingga lupa menyiapkan bekal akhirat, mereka akan menghadapi rasa penyesalan. Mungkin di dunia ia tampak sukses, tetapi di hadapan Allah, ia termasuk orang orang yang merugi.
Bekal Sejati Adalah Amal Shalih
Islam mengajarkan bahwa amal shalih adalah bekal terbaik. Shalat, misalnya, bukan hanya menjadi sebuah kewajiban, tapi juga sebagai latihan untuk menenangkan jiwa kita (tuma’ninah).
Jiwa yang tenang inilah yang kelak akan dipanggil oleh Allah dengan lembut:
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Q.S. Al-Fajr 27-30)
Seorang ibu yang tulus merawat anaknya, seorang ayah yang bekerja halal untuk keluarganya, serta para pelajar yang menuntut ilmu karena Allah. Semua itu akan tercatat sebagai amal shalih. Inilah investasi abadi yang tidak akan sia-sia.
Renungan Kita Dan Ummat Islam
Allah memberikan kpada kita kesempatan hidup di dunia ini bukan untuk selamanya, melainkan untuk mempersiapkan perjalanan yang panjang setelah kematian. Maka orang yang cerdas adalah mereka yang sadar bahwa dunia ini hanyalah persinggahan, sementara akhirat adalah tujuan utamanya.
Rugi besarlah orang yang menghabiskan hidupnya hanya untuk dunia, tanpa menyiapkan bekal untuk akhirat. Sebaliknya, beruntunglah orang yang menyeimbangkan keduanya: sukses di dunia, namun tetap menjadikan akhirat sebagai tujuan utama.
Mari kita renungkan doa indah dalam Al-Qur’an:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Allah, berikanlah kami kebaikan di dunia, kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka.”
Baca Juga: Integritas: Fondasi Kinerja di Kementerian Keuangan