
Logo Unik Bangunan Joglo “Raden Mas Said” Gewok Purwokerto – Logo sebuah lambang unik yang terukir pada bagian atas fasad Joglo “Raden Mas Said” Gewok Purwokerto bangunan berarsitektur tradisional Jawa.
Lambang ini, dengan bentuknya yang simetris dan menyerupai perpaduan elemen salib dan ornamen melingkar. Mengundang banyak pertanyaan mengenai makna dan asal-usulnya, terutama ketika ditempatkan pada konteks arsitektur vernakular Indonesia.
Artikel ini akan mencoba menguraikan kemungkinan interpretasi, latar belakang historis, dan relevansi simbol tersebut dalam harmoni dengan filosofi bangunan joglo.
Analisis Bentuk Logo Dan Kemungkinan Asal-usulnya
Secara visual, logo ini terdiri dari sebuah bentuk menyerupai salib yang diintegrasikan dengan empat lengkungan melingkar di setiap sisinya, membentuk sebuah desain yang kohesif dan seimbang. Bentuk “salib” yang dimaksud di sini bukanlah salib Kristen pada umumnya.
Melainkan lebih menyerupai sebuah “palang” atau “tanda plus” yang kemudian diperkaya dengan ornamen.
Beberapa interpretasi awal berdasarkan bentuknya:
Swasatika
Swastika atau Simbol Keseimbangan Universal: Meskipun bentuknya tidak persis sama dengan swastika yang dikenal luas (terutama yang berkonotasi negatif akibat penggunaannya oleh Nazi). Kemiripan dalam struktur dasar empat arah dan simetri radial dapat mengingatkan pada simbol-simbol kuno.
Yang merepresentasikan matahari, perputaran alam semesta, keberuntungan, atau keseimbangan.
Baca Juga:

Tradisi Nguras Gentong Di Makam Raja Imogiri – Warisan Budaya Keraton Yang Sarat Makna https://sabilulhuda.org/tradisi-nguras-gentong-di-makam-raja-imogiri-warisan-budaya-keraton-yang-sarat-makna/
Swastika, dalam konteks aslinya di banyak kebudayaan, termasuk di Asia, adalah simbol positif yang melambangkan kemakmuran dan siklus kehidupan. Perlu diingat bahwa interpretasi ini sangat bergantung pada konteks budaya dan sejarah penggunaan simbol tersebut di Jawa.
Swastika adalah simbol kuno yang telah digunakan di berbagai budaya dan agama di seluruh dunia selama ribuan tahun, jauh sebelum penggunaannya yang terkenal dan mengerikan oleh Nazi. Dalam banyak budaya, swastika melambangkan keberuntungan, kemakmuran, matahari, atau siklus kehidupan.
Salib Gammadion adalah nama lain untuk swastika, terutama ketika digunakan dalam konteks Yunani kuno atau Kristen awal (meskipun penggunaannya dalam Kekristenan awal sangat berbeda dan tidak terkait dengan makna modern dari salib Kristen).
Nama “gammadion” berasal dari huruf Yunani “gamma” (\Gamma), karena swastika dapat dibayangkan sebagai empat huruf gamma yang digabungkan.
Logo pada gambar tersebut BUKANLAH simbol Ordo Jesuit.
Simbol Ordo Jesuit yang paling dikenal adalah IHS, yang merupakan singkatan dari tiga huruf pertama nama Yesus dalam bahasa Yunani (ΙΗΣΟΥΣ). Seringkali, simbol IHS ini juga disertai dengan salib di atas huruf H dan tiga paku di bawahnya, atau dikelilingi oleh matahari yang bersinar.
Logo yang terlihat pada gambar lebih menyerupai variasi dari simbol “shou” (寿) atau panjang umur dalam kebudayaan Tionghoa, atau bisa juga merupakan ornamen arsitektur yang memiliki makna lain yang tidak terkait langsung dengan Ordo Jesuit.
Jadi, logo ini tidak memiliki hubungan simbolis dengan Ordo Jesuit.
Berdasarkan gamba, logo tersebut terlihat seperti simbol yang menyerupai Salib Swastika atau Salib Gammadion.
Meskipun secara visual memiliki bentuk palang, ini bukanlah simbol Kristen. Salib Kristen memiliki bentuk yang lebih sederhana, biasanya terdiri dari dua batang yang saling berpotongan tegak lurus, dengan batang vertikal lebih panjang dari batang horizontal.
Simbol dengan keempat ujungnya yang melengkung atau seperti “kaki” yang menunjuk ke arah yang sama (searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam), sangat mirip dengan Swastika.
