Kisah Sahabat Utsman bin Affan (Part 3)

Ilustrasi Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu dengan sifat malu, ibadah malam, dan kedermawanannya membagikan makanan kepada kaum muslimin.
Ilustrasi islami Utsman bin Affan: malaikat segan kepadanya, beliau rajin shalat malam, serta dermawan membagikan hasil kafilah dagang untuk umat.

Sifat Malu, Ibadah Malam, dan Kedermawanan Sang Khalifah

Kisah Sahabat Utsman bin Affan – Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu adalah sosok yang dikenal sebagai sahabat Nabi yang penuh dengan keutamaan. Selain beliau itu kaya dan dermawan, beliau juga memiliki akhlak yang sangat mulia.

Ada dua hal yang sangat menonjol dari kepribadian Utsman adalah sifat malu yang luar biasa serta ketaatan dalam ibadah malam. Bahkan, malaikat pun sampai segan terhadapnya.

Ilustrasi Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu dengan sifat malu, ibadah malam, dan kedermawanannya membagikan makanan kepada kaum muslimin.
Ilustrasi islami Utsman bin Affan: malaikat segan kepadanya, beliau rajin shalat malam, serta dermawan membagikan hasil kafilah dagang untuk umat.

Malu Yang Membuat Malaikat Malu

Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah ﷺ sedang duduk santai di rumahnya tanpa banyak menata pakaian. Saat Abu Bakar masuk, Nabi tetap duduk seperti biasa.

Ketika Umar masuk, Nabi pun tidak berubah sikapnya. Namun, ketika Utsman masuk, Rasulullah ﷺ langsung merapikan pakaian dan duduk dengan lebih tertib.

Aisyah bertanya: “Wahai Rasulullah, kenapa engkau tidak melakukan itu ketika Abu Bakar dan Umar masuk?” Nabi menjawab: “Tidakkah aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya?”

Hadis ini menunjukkan betapa agungnya sifat malu Utsman bin Affan. Malu bukan berarti lemah, tetapi justru menjadi bukti bahwa beliau memiliki hati yang suci dan akhlak yang mulia.

Ibadah Malam Yang Menggetarkan Hati

Selain karena sifat malunya, Utsman bin Affan juga dikenal dengan ibadah malam yang luar biasa. Beliau sering menangis saat membaca Al-Qur’an. Bahkan, dalam riwayat lain disebutkan bahwa Utsman pernah mengkhatamkan 30 juz Al-Qur’an dalam satu rakaat witir.

Istrinya, Nailah binti Farafishah, juga bersaksi bahwa hampir setiap malam Utsman mengkhatamkan Al-Qur’an. Bagi beliau, malam tersebut adalah waktu yang terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa kekayaan dan jabatan tidak boleh membuat kita lupa pada ibadah. Justru semakin tinggi kedudukan seseorang, maka semakin besar pula tanggung jawabnya di hadapan Allah.

Baca Juga:

Kedermawanan Yang Tak Pernah Habis

Kisah dermawannya Utsman bukan hanya saat Perang Tabuk saja. Salah satu peristiwa yang terkenal adalah ketika terjadi kekeringan di Madinah. Pada saat itu, kafilah dagang dari Utsman telah tiba dengan membawa 3000 unta yang penuh dengan gandum dan kebutuhan pokok.

Para pedagang Yahudi kemudian datang dan menawarkan dengan harga yang tinggi. Namun, Utsman menolaknya. Mereka sampai heran, sebab harga sudah jauh di atas harga pasar.

Utsman lalu menjawab: “Allah menjanjikan kepadaku sepuluh kali lipat dari setiap apa yang aku infakkan. Adakah dari kalian yang mampu memberiku balasan lebih besar dari itu?”

Akhirnya, seluruh kafilah dagang itu dibagikan secara gratis kepada kaum muslimin. Inilah bukti bahwa Utsman tidak hanya kaya, tapi juga beliau sangat dalam memahami nilai akhirat.

Teladan Untuk Generasi Muslim

Dari kisah Utsman bin Affan ini, kita belajar bahwa malu adalah perhiasan dari iman. Jika seseorang memiliki rasa malu kepada Allah, maka ia tentunya akan menjaga diri dari maksiat.

Selain itu, ibadah malam juga dapat memberi kekuatan spiritual yang tidak bisa kita bandingkan dengan harta dunia.

Dari Kedermawanan Utsman ini mengajarkan bahwa harta hanyalah titipan. Tetapi nilai yang sejati dari sebuah kekayaan adalah ketika harta itu kita gunakan untuk kebaikan dan membantu sesama.

Pada part berikutnya, kita akan membahas tentang fitnah-fitnah yang menimpa Utsman bin Affan pada masa kekhalifahannya.

Bagaimana tuduhan-tuduhan itu muncul, siapa yang menyebarkannya, dan bagaimana para sahabat membantahnya.

Baca Juga: Jabal Uhud Saksi Bisu Perang Uhud