Legenda Ande-Ande Lumut dan Yuyu Kangkang Dari Jawa

Legenda Ande-Ande Lumut dan Yuyu Kangkang Dari Jawa
Legenda Ande-Ande Lumut dan Yuyu Kangkang Dari Jawa

Legenda Ande-Ande Lumut dan Yuyu Kangkang Dari Jawa – Dahulu kala di tanah Jawa yang subur dan damai, hiduplah seorang pangeran tampan bernama Panji Asmarabangun. Setelah kerajaan tempat ia dibesarkan dilanda kekacauan akibat perang saudara dan perebutan kekuasaan, ia memilih menyepi dari kehidupan istana.

Ia ingin mencari seorang pendamping hidup, bukan karena harta atau ketampanan, melainkan karena cinta yang tulus. Maka ia menyamar menjadi pemuda desa biasa, bernama Ande-Ande Lumut, dan tinggal di sebuah desa kecil di tepi sungai Bengawan.

Sebagai juru mudi penyeberangan perahu, Ande-Ande Lumut hidup sederhana. Ia dikenal ramah, rendah hati, dan pandai bekerja. Tak ada yang menyangka bahwa pemuda gondrong yang suka menanak nasi sendiri itu sebenarnya adalah seorang pangeran. Di hatinya tersimpan satu niat: mencari istri yang hatinya jernih, tak terpesona oleh rupa, pangkat, atau kekayaan.

Kleting-Kleting Dan Si Bungsu Yang Terbuang

Tak jauh dari desa itu, hiduplah seorang janda yang memiliki empat anak perempuan angkat. Mereka bernama Kleting Abang, Kleting Ijo, Kleting Biru, dan si bungsu yang bernama Kleting Kuning. Keempat gadis itu memiliki rupa yang elok, namun hati mereka berbeda-beda.

Kleting Abang suka berdandan mencolok dan sangat sombong.

Kleting Ijo licik dan suka memfitnah.

Kleting Biru manja dan pemalas.

Kleting Kuning, si bungsu, berbeda dari yang lain. Ia rajin, lembut, dan suka menolong.

Namun karena tidak satu darah dengan sang ibu angkat, ia sering diperlakukan sebagai pembantu, diberi sisa makanan, dan dipaksa mencuci serta memasak sepanjang hari.

Baca Juga:

Kisah Si Pitung! Jawara Dari Kampung Rawabelong

Kisah Si Pitung! Jawara Dari Kampung Rawabelong https://sabilulhuda.org/kisah-si-pitung-jawara-dari-kampung-rawabelong/

Kabar Pencarian Jodoh

Suatu hari, kabar menggema di desa: Ande-Ande Lumut mencari istri. Siapa pun gadis desa yang merasa pantas, dipersilakan datang untuk menghadap. Kabar itu menyebar bagaikan api membakar ilalang. Semua gadis desa bersolek, termasuk ketiga kakak angkat Kleting Kuning.

Dengan semangat membara, mereka berdandan berlebihan, menyemprotkan minyak wangi, dan mengenakan kain sutra ibu mereka. Kleting Kuning, meskipun dipaksa tetap di rumah, diam-diam membersihkan dirinya setelah mereka pergi.

Dengan bantuan nenek tua penjual jamu yang sering ia bantu, ia diberi pakaian bersih dan sederhana namun anggun, serta sebuah pesan: “Jika engkau menyeberang sungai nanti, jangan mau ditolong oleh Yuyu Kangkang.”

Yuyu Kangkang, Penjaga Sungai

Sungai besar yang memisahkan desa mereka dengan desa Ande-Ande Lumut hanya bisa diseberangi dengan bantuan makhluk penjaga sungai bernama Yuyu Kangkang, seekor kepiting raksasa bertaring emas, yang dapat berubah wujud menjadi pria tampan.

Namun Yuyu Kangkang dikenal licik. Ia akan menolong perempuan menyeberang hanya jika mereka bersedia dicium sebagai bayaran.

