Kisah Sahabat Nabi ﷺ Ke-6: Zubair bin Awwam – Setelah kepergian Zubair bin Awwam radhiyallahu ‘anhu secara tragis di tangan seorang pengkhianat. Kisah hidupnya beliau ini tidtak berhenti sampai disini saja. Justru, setelah wafatnya beliau, maka muncul babak baru yang menunjukkan betapa tingginya derajat beliau serta kejujuran dan amanahnya di hadapan Allah dan manusia.

Sang Penjaga Amanah
Sebelum berangkat ke medan perang Jamal, Zubair terlebih dahulu memanggil putranya, Abdullah bin Zubair, kemudian ia berkata,
“Wahai anakku, sesungguhnya aku tidak meninggalkan harta yang banyak, tetapi aku meninggalkan banyak amanah dari orang-orang kepadaku. Jika aku nanti mati terbunuh, maka kembalikanlah semua amanah itu. Karena aku tidak ingin bertemu Allah dengan membawa hak orang lain.”
Ucapan itu bukan hanya sebatas pesan biasa, tetapi sebagai cermin sebuah ketakwaan seorang sahabat sejati. Abdullah pun lalu menunaikan wasiat ayahnya dengan penuh rasa tanggung jawab.
Ia menjual sebagian harta peninggalan ayahnya untuk melunasi amanah-amanah tersebut. Namun ajaibnya, setelah semua amanah itu di kembalikan, justru harta peninggalan Zubair ini bertambah berlipat ganda. Sehingga mencapai jumlah yang sangat besar.
Hal ini menjadi bukti bahwa kejujuran itu tidak akan pernah membuat seseorang menjadi rugi, bahkan dapat mendatangkan keberkahan yang luar biasa.
Baca Juga:

Kisah Sahabat Nabi ﷺ Ke-6: Zubair bin Awwam (Part-3) https://sabilulhuda.org/kisah-sahabat-nabi-%ef%b7%ba-ke-6-zubair-bin-awwam-part-3/
Peninggalan Zubair Untuk Umat
Zubair bin Awwam meninggalkan jejak yang tidak hanya dikenang oleh keluarganya, tetapi juga oleh seluruh kaum muslimin. Ia adalah salah satu di antara sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, dan Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
“Setiap nabi memiliki penolong dan sahabat khusus, dan penolongku adalah Zubair bin Awwam.” (HR. Tirmidzi)
Kalimat itu bukan hanya sebagai penghormatan, tapi juga sebagai pengakuan atas ketulusan hati Zubair dalam mendampingi perjuangan Rasulullah ﷺ sejak awal dakwah. Ia berjuang bukan karena harta atau kedudukan, tapi semata-mata karena iman dan cinta kepada Allah serta Rasul-Nya.
Cinta Yang Tak Pernah Padam
Sosok Zubair di kenal lembut terhadap keluarganya. Ia sangat mencintai istrinya, Asma binti Abu Bakar, dan mendidik anak-anaknya dalam semangat keberanian dan keteguhan iman.
Tak heran, dari garis keturunannya ini lahirlah tokoh-tokoh besar Islam seperti Abdullah bin Zubair. Seorang pemimpin pemberani yang meneruskan semangat perjuangan sang ayah.
Teladan Yang Abadi
Zubair bin Awwam bukan hanya pejuang di medan perang, tapi juga pejuang dalam menjaga hati dan kejujuran. Ia menunjukkan bahwa kekuatan sejati bukan hanya pada pedang yang tajam, tapi pada hati yang bersih dan niat yang tulus. Dalam setiap langkah hidupnya, ia menempatkan Allah di atas segalanya.
Dari kisah Zubair, kita belajar bahwa iman, keberanian, dan amanah adalah tiga pilar yang membentuk pribadi seorang mukmin sejati. Ia telah menutup hidupnya dengan syahid, namun kisahnya tetap hidup di hati umat Islam hingga hari ini.
Baca Juga: Kisah Sya’ban, Sahabat Nabi yang Menyesal Saat Sakaratul Maut












