Ulama Bijaksana Dari Kota Baghdad
Allah Melihat Kita di Manapun Berada – Di kota Baghdad yang ramai dan indah, hiduplah seorang ulama besar yang bernama Syekh Junaid Al-Baghdadi. Beliau merupakan orang yang terkenal dan sangat bijaksana, berilmu luas, serta berhati lembut. Banyak orang yang datang dari berbagai kota hanya untuk belajar darinya.
Murid Yang Disayang Dan Rasa Iri Yang Tumbuh
Dari sekian banyaknya murid, ada satu pemuda yang sangat di sayang oleh sang guru. Namanya Amir. Ia termasuk murid yang rajin, sopan, dan selalu menjaga adab kepada sang guru.
Namun, beberapa murid yang lain mulai merasa iri. Mereka menganggap kalau gurunya tersebut terlalu memanjakan Amir karena sering berbicara empat mata dengannya.

“Guru tidak adil!” kata salah satu murid saat berkumpul di halaman.
“Benar! Setiap kajian, Amir selalu yang ditanya dan diajak berdialog. Seolah olah hanya dia yang pintar,” sahut yang lain.
Ujian Kecil yang Menumbuhkan Hikmah
Rasa iri itu tumbuh secara diam-diam di hati mereka. Hingga pada suatu hari, mereka berbuat jahil. Mereka lalu mengabari berita palsu kepada Amir tentang jadwal kajian yang diundur. Akibatnya, Amir datang sampai terlambat.
Syekh Junaid lalu memandang Amir dengan lembut. Di dalam hatinya beliau sudah tahu, murid secerdas Amir tak mungkin salah dalam mengingat jadwal. Tapi sang guru tak marah. Beliau hanya tersenyum dan mempersilakan Amir duduk.
Perintah Aneh Dari Sang Guru
Keesokan harinya, Syekh Junaid tiba tiba memanggil semua murid muridnya.
“Hari ini aku ingin memberi pelajaran yang berharga. Pergilah ke pasar, belilah seekor ayam, lalu sembelihlah di tempat yang tidak ada yang bisa melihat kalian,” perintah beliau.
Semua murid murid tersebut tampak senang. “Mudah sekali!” kata mereka sambil tertawa.
Baca Juga:

Cerita Anak Muslim (Part-3): Kisah Teladan Sumayyah binti Khayyat r.a https://sabilulhuda.org/cerita-anak-muslim-part-3-kisah-teladan-sumayyah-binti-khayyat-r-a/
Semua Murid Berhasil, Kecuali Satu
Di sore harinya, mereka semua kembali sambil membawa ayam yang sudah mereka sembelih. Hanya Amir yang datang dengan ayam yang masih hidup di pelukannya.
Sang guru bertanya kepada murid-murid yang lain,
“Apa yang kalian lakukan?”
Seorang menjawab, “Saya menyembelih di kamar setelah semua pintu saya kunci.”
Yang lain berkata, “Saya pergi ke gua yang jauh di hutan, sehingga tak ada yang melihat.”
Jawaban Amir Yang Menyentuh Hati
Lalu giliran Amir maju. Dengan wajah yang tertunduk ia berkata dengan pelan.
“Guru, saya tidak bisa melaksanakan perintah itu. Saya sudah mencari tempat yang sepi, ke kamar, ke hutan, bahkan ke gua.
Tapi saya sadar, di mana pun saya berada, Allah selalu melihat saya. Maka saya tidak bisa menyembelih ayam itu.”
Pelajaran Berharga: Allah Selalu Melihat Kita
Syekh Junaid tersenyum penuh kebanggaan.
“Anak-anak, inilah pelajaran penting pada hari ini. Allah Maha Melihat. Tidak ada satu pun tempat yang luput dari pandangan-Nya. Jadi, jangan pernah merasa sendirian, dan jangan berbuat sesuatu yang tidak baik walaupun tak ada manusia yang melihat.”
Semua murid lalu terdiam. Rasa iri yang tadi memenuhi hati mereka perlahan lahan hilang, dan tergantikan dengan rasa kagum dan malu. Mereka semuanya menyadari, bahwa guru tidak pilih kasih, tetapi Amir hanya lebih peka terhadap kehadiran Allah di setiap waktu.
Maka sejak hari itu, para murid belajar lebih sungguh-sungguh dan saling menyayangi satu sama lain. Dan mereka tak pernah lupa pesan gurunya:
“Di mana pun kamu berada, ingatlah… Allah selalu melihatmu.”