Ketiga kakak Kleting Kuning, yang haus akan pujian dan tergesa ingin menjadi istri Ande-Ande Lumut, akhirnya bertemu dengan Yuyu Kangkang. Mereka semua setuju untuk dicium demi menyeberangi sungai. “Ah, hanya ciuman! Demi jadi istri orang kaya, tentu saja aku mau!” ujar mereka tanpa berpikir panjang.

Setelah menyeberang dan tiba di depan rumah Ande-Ande Lumut, ketiganya bersikap manja dan menggoda. Namun Ande-Ande Lumut hanya mengerutkan kening dan berkata:

“Aku tidak sudi meminang gadis yang telah dijilat oleh Yuyu Kangkang!”

Ketiganya tersentak. Bagaimana dia bisa tahu? Wajah mereka merah padam. Mereka diusir dengan halus tapi tegas.

Legenda Ande-Ande Lumut dan Yuyu Kangkang Dari Jawa
Legenda Ande-Ande Lumut dan Yuyu Kangkang Dari Jawa

Ketulusan Kleting Kuning

Tak lama, datanglah Kleting Kuning. Pakaian sederhananya tampak kontras dibanding gadis-gadis sebelumnya. Namun wajahnya bersinar karena kejujuran dan ketulusan. Ia menolak bantuan Yuyu Kangkang dan menyebrangi sungai sendiri, meski harus basah dan lelah.

Ande-Ande Lumut menerima Kleting Kuning dengan senyuman lembut. Ia mengajaknya berbincang di bawah pohon jambu, dan di sanalah mereka menemukan kenyamanan dan keindahan hati masing-masing.

Akhirnya, ia membuka jati dirinya sebagai Panji Asmarabangun, pangeran dari negeri jauh yang tengah mencari istri dengan ujian kerendahan hati.

Kleting Kuning terkejut, namun tidak silau. “Entah engkau raja atau rakyat jelata, aku menghormatimu sebagai manusia,” ucapnya tenang. Kalimat itulah yang semakin meyakinkan sang pangeran bahwa inilah gadis yang selama ini ia cari.

Pernikahan Sederhana

Pernikahan pun digelar sederhana, namun penuh berkah dan suka cita. Ketiga kakak Kleting Kuning kembali ke rumah janda tua itu, menyesali keputusan mereka yang gegabah. Namun, kesombongan mereka telah membuat mereka kehilangan kesempatan emas.

Sementara itu, Yuyu Kangkang kembali ke dasar sungai, kecewa karena si gadis bungsu berhasil lolos dari jerat nafsunya. Namun konon, sampai kini ia masih mengintai di sungai-sungai dalam bentuk lain, menunggu gadis-gadis yang mudah tergoda oleh kilau semu dunia.

Pesan Moral

Kisah Ande-Ande Lumut dan Yuyu Kangkang menyimpan pelajaran berharga:

1. Kesetiaan dan ketulusan hati lebih berharga daripada rupa dan kekayaan.

Panji Asmarabangun memilih hidup sebagai rakyat jelata demi menemukan cinta sejati, bukan nafsu atau pamrih.

2. Kejujuran akan selalu menang di atas tipu daya dan kesombongan.

Kleting Kuning, meski diperlakukan buruk, tetap sabar dan jujur. Sementara kakaknya yang angkuh harus menelan malu.

3. Godaan dunia bisa muncul dalam bentuk yang indah namun penuh racun.

Sosok Yuyu Kangkang menggambarkan bagaimana manusia sering tergoda oleh kenikmatan sesaat dan lupa menjaga harga diri.

Legenda Ande-Ande Lumut bukan hanya dongeng cinta, melainkan refleksi hidup bahwa kebaikan hati dan kesetiaan akan selalu menemukan jalannya, bahkan jika harus melewati sungai ujian dan godaan yang mengerikan.

Dalam dunia yang makin materialistis, kisah ini tetap relevan, mengingatkan kita untuk menjaga nurani, menolak kompromi moral, dan setia pada nilai luhur yang sejati.

Baca JugaBuku Dongeng Gratis Tersedia di Situs Kemdikbud

Oleh: Izzayumna