Festival Kebudayaan Yogyakarta 2025: Nglestarekake Urip Budaya Jawa – Ada satu hal yang membuat Yogyakarta itu selalu istimewa. Bukan hanya karena bangunan tuanya atau keramahan orang-orangnya, tapi karena di setiap jengkal tanahnya, budaya di sana masih benar-benar hidup.
Dan salah satu buktinya bisa kita temui di Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2025, yang akan digelar di Lapangan Desa Logandeng, Playen, Gunungkidul, pada 11–18 Oktober 2025.
Tahun ini, FKY hadir dengan membawa tema yang unik sekaligus sarat makna: “Adoh Ratu, Cedhak Watu.” Sebuah ungkapan yang terasa sangat Jawa, sederhana, tapi maknanya sangat dalam.
Artinya, meskipun masyarakat itu mungkin jauh dari kekuasaan, tetapi mereka tetap dekat dengan akar kehidupan yaitu alam, tanah, dan juga tradisi.

Makna Di Balik “Adoh Ratu, Cedhak Watu”
Orang Jawa punya cara yang sangat istimewa dalam memaknai tentang hidup. Mereka tidak perlu yang namanya kemewahan atau kekuasaan yang besar untuk merasa berarti.
Justru dari hal-hal kecil seperti dari sawah, pasar, dapur, dan tempat berkumpul yang sederhana, budaya itu akan tumbuh dan juga dapat menghidupi.
Tema ini seperti mengingatkan kita semua bahwa jangan sampai kita ini sibuk dalam mengejar gemerlapnya kota sampai sampai kita lupa dengan akar budayanya sendiri. Karena sejauh apa pun kita pergi, budaya adalah rumah yang selalu siap menyambut kita.
Ragam Acara Yang Menghidupkan Suasana Desa
Acara FKY 2025 ini, sepertinya akan memperlihatkan seperti suasana khas pedesaan yang benar-benar terasa. Karena di acara tersebut terdapat Gelaran Olah Rupa, tempat dimana para seniman dari berbagai penjuru Yogyakarta dapat menampilkan karyanya yang terinspirasi dari kehidupan rakyat.
Lalu Pawai Rajakaya, yaitu sebuah parade penuh warna yang menghidupkan kembali dari tradisi lama dengan sentuhan yang modern.
Baca Juga:

Makna Filosofi Jawa Dalam Tiga Pilar Kehidupan: Rasa, Rasio, Dan Rogo https://sabilulhuda.org/makna-filosofi-jawa-dalam-tiga-pilar-kehidupan-rasa-rasio-dan-rogo/
Bagi yang suka dengan suasana pasar, Pasaraya Adat “Ruwang Berdaya” mungkin bisa menjadi tempat yang wajib kalian kunjungi saat acara tersebut berlangsung. Di sini, masyarakat dari berbagai daerah seperti Tepus, Karangmojo, hingga Bantul juga menampilkan hasil bumi, kerajinan tangan, dan kuliner lokal.
Semuanya itu menggambarkan betapa kuatnya semangat gotong royong dan kebersamaan dalam budaya Jawa.
Yang tak kalah menarik, ada juga “Pawon Hajat Khasiat” yaitu ruang bagi ibu-ibu padukuhan yang memamerkan jamu, makanan tradisional, dan racikan khas yang sudah turun-temurun. Dari dapur inilah rasa, doa, dan tradisi itu berpadu menjadi satu.
Ngobrol Santai, Ngrembug Budaya
FKY ini tak hanya tentang tontonan saja, tapi juga tentang rembugan. Melalui program FKY Rembug: Wicara, Siniar, Wedangan, para pelaku budaya, seniman, dan masyarakat bisa duduk bareng sambil wedangan.
Obrolan ini dapat menjadi ruang untuk saling berbagi cerita, gagasan, dan harapan tentang masa depan kebudayaan Jawa.
Dari Lumbung Ke Panggung
Selain itu, FKY ini juga mengajak kepada masyarakatnya untuk ikut Jelajah Budaya dan Lokakarya. Bersama para petani, pelestari pantai, hingga para pegiat seni tradisi.
Sementara di panggung FKY Bugar dan Sandiswara. Penonton juga bisa menikmati pementasan tari, wayang, dan musik tradisional yang dikemas dengan cara yang natural tapi kekinian.
Menjaga Nyala Budaya
Lewat festival ini, Yogyakarta seolah berkata: budaya Jawa bukan hanya sebagai kenangan masa lalu. Tetapi ia masih hidup di tangan para seniman, di dapur ibu-ibu desa, di tawa anak muda yang mencintai tanahnya.
Seperti pepatah Jawa bilang, “urip iku urup” hidup itu menyala. Dan lewat acara dari FKY 2025 ini, nyala itu terus dijaga agar tak pernah padam.
Baca Juga Artikel Berikut: Blangkon Jogja : Filosofi dan Makna yang Tersirat













