Makna Filosofi Jawa “Ngalor Ngidul” Dan Nilai Kehidupan Di Baliknya – Dalam keseharian masyarakat Jawa, banyak sekali ungkapan atau peribahasa yang mengandung sarat makna dan nilai kehidupan. Salah satunya adalah ungkapan ngalor ngidul. Sekilas, kata ini memang terdengar sederhana, bahkan sering banyak orang yang mengggunakan ketika sedang kumpul kumpul.
Namun, di balik ungkapan itu ternyata menyimpan makna filosofi yang cukup dalam tentang arah hidup dan keteguhan hati manusia.

Asal-Usul Dan Arti Harfiah
Secara harfiah, ngalor berarti ke utara dan ngidul berarti ke selatan. Dalam logika arah, dua titik ini berlawanan. Maka ketika seseorang dikatakan ngalor ngidul, itu menggambarkan bahwa keadaan orang tersebut tidak memiliki arah tetap.
Seperti dia sedang berjalan ke arah utara lalu ke selatan tanpa tujuan yang jelas. Dalam percakapan sehari-hari, ungkapan ini sering di gunakan untuk menyebut seseorang yang sedang bingung, tidak fokus, atau plin-plan.
Misalnya, dalam kalimat:
“Pikiranku saiki ngalor ngidul, ora ngerti kudu piye.”
Artinya: Pikiranku sekarang tidak jelas, tidak tahu harus bagaimana.
Atau contoh lain:
“Sampeyan aja ngalor ngidul yen nemtokake jurusan kuliah.”
Artinya: Kamu jangan plin-plan dalam menentukan jurusan kuliah.
Baca Juga:

Makna Filosofi Jawa Dalam Tiga Pilar Kehidupan: Rasa, Rasio, Dan Rogo https://sabilulhuda.org/makna-filosofi-jawa-dalam-tiga-pilar-kehidupan-rasa-rasio-dan-rogo/
Makna Filosofis Di Balik Ungkapan Tersebut
Bagi orang Jawa, hidup itu bukan hanya soal mereka bergerak, tetapi mereka dapat bergerak dengan arah dan tujuan yang jelas. Maka, ungkapan dari kata ngalor ngidul ini menjadi simbol dari seseorang yang belum menemukan pijakan batinnya, belum mantap dalam menentukan arah dan tujuanya.
Dalam pandangan filosofi Jawa, keadaan seperti ini bisa menghambat keseimbangan hidup orang tersebut, baik secara lahir maupun batin.
Orang yang ngalor ngidul itu di ibaratkan seperti daun kering yang tertiup angin. Ke mana angin bertiup, ke situ pula ia terbawa. Mereka di dalam hidupnya tidak memiliki prinsip dan tidak punya arah. Padahal, bagi masyarakat Jawa, keteguhan pendirian (maneges) adalah salah satu nilai luhur yang sangat mereka junjung tinggi.
Pesan Moral: Tetap Lurus Dalam Arah Hidup
Ungkapan ini juga mengajarkan agar manusia tidak mudah goyah oleh keadaan. Tidak mudah terombang-ambing oleh opini, keadaan, atau godaan dunia. Hidup perlu arah yang jelas, seperti jarum kompas yang selalu menunjuk ke utara.
Dalam istilah Jawa, orang yang teguh dan jela arahnya disebut mantep. Artinya mantap hati dan pikiran dalam mengambil suatu keputusan.
Maka dari itu, ngalor ngidul bukan hanya sebagai sindiran bagi mereka yang bingung, tetapi juga sebagai peringatan yang halus agar kita selalu menjaga keseimbangan lahir dan batin. Jika hati dan pikiran tidak selaras, maka tindakan pun akan kehilangan arah.
Nilai Luhur Dalam Kesederhanaan Bahasa
Keindahan filosofi Jawa memang sering tersembunyi di balik kata-katanya yang sederhana . “Ngalor ngidul” tampak sepele, namun di baliknya ada pesan yang mendalam tentang pentingnya ketenangan, kejelasan tujuan, dan keteguhan hati.
Orang Jawa percaya, siapa pun yang mampu menjaga keseimbangan antara pikir dan rasa, hidupnya akan lebih tertata dan penuh berkah.
Jadi, ketika kita mendengar seseorang berkata ojo ngalor ngidul, itu bukan hanya sebatas teguran, tetapi juga sebagai nasihat yang penuh kasih agar kita tidak tersesat dalam langkah tujuan hidup kita di dunia ini.
Sebab, dalam kebijaksanaan Jawa, arah hidup yang benar bukan diukur dari seberapa cepat kita berjalan, tetapi dari seberapa mantap langkah yang kita ambil.
Baca Juga Artikel Berikut: Blangkon Jogja : Filosofi dan Makna yang Tersirat













