Kisah Sahabat Nabi ﷺ Ke-7: Abdurrahman bin Auf (Part-3)

Ilustrasi Abdurrahman bin Auf, sahabat Nabi ﷺ, memakai sorban putih dan jubah cokelat, dengan latar karung emas dan koin, menggambarkan kedermawanannya.
Abdurrahman bin Auf, sahabat Nabi yang dikenal kaya raya dan dermawan, menjadi teladan dalam bersedekah dan berbagi rezeki di jalan Allah.

Sabilulhuda, Yogyakarta: Kisah Sahabat Nabi ﷺ Ke-7: Abdurrahman bin Auf – Di antara para sahabat Nabi ﷺ yang terkenal karena kedermawananya dan berhati mulia, nama Abdurrahman bin Auf selalu menempati tempat yang istimewa. Di dalam sejarah Islam, kisahnya beliau ini menjadi bukti bahwa kekayaan yang sejati bukan terletak pada banyaknya harta. Tetapi pada seberapa besar manfaat dari hartanya itu bisa kita berikan kepada sesama.

Awal yang Di Penuhi Oleh Kejujuran Dan Keberkahan

Abdurrahman bin Auf lahir dari keluarga Bani Zuhrah di Makkah. Sebelum masuk Islam, beliau dikenal sebagai seorang pedagang yang cerdas dan juga jujur. Namun setelah beliau memeluk agam Islam, arah hidupnya menjadi berubah total.

Ia tidak lagi berdagang semata untuk keuntungan dunia, tetapi menjadikan perniagaannya itu sebagai jalan untuk menuju ridha Allah.

Ketika hijrah ke Madinah, Abdurrahman datang dengan tangan kosong. Ia meninggalkan seluruh hartanya di Makkah. Namun dengan rasa semangat dan sifat kejujurannya dalam berdagang yang membuatbeliau kembali bangkit.

Ia mulai berdagang kecil-kecilan hanya menjual minyak dan keju. Hingga Allah melimpahkan rezeki kepadanya dengan cepat. Tidak lama kemudian, ia menjadi salah satu sahabat yang paling kaya di Madinah.

Baca Juga:

Ilustrasi animasi Abdurrahman bin Auf memegang mangkuk berisi koin emas dengan latar masjid dan langit berwarna keemasan.

Kisah Sahabat Nabi ﷺ Ke-7: Abdurrahman bin Auf (Part-2) https://sabilulhuda.org/kisah-sahabat-nabi-%ef%b7%ba-ke-7-abdurrahman-bin-auf-part-2/

Sedekah Sebagai Program Hidup

Yang membuat Abdurrahman bin Auf ini berbeda dari banyak orang kaya lainnya adalah cara pandangnya terhadap harta. Ia menganggap bahwa kekayaan bukan untuk disimpan, tetapi itu merupakan amanah yang harus disalurkan.

Dalam satu riwayat disebutkan, ia pernah mendapatkan satu peti emas dari hasil dagangannya. Maka tanpa berpikir panjang, seluruh isi peti itu ia sedekahkan di jalan Allah. Pada keesokan harinya, Allah lalu memberinya dua peti emas. Hari berikutnya, tiga peti lagi datang. Seolah olah Allah membalas dengan cara yang tidak pernah ia sangka.

Kisah ini sering dijadikan contoh oleh para ulama bahwa sedekah tidak membuat menjadi miskin, justru menjadi sebab bertambahnya rezeki. Abdurrahman bin Auf selalu yakin bahwa harta yang ia keluarkan di jalan Allah akan kembali dengan keberkahan yang berlipat lipat.

Dermawan Di Jalan Allah

Tidak berhenti di situ saja, Abdurrahman juga dikenal rajin membebaskan budak setiap harinya. Dalam catatan sejarah, ia pernah memerdekakan 31 budak dalam satu waktu. Ia juga kerap menyumbangkan ratusan unta, kuda, dan dinar emas untuk kepentingan jihad dan membantu fakir miskin.

Pada suatu waktu saat pasukan Islam bersiap menuju Perang Tabuk, peperangan yang terkenal sangat berat pada waktu itu. Abdurrahman datang dengan membawa dua ratus uqiyah emas (setara lebih dari setengah kilogram emas) untuk diserahkan kepada Rasulullah ﷺ. Ia juga membekali para prajuritnya dengan unta dan perbekalan.

Baca Juga:

Lukisan suasana pasar Arab kuno dengan Abdurrahman bin Auf, sahabat Nabi ﷺ, berdiri tersenyum di tengah para pedagang.

Kisah Sahabat Nabi ﷺ Ke-7: Abdurrahman bin Auf (Part-1) https://sabilulhuda.org/kisah-sahabat-nabi-%ef%b7%ba-ke-7-abdurrahman-bin-auf/

Rasulullah ﷺ tersenyum dan berdoa,

“Semoga Allah memberkahi apa yang engkau miliki dan apa yang engkau berikan.”

Doa itu menjadi kenyataan. Sehingga kekayaan Abdurrahman ini tidak pernah habis. Semakin ia memberi, semakin banyak pula yang datang.  Dan inilah salah satu rahasia keberkahan harta yang dicatat dalam sejarah Islam.

Menjadi Teladan Dari Ayat Dan Amal

Abdurrahman bin Auf sangat memahami makna ayat Allah dalam surah Ali Imran ayat 92:

“Kalian tidak akan mencapai kebajikan yang sempurna sampai kalian menginfakkan apa yang paling kalian cintai.”

Baginya, harta bukan sesuatu yang ia takuti akan hilang. Tetapi ia justru merasa tenang saat bisa berbagi. Dalam hidupnya, ia selalu mempraktikkan ayat itu dengan penuh keikhlasan.

Tak hanya dalam hal sedekah, Abdurrahman juga dikenal sangat rendah hati. Ketika suatu hari beliau dihidangkan makanan yang mewah, ia meneteskan air mata. Beliau teringat pada sahabat-sahabatnya seperti Mush‘ab bin Umair yang gugur dalam keadaan miskin, tanpa sempat menikmati dunia. Ia berkata lirih,

“Mereka lebih mulia daripada aku, namun mereka tidak sempat menikmati dunia seperti ini.”

Kalimat itu menunjukkan betapa lembut hatinya meski kaya raya, ia tetap merasa bahwa kenikmatan dunia bukan tujuan utama.

Kedermawanan Yang Tak Lekang Waktu

Kedermawanan Abdurrahman bin Auf bukan hanya memberi inspirasi bagi para sahabat di masanya, tetapi juga bagi umat Islam hingga hari ini. Ia membuktikan bahwa kaya dan zuhud dapat berjalan dengan beriringan, selama harta itu dikelola dengan niat yang benar.

Baca Juga: Kisah Sya’ban, Sahabat Nabi yang Menyesal Saat Sakaratul Maut