Hiduplah seorang kakek yang sederhana dan bersahaja di kampungnya. Pada suatu ketika, ia mendapati sebuah pohon pepaya di depan rumahnya yang sedang berbuah, walaupun hanya beberapa buah saja tapi sudah siap untuk dipetik.
Pada keesokan harinya ketika sang kakek mau memetik buah pepaya nya, Tiba-tiba saja sudah hilang diambil orang. Kakek merasa sedih, dan istrinya pun merasa heran, karena melihat si kakek yang hanya gara-gara pepaya dia menjadi murung.
Tetapi ternyata yang dipikirkan si kakek adalah betapa susah nya orang yang mencuri itu, dia harus bersembunyi di tengah malam hari supaya tidak ketahuan dan harus memanjat dalam keadaan gelap susah payah untuk memetik nya.
Keesokan harinya si kakek sengaja meminjam tangga untuk ditaruh di bawah pohon hanya untuk memudahkan jikalau sang pencuri itu datang lagi. Namun, pada esok hari ternyata si kakek mendapati buah pepaya nya masih ada, tangganya pun tidak bergeser sedikit pun, si kakek bersabar dan berharap pencuri itu akan datang lagi malam harinya. Namun di hari berikutnya juga tetap saja buah pepaya itu masih ada di tempatnya.
Pada sore hari, ada yang bertamu ke rumah kakek dan dia menenteng beberapa buah pepaya besar di tangannya, pemuda ini belum pernah dilihat oleh kakek sebelumnya. Singkat cerita setelah berbincang cukup lama dan ketika pemuda itu hendak pamit, pemuda itu dengan sangat menyesal mengaku bahwa dia yang telah mencuri pepaya nya.
Sebenarnya pada malam berikutnya dia hendak mengambil buah pepaya yang tersisa. Namun, dia tersadar ketika melihat ada tangga di pohon tersebut ia tersentuh hatinya dengan kebaikan sang pemilik pohon karena kebaikan dan kesabaran nya. Dari semenjak itu dia bertekad tidak akan mencuri lagi, untuk itu dia mengembalikan pepaya si kakek untuk menebus kesalahannya, pepaya nya yang ia beli sendiri di pasar.***
(Eva)