Simbol Shòu (寿)
Simbol yang terlihat pada gambar adalah representasi artistik dari karakter Tiongkok “寿” (shòu), yang berarti umur panjang, keabadian, atau panjang umur. Ini adalah salah satu simbol yang paling populer dan dihormati dalam budaya Tiongkok, sering digunakan dalam seni, arsitektur, dan dekorasi.
Ciri Khas Simbol Shòu dalam Gambar:
Bentuk Melingkar: Simbol shòu dalam gambar dibingkai dalam bentuk melingkar, yang sering melambangkan kesempurnaan, keutuhan, dan siklus hidup yang tak berujung.
Gaya Ornamen/Dekoratif: Karakter “寿” di sini tidak ditulis dalam gaya tulisan tangan standar, melainkan dalam bentuk yang sangat digayakan dan simetris, menjadikannya sebuah motif dekoratif. Gaya ini umum ditemukan pada bangunan, perabot, tekstil, dan barang-barang perayaan.
Penempatan pada Bangunan: Penempatannya di atas lengkungan pada bangunan menunjukkan bahwa memiliki hubungan dengan budaya Tionghoa. Atau mengadopsi elemen dekoratif Tionghoa, dan tujuannya adalah untuk mendatangkan keberuntungan dan umur panjang bagi penghuni atau bagi tujuan bangunan itu sendiri.
Makna Simbolis Shòu:
Umur Panjang dan Kesehatan: Ini adalah makna utama dan paling langsung. Simbol ini adalah harapan atau doa agar seseorang memiliki kehidupan yang panjang, sehat, dan makmur.
Keberuntungan dan Kemakmuran: Meskipun makna utamanya adalah umur panjang, shòu juga sering dikaitkan dengan keberuntungan secara keseluruhan, karena umur panjang sering dianggap sebagai tanda berkah ilahi dan kehidupan yang baik.
Hormat kepada Leluhur dan Orang Tua: Dalam tradisi Tionghoa, umur panjang sangat dihormati, dan simbol ini sering digunakan untuk merayakan ulang tahun orang tua atau lansia, sebagai bentuk penghormatan dan doa untuk kelanjutan hidup mereka.
Kesejahteraan Keluarga: Simbol ini juga dapat melambangkan keinginan untuk kesejahteraan dan kelangsungan hidup generasi dalam sebuah keluarga.
Perlindungan: Dalam beberapa konteks, simbol shòu juga dapat berfungsi sebagai jimat pelindung, membawa energi positif dan menolak kemalangan.
Secara keseluruhan, logo pada gambar adalah simbol shòu Tionghoa yang sangat bermakna, melambangkan umur panjang, kesehatan, dan keberuntungan.
Kehadirannya pada bangunan adalah cara untuk mendoakan dan menarik energi positif terkait dengan aspek-aspek kehidupan yang sangat dihargai dalam budaya Tionghoa.
Joglo Sebuah Manifestasi Filosofi Jawa
Untuk memahami sepenuhnya makna lambang ini, kita harus menempatkannya dalam konteks bangunan joglo. Joglo bukan sekadar struktur fisik; ia adalah representasi hidup dari filosofi, kosmologi, dan hierarki sosial masyarakat Jawa.
Struktur dan Kosmologi: Joglo secara tradisional dibangun tanpa paku, mengandalkan sambungan kayu yang presisi (purus-sendi), melambangkan kebersatuan dan harmoni. Tiang-tiang utama (soko guru) melambangkan pusat alam semesta dan menopang atap yang menjulang tinggi.
Yang seringkali diinterpretasikan sebagai representasi gunung Mahameru atau puncak spiritual. Ruang-ruang dalam joglo juga memiliki makna hierarkis, dari pendopo (ruang publik) hingga dalem (ruang pribadi dan sakral).
Orientasi dan Kepercayaan
Joglo umumnya berorientasi ke selatan, menghadap ke arah laut selatan yang diyakini sebagai kediaman Ratu Kidul. Orientasi ini bukan sekadar arsitektur, melainkan bagian dari kepercayaan dan penghormatan terhadap kekuatan alam.
Ornamentasi sebagai Bahasa
Setiap ukiran dan ornamen pada joglo tidak hanya berfungsi sebagai dekorasi, melainkan juga sebagai “bahasa visual” yang menyampaikan pesan-pesan filosofis, perlindungan, atau doa.
Ornamen bisa berupa motif tumbuhan (flora), hewan (fauna), atau motif geometris yang sarat makna. Dalam konteks ini, lambang yang kita diskusikan adalah bagian dari bahasa visual tersebut.
Baca Juga: RUMAH JOGLO MILIK SUBARDJO













