Sabilulhuda, Yogyakarta: Kisah Emas Di Dalam Perut Ikan! – Di sebuah desa kecil yang damai, hiduplah sepasang suami istri yang bernama Basir dan Shanum. Mereka berdua tinggal di rumah yang sederhana, namun mereka selalu berusaha hidup dalam ketaatan kepada Allah. Shanum dikenal sebagai istri yang lembut dan rajin beribadah.
Setiap kali ia melakukan sesuatu, mulai dari menyiapkan sarapan, menata rumah, hingga berbelanja ke pasar, ia tidak pernah lupa mengucapkan Bismillah.
Bagi Shanum, dengan menyebut nama Allah di awal setiap mau melakukan sesuatu akan mendatangkan keberkahan. “Bismillah, semoga makanan ini membawa berkah untuk keluarga kami,” ucapnya setiap kali ia menyajikan hidangan untuk suaminya.
Namun, Basir tidak sependapat. Ia menganggap kebiasaan istrinya itu sangat berlebihan. Lama-kelamaan, ia justru merasa terganggu mendengar ucapan Bismillah yang terus terulang setiap harinys.
Di dalam hatinya Basir timbul rasa jengkel. “Apakah dengan mengucapkan Bismillah segalanya akan jadi lebih baik?” gumamnya penuh rasa ingin tahu.
Ujian Dari Seorang Suami
Suatu malam, Basir mendapatkan ide untuk menguji keyakinan istrinya. Ia menyerahkan sebuah kantong kecil yang berisi koin emas kepada Shanum. “Simpanlah kantong ini baik-baik, jangan sampai ada satu pun yang hilang,” katanya.
Shanum menerima amanah itu dengan hati-hati, lalu ia meletakkannya di bawah tumpukan pakaian sambil berucap, “Bismillah, Ya Allah, aku titipkan ini kepada-Mu.”
Baca Juga:
Tanpa sepengetahuan Shanum, Basir lalu mengintip dari balik pintu. Ia mencatat tempat istrinya itu menyimpan kantong tersebut. Maka saat tengah malam, Basir dengan langkah pelan-pelan, ia membuka lemari dan mengambil satu koin emas dari dalam kantong itu.
Itu bukan koin sembarangan, ia sengaja mengambil yang sudah sedikit rusak di pinggirnya. Setelah itu, ia pergi ke tepi laut dan melemparkan koin tersebut sejauh mungkin ke dalam air.
“Kalau benar ucapan Bismillah bisa mendatangkan keajaiban, mari kita lihat apakah koin ini bisa kembali,” ujarnya dengan sinis sebelum pulang.
Keajaiban Yang Tak Disangka
Hari demi hari pun berlalu. Basir tak menyinggung soal kantong emas itu. Hingga suatu hari, seorang nelayan datang menghampirinya sambil membawa seekor ikan besar. “Tuan, maukah Anda membeli ikan ini? Cukup lima dirham saja.” Basir pun setuju dan membawa pulang ikan itu untuk makan malam.
Begitu sampai di rumah, ia menyerahkan ikan tersebut kepada Shanum. “Masaklah ikan ini, aku sudah lapar sekali,” ujarnya. Dengan senyuman yang lembut, Shanum menjawab, “Bismillah, aku akan memasaknya sekarang.”
Saat memotong ikan, pisau Shanum tiba tiba berhenti di bagian tengah tubuh ikan karena terasa keras. Ia mencoba di bagian yang lain, namun kembali menemukan sesuatu yang mengganjal.
Dengan hati-hati, ia membelah perut ikan itu, dan betapa terkejutnya Shanum seketika itu menemukan sebuah benda yang berkilauan di dalamnya.
Ternyata, itu adalah koin emas! Bahkan koin tersebut tampak sedikit rusak di pinggirnya, persis seperti koin yang dulu diambil Basir.
Baca Juga:
“MasyaAllah, kenapa bisa ada koin emas di dalam perut ikan?” bisiknya dengan heran. Tanpa berpikir panjang, ia mengambil kantong emas pemberian suaminya dan menaruh koin itu di dalamnya. “Bismillah, aku titipkan kembali kepada Allah,” ucapnya lirih.
Saat Kebenaran Terungkap
Pada malam harinya, Basir berpura-pura meminta kantong emas itu. Ia ingin membuktikan bahwa satu koin pasti telah hilang. Shanum segera mengambilnya dan berkata, “Aku hanya membukanya sekali, tadi siang, untuk menaruh koin yang kutemukan di dalam ikan.”
“Kau menemukan koin di dalam ikan?” tanya Basir dengan heran. Ia langsung menghitung isi kantong itu di hadapan istrinya. Satu demi satu koin dikeluarkan. Dan ternyata semuanya lengkap! Bahkan koin rusak yang ia lempar ke laut kini ada di tangannya.
Basir terpaku. “Ini… koin yang aku buang ke laut,” ujarnya sambil gemetar. “Bagaimana bisa kembali padamu?”
Shanum lalu menatap suaminya. “Suamiku, yakinlah. Allah selalu menjaga dan melindungi hamba-Nya yang menyebut nama-Nya. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya.”
Maka sejak saat itu, Basir pun mulai berubah. Ia mulai mengikuti kebiasaan Shanum, mengucapkan Bismillah setiap kali hendak berbuat sesuatu. Sedikit demi sedikit, ia memperbaiki salatnya dan menjadi pribadi yang lebih sabar dan lembut.













