
Percakapan Keluarga Bayu dan Keluarga Burhan
Pembicaraan pun beralih topik. Tidak lagi membicarakan soal makam keluarga Bayu yang tertimpa mobil Burhan. Melainkan membicarakan latar belakang Sulastri dan keluarganya.
Dewi anak Sulastri yang seorang bidan kemudian menikah dengan Arya Dwi Pamungkas. Kemudian dikaruniai dua orang anak dan seterusnya sampai peristiwa meninggalnya Arya dan Anisa dalam sebuah kecelakaan.
“Kami ikut berduka Bu Lastri, semoga anak menantu Ibu dan cucu ibu bahagia di alam sana,” kata Burhan.
“Rasanya baru kemarin mereka pergi, ternyata sudah beberapa tahun,” kata Nenek Lastri.
Burhan mendengarkan cerita Nenek Lastri dengan antusias. Tampak gambaran kesedihan yang dirasakan Nenek Lastri. Burhan sampai tidak sampai hati untuk mengalihkan topik pembicaraan.
Nenek Lastri seperti sedang curhat dan mengeluarkan semua keluh kesahnya.
“Nenek, Pak Burhan dan Bu Maisaroh kok gak dikasih kesempatan untuk bicara!” Bayu mengingatkan Nenek Lastri perlahan sambil meletakkan nampan berisi minuman.
“O iya, maaf Nenek sampai larut dalam cerita. Lupa kalau sedang bicara dengan tamu. Silakan diminum dulu, baru gantian kalian yang cerita,” kata Nenek Lastri.
“Gapapa Bu Lastri, kami senang mendengar ceritanya. Bahkan terasa semakin dekat meski baru pertama kali ini bertamu,” kata Burhan.
“Iya Pak, Ibu juga merasa akrab sekali dengan keluarga ini. Meskipun—” Ucapan Maisaroh terhenti.
“Maksudya apa Bu?” tanya Bayu.
“Meskipun penyebab pertemuan ini kami mendapat musibah dulu,” jawab Maisaroh.
“Oh, gapapa Bu yang penting Bapak dan Ibu selamat tak kurang satu apa. soal makam gak usah dipikirkan, memang kami sudah berencana mau memperbaiki,” kata Bayu.
Kesedihan Maisaroh
Tanpa terasa air mata Maisaroh menetes, ingat akan Alisa. Mimpi Alisa, hubungan Alisa dengan Bayu dan semua tentang Bayu yang diketahui secara langsung. Betapa sopannya Bayu dan sayangnya Bayu kepada keluarganya.
Alisa dalam mimpi dilarang berhubungan dengan Bayu. Siapakah sosok wanita tersebut. Maisaroh sangat penasaran dan ingin mengetahui kebenaran dari semua itu.
“Malam ini, kalian menginap di sini saja. Ada kamar kosong, biar nanti disiapkan Bayu,” kata Nenek Sulastri.
“Apa tidak merepotkan Bu Lastri dan Nak Bayu?” tanya Burhan.
“Tidak, justru kami senang ada teman ngobrol. Selama ini kami hanya berdua saja, Bayu belum siap memberikan cucu buyut untuk Neneknya,” kata nenek Lastri.
“Belum waktunya Nek, doakan Bayu mendapat istri yang sholehah nanti!” seru Bayu.
“Amin…” Burhan dan istrinya secara spontan mengucapkan amin. Sikap sopan Bayu membuat kedua orang itu merasa cocok.
Sayangnya mereka berdua masih dihantui tentang mimpi Alisa dan apa yang baru saja menimpa mereka.
“Terima kasih Pak, Bu doanya. Kalau sudah mau istirahat saya siapkan dulu kamarnya,” Kata Bayu.
Masa Lalu Keluarga Bayu
“Belum Nak, sebenarnya ada yang ingin kami tanyakan. Namun, maaf sebelumnya, jika tidak berkenan tidak usah dijawab gapapa,” Kata Burhan.
“Silakan Pak, mau bertanya soal apa?” jawab Bayu.
“Ini ada hubungannya dengan kejadian tadi sore. Maksudnya, kenapa keluarga Nak Bayu dimakamkan di pemakaman itu? Bukankah di kampung ini juga ada makam?” tanya Burhan.
Bayu terdiam, pandangan matanya menerawang jauh. Seakan sedang mengingat peristiwa lampau yang kurang mengenakkan. Bahkan, Sulastri pun tampak seperti merasa sedih dengan pertanyaan Burhan.
“Mohon maaf jika tidak berkenan, hanya ingin tahu saja. Kalau keberatan tidak perlu dijawab,” kata Burhan.
“Gapapa Pak, mungkin memang ini sudah digariskan. Apa yang menimpa Bapak dan Ibu serta kenapa makam kedua orang tua saya dan adik saya yang tertimpa mobil. Sepertinya bukan sebuah kebetulan,” sahut Bayu.
“Apa yang dikatakan Bayu adalah benar. Sepertinya ini bukan kebetulan, tapi memang sebuah petunjuk,” kata Nenek Sulastri.
Burhan dan Maisaroh semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Bayu dan Neneknya. Namun, keduanya mencoba untuk bersabar menantikan mereka melanjutkan bicara.
