Opini  

Mengapa Bermazhab Justru Jalan Aman Memahami Al-Qur’an Dan Sunnah

Ilustrasi seorang ulama Muslim tersenyum sambil memegang Al-Qur’an terbuka, dengan teks “Bermazhab: Jalan Aman dalam Memahami Al-Qur’an dan Sunnah” di latar belakang cokelat.
Bermazhab adalah cara aman dalam memahami Al-Qur’an dan Sunnah dengan bimbingan para ulama yang memiliki sanad keilmuan yang jelas.

Sabilulhuda, Yogyakarta: Mengapa Bermazhab Justru Jalan Aman Memahami Al-Qur’an Dan Sunnah – Di tengah maraknya seruan untuk kembali langsung kepada Al-Qur’an dan Sunnah tanpa perantara. Banyak dari umat Islam yang mulai merasa ragu dengan pentingnya bermazhab. Padahal, jika kita menelaah lebih dalam lagi, bermazhab bukanlah sebagai bentuk fanatisme yang secara buta.

Tetapi menjadi sebuah jalan yang aman dan terarah dalam memahami ajaran Islam sesuai dengan tuntunan para ulama yang ahli dan juga terpercaya.

Mengapa Tidak Cukup Hanya Dengan Terjemahan Al-Qur’an

Sebetulnya, inti dari bermazhab adalah untuk mengikuti ajaran yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah dengan melalui pemahaman dengan ulama yang lebih dalam dan luas tentang agama ini. Al-Qur’an dan Sunnah memang menjadi sumber utama dari hukum Islam.

Namun untuk memahaminya tidak semudah ketika kita membuka terjemahan atau membaca tafsir sekilas. Ada kaidah-kaidah bahasa Arab, ilmu nahwu, balaghah, hingga ushul fiqih yang harus kita pahami agar maknanya tidak di salahartikan.

Baca Juga:

Memahami Mazhab Profetik: Islam Yang Membebaskan Dan Mencerahkan

Memahami Mazhab Profetik: Islam Yang Membebaskan Dan Mencerahkan https://sabilulhuda.org/memahami-mazhab-profetik-islam-yang-membebaskan-dan-mencerahkan/

Bayangkan saja, seseorang yang tidak pernah belajar memasak mencoba membuat masakan dari bahan-bahan yang mewah, hasilnya tentu tidak maksimal, bahkan bisa gagal total. Begitu pula dengan memahami Al-Qur’an dan Sunnah tetapi tanpa bimbingan ulama yang memiliki sanad keilmuan yang jelas.

Peran Ulama Mazhab Dalam Menjaga Kemurnian Agama

Ulama mazhab seperti Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad bukan hanya orang pintar, tetapi para ulama ini adalah sosok yang hidup dan berjuang dalam menjaga kemurnian agama. Mereka menelusuri, menafsirkan, dan menyusun kaidah agar umat islam tidak tersesat dalam memahami syariat.

Maka, dengan cara kita mengikuti mereka bukan berarti kita itu menolak Al-Qur’an dan Sunnah. Justru sebaliknya kita sedang menempuh jalur yang benar untuk memahami keduanya secara lebih utuh.

Begitu pula dalam bidang tasawuf dan akidah. Imam Al-Ghazali, misalnya, beliau terkenal dengan karya monumental yaitu Ihya Ulumuddin. Namun, sedikit sekali yang mengetahuinya bahwa kitab itu terinspirasi dari karya sebelumnya, yaitu kitab Qutul Qulub karya Abu Thalib al-Makki.

Baca Juga: Persebaran Madzhab Dalam Dunia Islam

Hal ini menunjukkan bahwa keilmuan Islam memiliki rantai sanad yang panjang, tersambung hingga para sahabat dan Rasulullah SAW sendiri. Jadi, bukan hanya sebatas warisan, tetapi sebagai kesinambungan ilmu yang terjaga.

Bahaya Memahami Agama Tanpa Bimbingan Ulama

Sayangnya, ada sebagian kelompok yang beranggapan bahwa dengan bermazhab itu sebagai sesuatu yang dapat menghambat kemurnian Islam. Mereka mengklaim ingin kembali kepada Islam yang valid namun seringkali tanpa dasar ilmu yang memadai. Akibatnya, muncul tafsir-tafsir liar yang justru dapat menjauhkan umat dari pemahaman yang benar.

Dalam beragama, kita memang di tuntut untuk cerdas dan juga bijak. Kita tidak cukup hanya dengan bersemangat, tapi juga perlu ilmu dan panduan yang jelas. Ulama itu ibarat pemandu jalan, mereka menuntun kita agar tidak tersesat di tengah hutan luasnya ilmu agama.

Maka, selama kita masih memiliki keterbatasan waktu dan pengetahuan, mengikuti mazhab adalah bentuk kehati-hatian sekaligus penghormatan kita terhadap warisan keilmuan Islam yang agung.

Pada akhirnya, bermazhab bukan berarti menutup diri dari kebenaran. Melainkan meniti jalan yang telah dibangun oleh para ahli agar kita bisa memahami Al-Qur’an dan Sunnah dengan aman, terarah, dan penuh adab.

Baca Juga: Dakwah Tak Hanya Menerangkan, Tapi Mencerahkan dan Tidak Memprovokasi