Oleh: Ki Pekathik
Sabilulhuda, Yogyakarta: Hikmah Cinta Ilahi Dalam Setiap Cobaan – Di tengah derasnya arus kehidupan, manusia kerap terhanyut oleh dunia. Lupa akan hakikat dirinya seorang hamba yang sejatinya diciptakan untuk mengingat, mencintai, dan bersyukur kepada Allah ﷻ. Namun kasih sayang Allah tak pernah pudar.
Sekalipun hamba berpaling, kasih-Nya tetap menunggu. Ia memanggil bukan dengan amarah, melainkan dengan kelembutan yang tersembunyi di balik ujian.
Rindu Allah di Tengah Ujian
Ketika hidup terasa berat, langkah kehilangan arah, dan harapan seolah runtuh satu per satu di situlah sebenarnya rindu Allah sedang mengetuk hati.
Ujian bukan tanda murka, tapi pertanda cinta.
Melalui cobaan, Allah mengingatkan agar hati kembali menoleh kepada-Nya; agar sujud menjadi lebih lama, doa lebih khusyuk, dan air mata menjadi saksi bahwa hati sedang pulang.
Sakit, kehilangan, kegagalan, dan kesempitan — semuanya adalah surat cinta Ilahi yang ditulis dengan tinta rahmat. Di balik tiap kesedihan, ada bisikan lembut:
“Kembalilah kepada-Ku, Aku rindu mendengarmu berdoa.”
Cinta Allah kepada Hamba-Nya
Rasulullah ﷺ meriwayatkan sabda Allah dalam hadits qudsi:
قالَ اللَّهُ تَعَالَى:
«أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي…»
(رواه البخاري ومسلم)
Artinya: “Allah berfirman: Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya apabila ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di tengah suatu majelis, maka Aku mengingatnya dalam majelis yang lebih baik dari itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Baca Juga:
Hadits ini adalah pelukan Ilahi bagi hati yang lelah. Betapa dekat Allah dengan hamba yang berzikir, yang tetap berharap meski dalam duka. Ia tak pernah meninggalkan; Ia selalu menyambut dengan cinta yang jauh lebih luas dari segala luka.
Dalam riwayat lain disebutkan:
قالَ رسولُ الله ﷺ:
«يقولُ اللهُ تعالى: مَن طَلَبَنِي وَجَدَنِي… وَمَن أَحْبَبْتُهُ قَتَلْتُهُ…»
Artinya: “Allah Ta‘ala berfirman: Barang siapa mencari-Ku, akan menemukan-Ku; barang siapa menemukan-Ku, akan mengenal-Ku; barang siapa mengenal-Ku, akan mencintai-Ku; dan barang siapa Aku cintai, maka Aku akan ‘membunuhnya’ dan Aku menjadi tebusannya.” (Riwayat Abu Hurairah)
Hadits ini menggambarkan perjalanan ruhani yang penuh cahaya: dari pencarian menuju penemuan, dari penemuan menuju pengenalan, hingga akhirnya larut dalam cinta yang meniadakan ego. “Membunuh” di sini bukan kehancuran, melainkan pemurnian — mematikan nafsu duniawi agar hati hanya hidup bersama Allah semata.
Hikmah di Balik Ujian
Ujian bukan azab, melainkan panggilan pulang. Di balik getirnya hidup, tersembunyi rahasia kasih yang tak terbilang.
Beberapa hikmah yang lahir dari ujian antara lain:
1. Menguatkan Iman.
Badai hidup menguji keteguhan hati. Kesabaran menjadi cermin sejati dari keikhlasan iman.
2. Menghapus Dosa.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ…
(رواه البخاري ومسلم)
Artinya: “Tidaklah seorang Muslim tertimpa kelelahan, sakit, kesedihan, gangguan, atau kesusahan bahkan duri yang menusuknya melainkan Allah menghapus sebagian dari dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Meninggikan Derajat.
Semakin berat ujian, semakin tinggi pula kedudukan yang disiapkan Allah bagi hamba yang sabar.
4. Membangunkan Hati yang Lalai.
Sering kali ujian datang bukan untuk menghukum, tetapi untuk menyadarkan. Seperti denting lonceng yang membangunkan jiwa dari tidur panjangnya.
5. Menguatkan Ikatan Ruhani dengan Allah.
Justru di titik terlemah, manusia menemukan kekuatan sejatinya — karena saat itu, ia bersandar hanya kepada Yang Maha Kuat.
Baca Juga:
Rezeki yang Datang Bersama Ujian
Setelah hujan kesedihan reda, akan tumbuh tunas rahmat yang baru.
Siapa yang bersabar, akan melihat bagaimana Allah mengganti sempit dengan lapang, duka dengan ketenangan, dan kehilangan dengan anugerah yang tak terduga.
Rezeki sejati bukan sekadar harta, melainkan ketenangan hati, kesehatan jiwa, keberkahan waktu, dan cinta keluarga yang menyejukkan batin.
Kisah Hikmah: Pemuda yang Dirindukan Allah
Dikisahkan seorang pemuda saleh yang tekun beribadah. Namun tiba-tiba hidupnya berubah: usahanya runtuh, tubuhnya sakit, dan kedua orang tuanya wafat dalam waktu berdekatan. Dalam tangisnya, ia bertanya lirih,
“Ya Allah, mengapa Engkau mengujiku seberat ini?”
Namun ia tetap sujud, meski lututnya gemetar. Ia tetap berzikir, meski dadanya sesak oleh duka.
Hingga suatu malam, dalam tidurnya yang letih, ia bermimpi didatangi seorang alim yang berkata:
“Wahai anak muda, Allah sedang merindukanmu. Ia ingin mendengar suaramu dalam doa, melihat air matamu dalam sujud, dan menyentuh hatimu dengan kasih yang paling halus.”
Ketika terbangun, hatinya lapang. Ia menyadari: ujian bukan tanda jauh, melainkan tanda dekat.
Beberapa waktu kemudian, kesehatannya pulih, rezekinya kembali, dan Allah mempertemukannya dengan pasangan yang salehah. Dari luka tumbuh cinta, dari tangis lahir syukur.
Makna Terdalam dari Cinta Ilahi
Ujian adalah bahasa rahasia Allah hanya hati yang hidup yang mampu membacanya.
Saat kita lalai, Allah memanggil; saat kita jatuh, Allah memeluk; saat kita lemah, Allah menguatkan.
Maka hadapilah setiap cobaan dengan sabar dan yakin, karena firman-Nya:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Artinya: “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5–6)
Hati yang berserah akan menemukan ketenangan yang tak bisa diberikan oleh dunia mana pun.
Dan di sanalah cinta sejati berdiam cinta yang tidak menuntut balasan, selain kedekatan abadi dengan Sang Pencipta.
Baca Juga: Ujian dan Cobaan Kehidupan















