Gadung (Dioscorea hispida) Umbi Liar Yang Harus Bijak Dikelola – Gadung (Dioscorea hispida) adalah salah satu jenis umbi liar yang tumbuh di berbagai daerah tropis, termasuk Indonesia. Di beberapa wilayah, gadung dikenal dengan sebutan berbeda seperti gadong, bedor, atau bitule.
Umbi ini memiliki reputasi ganda: di satu sisi mengandung nutrisi yang bermanfaat, di sisi lain berbahaya bila tidak diolah dengan benar karena mengandung racun alami.
Masyarakat tradisional sudah lama mengenal cara pengolahan gadung agar aman dikonsumsi. Ilmu ini diwariskan turun-temurun, menjadikan gadung bukan sekadar bahan pangan alternatif, tetapi juga bagian dari kearifan lokal.

Ciri-Ciri Dan Habitat
Gadung adalah tumbuhan merambat dari keluarga Dioscoreaceae. Ciri khasnya antara lain:
- Batang: Merambat dengan duri kecil, memudahkan tanaman memanjat tumbuhan lain.
- Daun: Berbentuk jantung atau oval memanjang, permukaan licin.
- Bunga: Kecil dan berwarna kehijauan.
- Umbi: Bentuknya bulat hingga lonjong, kulitnya cokelat kehitaman, daging umbi putih atau kekuningan.
Gadung biasanya tumbuh liar di tepi hutan, ladang, atau pekarangan yang agak lembap. Tanaman ini dapat beradaptasi dengan baik di tanah gembur dan kaya humus.
Kandungan Dan Sifat Racun
Secara gizi, gadung mengandung karbohidrat, serat, protein, serta sejumlah mineral seperti kalsium dan fosfor. Kandungan energinya cukup tinggi, sehingga bisa menjadi sumber tenaga.
Namun, bagian umbi gadung mengandung senyawa beracun berupa dioskorin dan hidrosianida (HCN). Dioskorin adalah alkaloid yang dapat memengaruhi sistem saraf, menyebabkan mual, pusing, muntah, hingga sesak napas bila dikonsumsi mentah atau kurang diolah. Hidrosianida, bila kadarnya tinggi, berpotensi mematikan.
Inilah sebabnya gadung tidak bisa dimakan langsung, melainkan harus melalui proses perendaman dan pencucian berulang untuk menghilangkan racunnya.
Manfaat Gadung
Meski beracun dalam keadaan mentah, gadung yang diolah dengan benar memiliki sejumlah manfaat:
1. Sumber Karbohidrat Alternatif
Gadung dapat dijadikan pangan cadangan, terutama saat masa paceklik atau ketika harga beras mahal. Teksturnya yang padat membuatnya mengenyangkan.
2. Pangan Olahan Tradisional
Di beberapa daerah, gadung diolah menjadi keripik gadung atau rengginang gadung yang gurih. Rasanya unik, agak getir namun nikmat bila dibumbui dengan tepat.
3. Pemanfaatan Non-Pangan
Air rendaman gadung yang mengandung racun sering digunakan secara tradisional untuk mengusir hama di sawah atau kolam ikan.
4. Potensi Obat Tradisional
Dalam dosis sangat kecil dan diolah dengan cara khusus, ekstrak gadung digunakan untuk meredakan gatal atau menghangatkan badan. Namun, ini hanya dilakukan oleh orang yang paham betul cara pengolahannya.
Baca Juga:

Uwi (Dioscorea Alata) Pangan Lokal Yang Kaya Manfaat https://sabilulhuda.org/uwi-dioscorea-alata-pangan-lokal-yang-kaya-manfaat/
Bahaya Konsumsi Tanpa Pengolahan
Mengonsumsi gadung tanpa pengolahan yang benar dapat menyebabkan keracunan. Gejala yang sering muncul meliputi:
- Pusing dan sakit kepala
- Mual dan muntah
- Kesulitan bernapas
- Kejang
- Hilang kesadaran
Dalam kasus berat, keracunan bisa berakibat fatal. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang cara mengolah gadung menjadi sangat penting.
Cara Pengolahan Aman
Pengolahan tradisional gadung melibatkan beberapa tahap untuk menghilangkan racun:
1. Pengupasan Dan Pemotongan
Umbi dikupas hingga bersih, kemudian diiris tipis untuk memperluas permukaan yang terkena air.
2. Perendaman Dalam Air Mengalir
Irisan gadung direndam dalam air mengalir, seperti di sungai, selama 3–7 hari. Proses ini membantu melarutkan racun dioskorin dan HCN.
3. Pencucian Berulang
Setelah perendaman, gadung dicuci berkali-kali hingga air cucian benar-benar jernih dan tidak berbau getir.
4. Perendaman Dengan Abu Atau Kapur Sirih (opsional)
Beberapa daerah menambahkan abu dapur atau kapur sirih ke dalam air rendaman untuk mempercepat pengendapan racun.
5. Penjemuran Atau Perebusan
Irisan gadung dijemur hingga kering atau direbus sebelum diolah lebih lanjut menjadi makanan.
Pengolahan ini membutuhkan kesabaran dan ketelitian, tetapi hasilnya adalah gadung yang aman dikonsumsi dan lezat.
Kearifan Lokal Yang Perlu Dilestarikan
Proses pengolahan gadung yang diwariskan secara turun-temurun adalah bukti kearifan lokal masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam dengan aman. Pengetahuan ini tentang kesadaran bahwa alam menyediakan bahan pangan yang harus dihormati dan diolah dengan bijak.
Di tengah tren pangan alternatif dan eksplorasi kuliner lokal, gadung memiliki potensi untuk dikembangkan kembali sebagai produk pangan olahan dengan nilai ekonomi. Namun, edukasi tentang bahaya racunnya dan cara pengolahannya harus selalu ditekankan.
Gadung (Dioscorea hispida) adalah contoh nyata bahwa tidak semua bahan pangan alami aman dimakan langsung. Kandungan dioskorin dan HCN membuatnya berbahaya bila tidak diolah, namun melalui proses tradisional yang tepat, gadung dapat menjadi sumber pangan bergizi dan unik.
Selain memberi manfaat ekonomi, pelestarian pengetahuan pengolahan gadung juga memperkaya identitas kuliner Nusantara. Mengonsumsi gadung yang diolah dengan benar bukan hanya soal rasa, tetapi juga menghargai warisan kearifan lokal yang telah teruji oleh waktu.
Baca Juga: Sederet Manfaat Kunyit untuk Kesehatan













