Kisah Teladan Fathimah binti Muhammad SAW – Fathimah binti Muhammad SAW adalah putri bungsu dari Rasulullah dan Sayyidah Khadijah. Ia di kenal sebagai seorang wanita yang berhati lembut, sabar, dan juga sangat taat kepada Allah.
Dari kecil, Fathimah tumbuh di dalam keluarga yang penuh kasih, namun juga harus menghadapi berbagai ujian berat sejak usia dini.

Kasih Sayang Dan Keteguhan Di Tengah Ujian
Ketika Fathimah masih kecil, ayahnya, Nabi Muhammad SAW, diangkat menjadi seorang Rasul. Maka sejak saat itu, kehidupan keluarga mereka menjadi berubah. Banyak orang Quraisy yang memusuhi Rasulullah, bahkan keluarga dan kerabatnya mereka sendiri sampai menjauhinya.
Pada saat itu Fathimah yang masih kecil menyaksikan sendiri bagaimana ayahnya dihina dan disakiti oleh kaum kafir Quraisy.
Suatu hari, ia melihat orang-orang meletakkan kotoran unta di punggung ayahnya saat beliau sedang sujud dalam shalat. Dengan air mata yang menetes, Fathimah kecil langsung berlari membersihkannya.
Meskipun hatinya sedih, tetapi ia tetap sabar dan berusaha menghibur ayahnya. Dari sinilah terlihat betapa besar kasih sayangnya kepada Rasulullah.
Setelah ibunda tercinta, Sayyidah Khadijah, wafat, Fathimah menjadi penopang hati ayahnya. Ia selalu berada di sisi Rasulullah, membantu dan menghiburnya. Karena kedekatan itu, para sahabat sering memanggilnya dengan sebutan Ummu Abiha. Yang berarti “ibu bagi ayahnya”, sebagai tanda bahwa betapa besar kasih sayangnya kepada Rasulullah.
Baca Juga:

Cerita Anak Muslim (Part 1): Pertolongan Dari Allah https://sabilulhuda.org/cerita-anak-muslim-part-1-pertolongan-dari-allah/
Pernikahan Dengan Ali bin Abi Thalib
Ketika ia dewasa, Fathimah kemudian dinikahkan dengan Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu Rasulullah yang terkenal dengan keberanian dan keimanannya. Mereka hidup dengan sangat sederhana.
Rumah mereka kecil, tanpa ada perabot yang mewah. Namun di sanalah kebahagiaan sejati tumbuh dari keikhlasan dan cinta karena Allah.
Setiap hari Fathimah bekerja keras. Ia memasak, mencuci, dan mengambil air sendiri. Tangannya sering terluka karena menggiling gandum.
Sampai pernah ia meminta kepada Rasulullah seorang pembantu dari tawanan perang. Namun Rasulullah menolak dengan lembut dan mengajarkan sesuatu yang jauh lebih berharga:
“Wahai Fathimah, bacalah Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 34 kali sebelum tidur. Itu lebih baik daripada seorang pembantu.”
Sejak itu, Fathimah selalu mengamalkan dzikir tersebut setiap malam.
Keturunan Mulia: Hasan, Husain, Zainab, Dan Ummu Kulsum
Fathimah dan Ali mereka kemudian di karuniai empat anak yaitu Hasan, Husain, Zainab, dan Ummu Kulsum. Rasulullah sendiri sangat mencintai cucu-cucunya ini. Beliau sering bermain bersama mereka dan bersabda, “Hasan dan Husain adalah permata hatiku di dunia.”
Ketika Rasulullah sakit keras, Fathimah dating untuk menjenguk. Kemudian ayahnya berbisik sesuatu di telinganya hingga ia menangis, lalu berbisik lagi hingga ia tersenyum.
Akhir Kehidupan Fathimah Dan Janji Surga
Setelah Rasulullah wafat, barulah Fathimah menceritakan bahwa ayahnya berkata. Ia akan menjadi orang pertama dari keluarganya yang yang menyusul beliau. Dan benar saja, enam bulan kemudian, Fathimah wafat kemudian di makamkan di Madinah.
Fathimah binti Muhammad SAW di kenal sebagai wanita suci dan pemimpin para wanita di surga. Dari kisahnya, anak-anak muslim dapat belajar tentang kesabaran, keteguhan iman, dan cinta kepada orang tua.
Fatimah adalah salah satu wanita yang bisa menjadi contoh bagi setiap muslimah yang ingin menjadi hamba Allah yang mulia dan penuh kasih.