Muhammad Bin Maslamah RA

Muhammad bin Maslamah RA merupakan seorang Anshar dari Suku Aus. Ketika seorang pimpinan Yahudi bernama Ka’b bin Asyraf sering menghasut dan menyakiti kaum muslimin, Rasulullah SAW memutuskan agar ia dibunuh, beliau SAW bersabda, “Siapakah yang siap membunuh Ka’b bin Asyraf, sungguh ia telah menyakiti Allah dan RasulNya!!”

Muhammad bin Maslamah secara spontan bangkit dan berkata, “Aku, wahai Rasulullah, aku akan membunuhnya untukmu. Aku akan membunuhnya!”

“Lakukanlah, jika engkau sanggup melakukannya!!” Kata Nabi SAW.

Mungkin karena kecintaan dan ketaatannya kepada Nabi SAW, membuatnya begitu saja menyanggupi tanpa dipikirkan lebih dahulu. Mungkin juga ia khawatir kedahuluan orang lain dalam menyenangkan hati Rasulullah SAW. Setelah kembali ke rumah, barulah ia menyadari betapa berat tugas untuk membunuh Ka’b, apalagi ia kenal cukup baik dengan tokoh Yahudi itu. Tiga hari tiga malam ia tidak makan minum kecuali untuk sekedar bisa hidup.

Keadaannya ini dilaporkan kepada Nabi SAW, dan beliau memanggilnya untuk menghadap. Ketika beliau bertanya tentang apa yang dilakukannya, Ibnu Maslamah berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah mengucapkan suatu perkataan kepadamu (untuk membunub Ka’b bin Asyraf), sedangkan aku tidak tahu, apakah aku dapat melakukannya atau tidak!!”

Nabi SAW hanya tersenyum mendengar perkataannya, kemudian bersabda, “Kewajibanmu tidak lain adalah berusaha dengan sungguh-sungguh!!”

Ucapan Nabi SAW yang singkat ini telah membangkitkan semangatnya. Muncul suatu siasat di benaknya, ia berkata kepada Nabi SAW, “Ya Rasulullah, Izinkanlah aku mengatakan sesuatu kepadanya (yakni Ka’b bin Asyraf).”

Nabi SAW memberikan ijin. Hal itu ia perlukan karena muslihat yang akan ia lakukan, walau sedikit tetapi mengandung unsur kebohongan, bahkan bagi orang yang tidak tahu, bisa jadi ia dianggap murtad. Ia segera melangkahkan kakinya ke kediaman tokoh Yahudi tersebut. Ketika telah bertemu dengan Ka’b, ia menceritakan kesusahannya dalam mengikuti Nabi SAW karena beban zakat, dan ia menemuinya untuk meminjam gandum. Ka’b meminta jaminan pinjamannya tersebut

yakni istri Ibnu Maslamah, tetapi ia menolaknya. Ia juga menolak ketika Ka’b meminta anaknyasebagai jaminan. Tetapi Ibnu Maslamah menjanjikan senjatanya sebagai jaminan dan Ka’b setuju, dan mereka sepakat untuk bertemu pada suatu malam. Pada malam yang ditentukan, Muhammad bin Maslamah bersama dua atau tiga temannya berangkat menemui Ka’b di bentengnya, salah satunya adalah Ibnu Na’ilah, saudara sepersusuan Ka’b. Ia berkata kepada teman-temannya, bahwa nanti ia akan mencium dan memegang kepada Ka’b, dan saat itu hendaklah mereka menyabetkan pedangnya ke leher Ka’b. Setelah sepakat merekapun berangkat.

Nabi SAW sempat menyertai mereka sampai di Baqi al Gharqad, dan beliau melepas kepergiannya dengan ucapan, “Pergilah kalian dengan nama Allah!!”

Dan beliau mengiringi dengan doa, “Ya Allah, bantulah mereka!!”

Ketika sampai di benteng kaum Yahudi tersebut, mereka dipersilahkan masuk. Ka’b sempat diperingatkan istrinya ketika akan menemui tamu-tamunya, bahwa ia merasa ada seseorang yang akan berbuat jahat. Tetapi Ka’b berkata dengan tenangnya, “Sesungguhnya hanya saudaraku Muhammad bin Maslamah dan saudara sepersusuanku, Ibnu Na’ilah yang akan datang. Sesungguhnya seorang yang mulia, jika diajak berkelahi pada malam hari, ia pasti akan menyambutnya!”

Setelah beberapa perbincangan, Ibnu Maslamah meminta ijin untuk mencium kepada Ka’b sebagai suatu bentuk penghormatan di kalangan orang-orang Arab kepada orang yang dimuliakan. Ka’b mengijinkannya. Begitulah, saat mencium kepala Ka’b, Ibnu Maslamah segera memegangnya dengan erat dan dengan cepat teman-temannya menyabetkan pedangnya sehingga Ka’bpun terbunuh. Begitu pimpinannya terbunuh, orang-orang Yahudi di benteng tersebut begitu ketakutannya dan tidak bisa berbicara apa-apa, sehingga Ibnu Maslamah dan teman-temannya bisa keluar dengan selamat dari benteng tersebut. Tentu ini tidak lepas dari doa Nabi SAW ketika melepas kepergian mereka.

Tiba di Baqi al Gharqad, merekapun bertakbir, dan takbir ini didengar oleh Nabi SAW yang sedang shalat malam. Ketika sampai di hadapan Nabi SAW, beliau memuji Allah, menyambutnya dengan ucapan gembira, “Wajah-wajah ini telah mendapat kemenangan!”

“Juga wajah engkau, ya Rasulullah!!” Kata Muhammad bin Maslamah dan teman-temannya. Ketika orang-orang yahudi dari Bani Nadhir mengkhianati perjanjian damai dengan Nabi SAW, dan bermaksud membunuh beliau, Nabi SAW mengerahkan pasukan mengepung perkampungan Yahudi tersebut. Muhammad bin Maslamah ditunjuk Nabi SAW menemui orang-orang yahudi tersebut untuk

menyampaikan pesan kepada mereka, “Keluarlah kalian dari negeri Madinah ini, dan jangan kalian tinggal bersama kami setelah kalian merusak perjanjian antara kita. Kuberi kalian waktu selama tiga hari!”

Ketika terjadinya Perang Tabuk, iaditunjuk Nabi SAW sebagai pimpinan di Madinah, tetapi menurut riwayat lain, yang ditunjuk Nabi SAW adalah Siba’ bin Urfuthah al Ghifary RA.***

(BAYU MURNI)

Artikel yang Direkomendasikan