Cerita Anak Muslim (Part-27): Marah Pada Hujan

Ilustrasi dua anak muslim, seorang anak laki-laki dan perempuan berhijab, memandangi hujan dari jendela sambil belajar tentang kesabaran dan rasa syukur.
Kabi dan Bika memandangi hujan dari balik jendela, belajar bahwa setiap tetes hujan adalah rahmat dari Allah yang membawa banyak kebaikan.

Sabilulhuda, Yogyakarta: Cerita Anak Muslim (Part-27): Marah Pada Hujan – Hujan turun sejak pagi hari. Tetesan air jatuh dari langit, sehingga membasahi pepohonan dan juga halaman rumah. Di sebuah desa kecil, Andi dan adiknya, Bika, tengah bersiap untuk berangkat bersama orang tua mereka. Namun, tiba tiba hujan dan membuat mereka harus menunggu.

“Wah, hujan turun sebelum kami berangkat,” keluh Bika sambil menatap langit. “Hujan monyet, hujan monyet, pergilah!” katanya dengan wajah yang kesal.

Andi sang kakak segera menegurnya, “Bika, jangan berkata seperti itu. Percaya pada mantra atau tahayul itu dosa, lho. Hujan itu bukan sesuatu yang bisa kamu usir.”

Ibu mereka pun menimpali dengan nada yang lembut, “Nak, jangan marah pada hujan. Ayo sarapan dulu. Kalau sudah reda, baru kita berangkat.”

Tak lama, hujan pun benar-benar reda. Mereka berdoa sebelum pergi, dan perjalanan pagi itu pun dimulai dengan penuh semangat.

Pelajaran Tentang Tahayul Dan Keimanan

Sepanjang perjalanan, Bika masih terlihat murung. Ia teringat ucapan orang-orang tua dulu bahwa “kalau hujan turun sebelum berangkat, tandanya sial.”

Andi pun menasihatinya, “Itu cuma cerita zaman dulu, Bik. Kalau kita berdoa, insya Allah kita akan selalu dilindungi.”

Baca Juga:

Melalui kisah ini, anak-anak bisa belajar bahwa tahayul atau percaya pada hal-hal tanpa dasar agama, itu tidak dibenarkan dalam Islam. Segala sesuatu yang terjadi itu karena atas izin dan kehendak Allah, bukan karena keberuntungan atau kesialan.

Belajar Mengalah Dan Tidak Berebut

Sesampainya di tempat tujuan, Andi dan Bika sempat berselisih soal kamar yang akan mereka tempatinya.

“Ini kamarku! Aku yang sampai duluan!” seru Bika.
“Tidak! Aku yang lebih cepat,” sahut Andi.

Ibu yang mendengar keributan itu langsung menasihati mereka dengan sabda Rasulullah ﷺ:

“Janganlah kamu saling berebut, dan jadilah kamu sekalian hamba Allah yang saling bersaudara.”

Akhirnya Andi kakaknya memilih mengalah. Ia menunjukkan bahwa mengalah bukan berarti kalah, tapi justru sebagai tanda hati yang besar dan rasa penuh kasih sayang.

Ketika Marah Pada Hujan

Pada sore harinya, hujan kembali turun dengan deras. Orang tua mereka sedang pergi berbelanja, sementara Andi dan Bika tetap tinggal di rumah.

Bika yang bosan mulai mengeluh lagi. “Ah, hujan lagi! Aku mau ke hutan cari serangga, tapi gara-gara hujan, semuanya jadi gagal!”

Andi lalu mengingatkan kembali, “Jangan marah pada hujan, Bik. Itu rahmat dari Allah.”

Namun, karena penasaran, Bika tetap nekat pergi ke hutan. Di tengah kabut dan derasnya hujan itu, ia kemudian tersesat. Andi pun panik lalu mencari adiknya.

“Bika! Kamu di mana?” teriaknya.
Akhirnya, mereka berdua ditemukan oleh ayah dan ibunya, mereka berdua basah kuyup namun selamat.

Baca Juga:

Hujan Adalah Rahmat, Bukan Musibah

Sesampainya di rumah, Bika menunduk dengan rasa penyesalan. “Maaf, Bu. Gara-gara hujan tidak reda-reda, aku jadi marah.”

Ibu hanya tersenyum lembut dan berkata,
“Hujan itu rezeki yang Allah turunkan. Haram hukumnya jika kita mencela hujan. Rasulullah bersabda, ‘Carilah waktu yang mustajab untuk berdoa ketika hujan turun.’ Jadi justru saat hujan, doa kita bisa lebih cepat dikabulkan.”

Bika pun terdiam. Ia mulai memahami bahwa setiap tetes dari hujan dapat membawa keberkahan. Tanpanya, bumi akan kering, tanaman layu, hewan kehausan, dan manusia tak bisa hidup.

Doa Saat Turun Hujan

Ayah kemudian mengajarkan doa pendek yang indah kepada anak-anaknya:

“Allahumma shoyyiban nafi‘an.”
Artinya: Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat bagi kami.

Kini setiap kali hujan turun, Bika tidak lagi marah. Ia malah tersenyum sambil berdoa. Ia tahu, hujan bukanlah sebagai  penghalang, tetapi sebagai rahmat dan kasih sayang dari Allah.

Pesan Moral dari Dongeng “Marah Pada Hujan”

Dari kisah Andi dan Bika ini, anak-anak dapat belajar banyak hal penting:

  • Jangan percaya tahayul. Segala sesuatu terjadi karena izin Allah, bukan karena keberuntungan atau kesialan.
  • Jangan marah pada hujan. Setiap tetesnya akan membawa manfaat yang besar bagi seluruh makhluk.
  • Belajarlah mengalah dan bersaudara. Mengalah bukanlah tanda kelemahan, tapi tanda kebaikan hati.
  • Berdoalah saat hujan. Karena hujan adalah salah satu waktu mustajab untuk memohon kepada Allah.

Hujan adalah rahmat, bukan musibah. Melalui dongeng ini, anak-anak diajak untuk bersyukur, bersabar, dan menghargai ciptaan Allah.

Baca JugaBuku Dongeng Gratis Tersedia di Situs Kemdikbud