Kisah Keluasan Ilmu Di Kota Tarim

Suatu waktu di zaman Al Imam Abdullah Al Haddad datanglah seorang alim asal Baghdad dan ia mulai menuju kota Tarim. Setelah ia mulai memasuki beberapa langkah di kota Tarim, tiba-tiba ia ketumpahan air dari atas kepalanya.

Ternyata seorang ibu yang tanpa sengaja membuang air dari rumahnya yang bertingkat tinggi. Maka orang alim asal Baghdad itu berkata: “Wahai Ibu, air yang engkau tumpahkan ini apakah air najis atau air suci?” Maka si ibu menjawab : “Air itu menjadi najis sebab pertanyaanmu.”

Orang itu pun bingung, mengapa demikian? Karena hukum asal air adalah suci dan tidak najis jika tidak berubah salah satu dari 3 sifatnya. Air itu adalah suci jika tidak diketahui adanya penyebab yang menjadikan air itu najis yaitu berubahnya 3 sifat air.

Namun karena orang tersebut bertanya dan ingin mengetahuinya maka air itu menjadi najis karena memang air itu adalah air najis. Seandainya orang tersebut tidak bertanya maka hukum air itu tidak najis baginya, karena tidak tampak baginya perubahan salah satu dari 3 sifat air dan tidak ada orang yang memberitahunya bahwa air tersebut adalah najis.

Subhanallah, ia baru tiba di pintu gerbang Tarim namun ia telah menemukan hal yang menunjukkan bahwa Tarim adalah Kota ilmu, ia baru bertemu dengan seorang wanita dan belum lagi bertemu dengan para Ulama’nya.

Ulama’ di kota Tarim sangat rendah hati, disana kita akan menemukan kerendahan hati dalam tingkah laku dan budi pekerti mereka, sehingga kita juga akan menemukan ulama’ yang mengamalkan sunnah Rasulullah.

Diamalkan dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, penuh dengan perjuangan dan semangat yang besar, namun pastinya tidak hanya di Tarim saja tentunya di tempat-tempat lain juga banyak Ulama’ seperti mereka.***

(Yuni)

Artikel yang Direkomendasikan