Ketika Anak Laki-laki Memilih Istri Bukan Karena Cantik, Tapi Karena Bisa Ngatur Uang

Seorang pemuda bercengkerama dengan kedua orang tuanya di ruang tamu, mereka tertawa bersama dalam suasana hangat dan penuh keakraban.
Ilustrasi suasana keluarga sederhana ketika seorang anak berbincang santai dengan ayah dan ibunya tentang rencana pernikahan, diwarnai tawa dan kehangatan.

Ketika Anak Laki-laki Memilih Istri Bukan Karena Cantik, Tapi Karena Bisa Ngatur Uang – Di sebuah desa yang kecil, suasananya juga adem dan penuh suara jangkrik setiap malam. Disana hiduplah seorang pemuda yang sudah berumur 28 tahun. Umurnya memang belum tua-tua amat, tapi di mata orang tuanya, itu sudah saatnya punya cucu.

Tiap kali ada acara hajatan, si ibu selalu ditanya oleh tetangga, “Lha, anakmu kok belum nikah juga, Bu?”
Pertanyaan itu rasanya lebih tajam daripada pisau dapur yang baru diasah.

Akhirnya, karena anaknya yang tak juga memberi kabar soal jodoh. Sang orang tua memutuskan turun tangan. Mereka datang langsung menemui anaknya di perantauan.

“Nak,” kata sang ibu dengan nada yang lembut tapi menekan, “kapan kamu nikah? Kami ini pengen nimang cucu, bukan terus-terusan nimang cicilan sawah.”
Sang ayah hanya mengangguk sambil batuk kecil, tandanya sudah setuju tanpa berkomentar.

Seorang pemuda bercengkerama dengan kedua orang tuanya di ruang tamu, mereka tertawa bersama dalam suasana hangat dan penuh keakraban.
Ilustrasi suasana keluarga sederhana ketika seorang anak berbincang santai dengan ayah dan ibunya tentang rencana pernikahan, diwarnai tawa dan kehangatan.

Ketika Logika Lebih Diutamakan Daripada Rayuan Romantis

Anaknya tersenyum. “Iya, Bu, Ayah. Saya pikir-pikir dulu ya.”
Orang tuanya mengangguk, walau dalam hati mereka mungkin sudah teriak, “Berpikir terus, kapan realisasinya, Nak?”

Dua minggu berlalu, sang anak akhirnya datang ke rumah dengan wajah yang tenang.
“Bu, Ayah,” katanya sambil menyeruput teh manis. “Saya sudah siap menikah.”

Sang ibu hampir menjatuhkan gelas saking senangnya.
“Tapi…” lanjut anak itu.

Nah, ini dia kata yang paling ditakuti orang tua yaitu kata tapi.

“Saya mau menikah dengan perempuan yang ahli dalam ilmu ekonomi,” ujarnya dengan mantap.

Syarat Aneh Tapi Masuk Akal: Calon Istri Harus Ahli Ekonomi

Seketika ruang tamu itu menjadi hening. Ayahnya pun sampai menatap dengan heran, ibunya sambil menelan ludah.

“Lho, maksudnya gimana, Nak?”

“Begini, Bu,” katanya dengan nada serius, “pendapatan saya masih pas-pasan. Saya butuh istri yang bisa ngatur keuangan. Kalau bisa, yang ngerti cara nyimpen uang tanpa bikin saya kelaparan di tanggal tua.”

Ibunya tersenyum geli. “Kamu ini aneh, Nak. Orang lain mintanya yang cantik, yang halus, yang manis. Kamu malah cari yang bisa ngatur duit.”

Anaknya menjawab dengan santai, “Ya Bu, kalau cuman cantik tapi boros, nanti saya bisa jadi kurus. Mending istri biasa aja, tapi dompet tetap aman.”

Baca Juga:

Pis Of Cur Sembarangan Yang Bikin Geger Satu Kampung

Pis Of Cur Sembarangan Yang Bikin Geger Satu Kampung https://sabilulhuda.org/pis-of-cur-sembarangan-yang-bikin-geger-satu-kampung/

Pelajaran Dari Pemuda Yang Lebih Takut Tanggal Tua Daripada Jomblo

Ayahnya hanya tertawa kecil. “Berarti kamu cari bendahara, bukan istri?”
“Bukan, Yah. Tapi kalau bisa bendahara yang sayang saya, itu baru sempurna,” jawabnya sambil nyengir.

Semua tertawa. Tapi di balik tawa itu, mereka semuanya sadar bahwa anak mereka memang sudah dewasa. Ia tidak lagi berpikir soal wajah, tapi soal masa depan. Ia tahu bahwa setelah menikah, yang dia hadapi bukan hanya malam bulan madu, tapi juga tagihan listrik, minyak goreng, dan beras yang terus naik.

Antara Cinta, Dompet, Dan Kesiapan Menikah

Dalam pandangan Islam, menikah itu adalah sunnah mu’akkad bagi yang mampu. Tapi “mampu” di sini bukan cuma soal tenaga dan cinta, tapi juga soal mampu untuk bertanggung jawab.

Sedangkan dalam falsafah Jawa, ada pepatah “urip iku kudu ngerti waton lan wates” (hidup itu harus tahu batas dan ukuran). Kalau ekonomi tidak terukur, cinta pun bisa luntur.

Cinta Itu Perlu, Tapi Anggaran Bulanan Lebih Perlu

Jadi, meskipun terdengar lucu, tapi keinginan anak itu justru sangat masuk akal. Ia mencari pasangan bukan karena ingin ia pamerkan, tapi karena ingin pasangan itu bisa berjuang bersama.

Dan siapa tahu, perempuan yang ia cari nanti bukan hanya pandai mengatur uang, tapi juga pandai dalam menenangkan hati.

Karena dalam rumah tangga, kesejahteraan tidak hanya diukur dari isi dompetnya saja. Tetapi juga dari rasa ketenangan yang tumbuh setiap hari. Meskipun kadang cuma makan tempe goreng berdua sambil tertawa.

Baca Juga: Bukan Dia yang Berubah, Kacamatamu yang Berganti Warna