“Jadi begini, Pak Burhan dan Bu Maisaroh. Sebelumnya kami juga tidak terlalu percaya dengan hal ini. Namun, sepertinya alam memberi tanda atau bukti,” kata Bayu.
Kemudian Bayu menceritakan apa yang dulu menimpa kedua orang tua dan adiknya. Bayu mengatakan jika dia beberapa kali ditemui arwah ayah ibunya. Dalam mimpi tersebut, dikatakan jika Dewi ibunya Bayu tidak meninggal karena bunuh diri.
Keanehan Keluarga Bayu
Begitu juga dengan Arya ayahnya dan juga Anisa adiknya. Mereka bukan kecelakaan biasa, tapi kendaraannya disabotase seseorang hingga mengalami kecelakaan.
“Jadi, Ibu Nak Bayu bukan meninggal bunuh diri?” tanya Burhan.
“Menurut mimpi yang saya alami seperti itu, Pak. Wallahu a’lam kebenarannya bagaimana,” jawab Bayu.
“Terus hubungannya dengan dimakamkan disana apa, Nak Bayu?” tanya Burhan.
“Karena kami dulu adalah penduduk kampung itu dan sampai sekarang masih punya rumah disana. Meski tidak dihuni, karena saya dan Nenek sempat dikucilkan disana,” jawab Bayu dengan wajah tertunduk.
“Sabar ya Nak Bayu, maaf kalau mengingatkan dengan peristiwa yang tidak mengenakkan,” kata Burhan.
“Apakah bukti-bukti Ibu Nak Bayu bukan bunuh diri itu sudah kuat? Kalau sudah, perlu dibersihkan nama Bu Dewi,” sahut Maisaroh.
“Itu juga Bu, karena dalam mimpi itu Bapak dan Ibu saya bilang, semua akan terungkap setelah peringatan seribu hari Ibu!” jawab Bayu.
Burhan dan Maisaroh semakin tidak mengerti. Mereka merasa apa yang terjadi belakangan penuh misteri. Alisa mimpi dilarang dekat dengan Bayu oleh sosok wanita. Sementara Bayu juga mimpi ditemui orang tuanya yang memberi pesan tertentu.
Burhan & Maisaroh Alami Hal Mistis
Secara kebetulan juga, Burhan dan Maisaroh mengalami hal mistis mobilnya masuk ke pemakaman. Lebih mengherankan lagi yang tertimpa adalah makam keluarga Bayu. Kedua orang tuanya dan juga adiknya Bayu. Terlalu sulit dimengerti sebagai sebuah kebetulan.
“Apakah Bayu juga mengalami hal yang misterius secara beruntun. Sehingga dia yakin ini bukan sebuah kebetulan, melainkan sudah digariskan,” kata Burhan dalam hati.
Burhan dan Maisaroh masih penasaran, mereka sampai lupa jika ditunggu Alisa di rumah seorang diri. Sampai akhirnya mereka berangkat tidur pun tidak memberi kabar kepada Alisa. Sementara Alisa sendiri tidak mencoba kontak mereka.
Alisa berpikir menemui Kyai Usman kedua orang tuanya biasa lupa waktu sampai menginap di pesantren.
Munculnya Sosok Anisa

Burhan dan Maisaroh pun berangkat tidur di kamar yang telah disiapkan Bayu. Sampai saat itu Burhan dan Maisaroh masih menyembunyikan dirinya adalah orang tua Alisa dari Bayu. Mereka ingin mengenal Bayu lebih dekat.
Tanpa tahu jika mereka adalah orang tua Alisa. Agar tidak mendapat sikap yang dibuat-buat jika tahu mereka adalah orang tua Alisa.
Mimpi Maisaroh Bertemu ruh Anisa
“Sebenarnya Bayu itu anak baik, Pak. Kenapa Alisa malah mengalami mimpi seperti itu?” tanya Maisaroh.
“Entahlah, padahal Bayu belum tahu kita siapa sampai sekarang,” jawab Burhan.
“Apakah mungkin, sosok wanita yang mendatangi Alisa lewat mimpi adalah adiknya Bayu, Pak?” tanya Maisaroh.
“Atas dasar apa, adiknya Bayu yang telah tiada melarang Alisa berhubungan dengan Bayu!” seru Burhan.
Sepasang suami istri tersebut melanjutkan obrolan berdua di dalam kamar. Rasa penasaran dengan apa yang terjadi akhir akhir. Kejadian secara beruntun yang saling berkaitan satu sama lain. Hingga akhirnya keduanya terlelap karena lelah.
Tengah malam, Maisaroh terbangun karena ingin ke kamar kecil. Beruntungnya sebelum tidur sudah ditunjukkan oleh Bayu letak kamar kecil rumah tersebut.
Sehingga Maisaroh tidak perlu mencari-cari.
Saat Maisaroh berjalan menuju ke kamar mandi, dia terkejut melihat ada sosok gadis kecil yang membelakanginya. Kemudian gadis tersebut menoleh ke arah Maisaroh dan berkata singkat.

“Bu, jangan biarkan Mas Bayu menikah dengan Alisa!” Sosok gadis tersebut kemudian lenyap setelah mengucapkan kalimat tersebut.
Maisaroh pun kaget, sepintas dia melihat wajah gadis kecil tersebut adalah Anisa adik Bayu yang sudah meninggal.
…



