Kamu Masih Gak Yakin Sama Allah?

Ilustrasi seorang muslim duduk di atas sajadah dengan cahaya lembut dari langit menembus jendela, melambangkan ketenangan dan keyakinan kepada Allah.
Seorang muslim yang sedang merenung di atas sajadah, memandang cahaya ilahi yang menenangkan hati—simbol keyakinan, doa, dan kedekatan dengan Allah.

Sabilulhuda, Yogyakarta: Kamu Masih Gak Yakin Sama Allah? – Dalam hidup, kita sering kali berlari terlalu cepat dalam mengejar sesuatu baik itu rezeki, prestasi, jabatan, atau bahkan kebahagiaan. Tapi, anehnya, semakin cepat kita berlari, justru semakin terasa lelah.

Kadang semua yang kita dapat malah terasa hambar, cepat habis, dan tidak membahagiakan. Kenapa bisa begitu? Karena ternyata, banyak di antara kita yang sibuk mencari hasil, tapi lupa mencari sang pemberi hasilnya.

Padahal, Allah sudah menjelaskan dengan sangat sederhana:

وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّٰهُۗ

“Bertakwalah kepada Allah, niscaya Allah akan mengajarimu….” (QS. Al-Baqarah: 282)

Ayat ini bukan hanya sebagai nasehat, tapi sebuah janji. Janji bahwa siapa pun yang mendekat kepada Allah dengan takwa, maka ia akan dibimbing langsung oleh-Nya. Baik itu Ilmu, kecerdasan, ketenangan, solusi, semua akan datang dari arah yang tak pernah ia sangka.

Tapi sayangnya, kita seringkali lebih yakin pada kerja keras daripada pada kuasa Allah. Kita percaya pada proses, tapi lupa menautkan proses itu kepada Sang Pemilik Takdir.

Belajar Dari Ulama Dan Sahabat Yang Hidupnya Diberkahi

Lihatlah para ulama terdahulu, seperti Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd. Mereka bukan hanya orang yang cerdas, tapi juga orang yang bertaqwa. Orang yang sebelum menulis kitab, sebelum meneliti, mereka terlebih dahulu menundukkan hatinya di hadapan Allah.

Dari situlah lahir keberkahan ilmu. Dan dari situ juga datang pemahaman yang dalam, cepat, dan mengalir. Karena siapa pun yang menjaga koneksi dengan Allah, maka mereka akan mendapatkan bimbingan yang tidak mungkin diperoleh hanya dengan kecerdasan semata.

Baca Juga:

Coba kita perhatikan kisah para sahabat. Abdurrahman bin Auf sebelum mengenal Islam beliau hanyalah pedagang biasa. Tapi setelah meningkatkan ketakwaan. Kemudian Allah lipatgandakan rezekinya hingga tak terhitung nilainya.

Kalau kita konversikan ke zaman sekarang ini, kekayaannya bisa mencapai puluhan triliun rupiah. Bukan karena dia pandai dalam berdagang semata, tapi karena hatinya selalu terikat kepada Allah. Ia memulai setiap urusannya dengan takwa, bukan dengan strategi dunia.

Begitulah rahasia hidup yang sering kita lupakan. Kita ingin kaya, tapi lupa untuk tenang. Kita ingin sukses, tapi hati kita terus gelisah. Padahal, kebahagiaan yang sejati bukan diukur dari berapa banyak yang kita miliki, tapi dari seberapa dekat kita dengan Allah. Sebab, sakinah (rasa ketenangan itu) hanya akan hadir di hati kit ajika terhubung dengan-NYA.

Salat Sebagai Sambungan Koneksi Langsung Yang Sering Kita Lupakan

Kalau kamu punya masalah, kemudian ingin jalan keluar, ingin naik level dalam hidup, Allah sudah beri rumusnya, yaitu sabar dan salat.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah: 153)

Salat bukan cuma sebagai rutinitas. Tetapi salat merupakan sarana untuk  berkomunikasi secara langsung dengan Allah. Saat kamu berdiri dalam salat, lalu membaca Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, maka Allah menjawab, “Hambaku sedang memuji-Ku.”

