Arti Syukur Yang Sebenarnya Dalam Islam: Bukan Sekedar Ucapan

Ilustrasi seorang muslimah berhijab berdoa dengan khusyuk di dalam rumah, menggambarkan arti syukur yang sebenarnya dalam Islam.
Ilustrasi muslimah sedang berdoa sebagai wujud rasa syukur kepada Allah.

Arti Syukur Yang Sebenarnya Dalam Islam: Bukan Sekedar Ucapan – Syukur adalah salah satu amalan hati dan lisan yang paling sering kita ucapkan, namun tidak semua orang memahami makna terdalam dari syukur itu sendiri. Banyak di antara kita yang menganggap syukur sebatas ucapan “Alhamdulillah” ketika mendapatkan nikmat.

Padahal, dalam ajaran Islam, syukur memiliki makna yang jauh lebih luas, bahkan menjadi kunci keberkahan hidup di dunia dan akhirat.

Ilustrasi seorang muslimah berhijab berdoa dengan khusyuk di dalam rumah, menggambarkan arti syukur yang sebenarnya dalam Islam.
Ilustrasi muslimah sedang berdoa sebagai wujud rasa syukur kepada Allah.

Apa Itu Syukur Yang Sebenarnya?

Secara sederhana, syukur adalah upaya menggunakan setiap nikmat yang Allah titipkan sesuai dengan apa yang Allah inginkan, dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya.

Jadi, bukan hanya soal rasa senang karena mendapatkan sesuatu, melainkan kesadaran kita untuk menyalurkan nikmat itu pada jalan yang diridai Allah.

Misalnya, seseorang memiliki anak. Maka bentuk syukurnya bukan hanya dengan mengadakan aqiqah atau selamatan. Tetapi juga dengan mendidik anak tersebut agar menjadi anak yang sholeh atau sholehah.

Demikian pula ketika kita diberi harta, pakaian, atau ilmu. Maka syukur berarti menggunakan semua itu untuk mendukung ibadah dan kebaikan, bukan hanya untuk memenuhi hawa nafsu dunia.

Syukur Bukan Hanya Ucapan

Banyak orang mengira bahwa cukup mengucapkan “Alhamdulillah” sudah dianggap bersyukur. Padahal, hakikat syukur adalah menggunakan nikmat sesuai perintah Allah.

Contoh sederhana:

Kita memiliki pakaian. Sudahkah pakaian itu kita pakai untuk menutup aurat dan beribadah, atau hanya untuk pamer gaya di depan manusia?

Kita memiliki kendaraan. Sudahkah kendaraan itu dipakai untuk berangkat ke masjid, menolong sesama, atau hanya untuk sekadar berbangga diri?

memiliki rumah. Apakah rumah itu menjadi tempat tumbuhnya ketaatan, atau hanya sebatas bangunan indah tanpa keberkahan?

Inilah yang membedakan syukur sejati dengan syukur hanya ucapan.

Baca Juga:

Teladan Dari Kisah Dalam Al-Qur’an

Dalam surah Ali Imran ayat 35–37, Allah menceritakan kisah Hanna, istri Imran, yang ketika mengandung berniat mensyukuri nikmat anak dengan menjadikannya seorang hamba yang sholeh.

Ia bahkan mempersiapkan tempat ibadah khusus (mihrab), memilih guru terbaik, dan mengiringinya dengan doa-doa tulus.

Dari kisah ini kita belajar bahwa syukur harus diwujudkan dengan persiapan yang nyata. Usaha dengan sungguh-sungguh, dan doa yang tiada henti. Bukan hanya berharap anak sholeh, tetapi juga berikhtiar mendidiknya dalam suasana yang penuh iman dan ibadah.

Syukur Membawa Keberkahan

Allah berjanji dalam Al-Qur’an:

لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ ٌ

Artinya: “Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu…” (QS. Ibrahim: 7)

Janji ini menunjukkan bahwa syukur bukan hanya menjaga nikmat, tetapi juga membuka pintu nikmat-nikmat baru. Banyak ulama besar lahir dari orang tua yang benar-benar mensyukuri nikmat anak.

Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Syafi’i, hingga Imam Al-Bukhari adalah contoh nyata. Bagaimana seorang ibu yang bersyukur mendidik anak dengan penuh kesungguhan, meski dalam keterbatasan.

Syukur menjadikan sesuatu yang kecil bernilai besar, yang berat terasa ringan, dan yang sempit terasa lapang. Bahkan, dalam kondisi sulit sekalipun, syukur mampu menghadirkan kebahagiaan.

Setiap Nikmat Adalah Titipan

Hal penting yang perlu kita sadari adalah bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan Allah. Anak, pasangan, harta, ilmu, bahkan kesehatan. Maka, syukur berarti menjaga titipan itu sesuai dengan kehendak-Nya.

Tidak ada satu pun anak yang terlahir tanpa keistimewaan. Kadang kita hanya melihat kekurangan, padahal Allah menitipkan potensi besar yang bisa menjadi jalan keberkahan bagi keluarga.

Karena itu, syukur sejati adalah menerima titipan Allah dengan lapang dada, lalu berusaha merawat dan mengarahkannya pada kebaikan.

Dari uraian diatas, bisa kita simpulkan bahwa syukur bukan hanya ucapan, tetapi merupakan prinsip hidup. Ia adalah cara seorang hamba mengelola titipan Allah agar semakin mendekat kepada-Nya.

Ketika kita benar-benar bersyukur, Allah akan menambah nikmat dengan cara yang tidak pernah kita duga.

Maka, mari kita renungkan kembali: sudahkah kita benar-benar mensyukuri nikmat yang Allah berikan? Apakah anak, harta, waktu, dan kesehatan sudah digunakan sesuai dengan yang Allah inginkan?

Jika iya, insyaAllah kita termasuk golongan hamba yang sedikit namun istimewa di sisi Allah.

Baca Juga: Pesan Menag pada ASN, Jadi Teladan Syukur dan Sabar