Saat kamu mengucapkan Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, Allah berkata, “Ini antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.” Bayangkan, Allah sendiri menjawab doamu setiap kali kamu salat, tapi kita sering menunaikannya tanpa rasa, tanpa yakin.

Saat Semua Terlihat Mustahil, Lihatlah Kisah Nabi Zakaria

Nabi Zakaria pernah divonis mustahil mempunyai anak. Secara medis, fisiknya sudah tua, istrinya mandul. Tapi apa yang beliau lakukan? Ia tidak pernah berhenti berharap. Ia berdiri dalam salat, lalu memohon kepada Allah.

Maka, turunlah kabar gembira: “Kami berikan kepadamu seorang anak bernama Yahya.” Lahirnya Yahya bukan hanya karena keajaiban biologis, tapi sebagai bukti bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.

Maka, kalau hari ini kamu merasa pintu rezeki masih sempit, doa tak dikabulkan, atau hidup terasa mentok, mungkin bukan karena takdirnya yang buruk. Mungkin karena kamu belum benar-benar yakin pada Allah. Mungkin kamu masih meletakkan harapan pada logika, bukan pada Sang Pencipta logika.

Baca Juga:

Allah tidak pernah sulit untuk memberi, hanya kita saja yang sering sulit percaya.
Kita ingin sukses, tapi malas tahajud.
Ingin dimudahkan, tapi jauh dari Al-Qur’an.
Ingin masalah selesai, tapi masih mengandalkan manusia.

Padahal, semua Nabi dan Rasul mengajarkan hal yang sama, kalau ingin hidupmu dibimbing, dekatlah pada Allah. Nabi Isa, Nabi Ismail, Nabi Zakaria semuanya menjadikan salat sebagai jalan utama untuk memohon pertolongan. Mereka yakin bahwa satu sujud yang benar lebih kuat daripada seribu strategi manusia.

Ilmu Modern Pun Mengakui Kekuatan Cahaya Al-Qur’an

Zaman sekarang, bahkan penelitian modern pun mulai membuktikan hal itu. Seorang dokter Muslim di Inggris menemukan bahwa orang yang rutin membaca dan menghafal Al-Qur’an, mereka memiliki daya ingat dan fokus tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak. Itulah berkah dari cahaya ilahi yang bekerja dalam hati dan otak orang yang beriman.

Lalu, di Mana posisi kita sekarang?

Kita bilang percaya, tapi tidak pernah melibatkan Allah dalam keputusan. Kita bilang beriman, tapi masih ragu saat diuji. Serta bilang ingin dekat dengan Allah, tapi lebih sering dekat dengan layar ponsel daripada sajadah.

Kalau semua Nabi, ulama, dan orang-orang saleh sudah membuktikan bahwa kunci dari segala solusi adalah takwa, mengapa kita masih ragu? Mengapa kita masih bertanya, “Apakah Allah akan menolongku?”

Pertanyaan itu sendiri sudah menunjukkan kurangnya keyakinan kita. Padahal Allah tidak pernah ingkar janji. Kalau Dia bilang akan memberi jalan keluar bagi orang yang bertakwa, maka pasti ada. Kalau Dia bilang akan mengajar bagi yang mendekat, maka itu nyata.

Mungkin, yang perlu kita renungkan hari ini bukanlah “kapan Allah menolong kita”, tapi “seberapa yakin kita bahwa pertolongan itu sudah disiapkan?” Karena terkadang, Allah sudah menyiapkan jawabannya, hanya saja kita sendiri yang belum siap untuk menerimanya.

Baca Juga: ”HUSNUL KHATIMAH: Jalan Menuju Keabadian yang Penuh Berkah”