Jejak Fitnah Dan Awal Ujian Bagi Umat Islam
Kisah Sahabat Nabi Ali bin Abi Thalib – Sejarah Islam mencatat bahwa dalam perjuanganya tidak pernah lepas dari yang namanya ujian. Setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ, kemudian para sahabat menghadapi berbagai cobaan yang besar.
Salah satu sahabat mulia yang berada di tengah gelombang fitnah itu adalah Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, sepupu sekaligus menantu dari Rasulullah ﷺ.

Peran Abdullah bin Saba Dalam Perpecahan Umat
Sejarawan telah mencatat bahwa salah satu biang kerok terjadinya fitnah terbesar adalah karena seorang Yahudi dari Yaman bernama Abdullah bin Saba. Ia pura-pura masuk Islam, kemudian ia lalu menyusup ke dalam barisan kaum Muslimin.
Kepemimpinan Ali Di Tengah Gejolak Politik
Dengan kecerdikannya, ia berhasil menghasut sebagian orang, sehingga menyulut kebencian terhadap khalifah Utsman bin Affan hingga berujung pada tragedi terbunuhnya beliau. Setelah itu, ia juga menebar fitnah terhadap Ali, yang pada saat itu umat Islam semakin terpecah.
Di masa kepemimpinan Ali radhiallahu ‘anhu, pada saat itu keadaan politik semakin memanas. Banyak dari kaum muslimin yang ingin menuntut balas atas terbunuhnya Utsman.
Munculnya Aliran Syiah Dan Sikap Berlebihan Terhadap Ali
Sementara di sisi lain muncul kelompok-kelompok yang malah justru memanfaatkan situasi tersebut untuk memecah belah umat. Dari sinilah awal mula cikal bakal lahirnya aliran-aliran yang kelak kita kenal sebagai Syiah.
Ali sendiri adalah sosok yang penuh dengan keutamaan. Sejak kecil ia hidup bersama Nabi ﷺ, bahkan termasuk orang pertama yang memeluk agama Islam. Rasulullah ﷺ sendiri yang secara langsung mendidik Ali, memberinya ilmu, bahkan sampai memanggil Ali dengan julukan mesra Abu Turab.
Baca Juga:

Kisah Sahabat Utsman bin Affan (Part 5)- Selesai https://sabilulhuda.org/kisah-sahabat-utsman-bin-affan-part-5-selesai/
Namun sayangnya, sebagian orang yang mengaku mencintai Ali justru mereka berlebihan. Mereka mengangkatnya ke derajat yang tidak pernah Allah tetapkan, bahkan ada yang meyakini bahwa wahyu seharusnya turun kepada Ali, bukan Nabi Muhammad ﷺ.
Inilah awal dari kesesatan sebagian kelompok Syiah yang terus berkembang hingga sekarang ini.
Sikap Ahlus Sunnah Dalam Mencintai Ali
Di sisi lain, Ahlus Sunnah wal Jama’ah menegaskan bahwa mencintai Ali adalah bagian dari iman. Namun kecintaan itu harus dilandasi dengan ilmu dan riwayat yang sahih. Bukan hanya dongeng atau cerita yang palsu.
Mereka (Ahlus Sunnah Wal jamaah) menghormati Ali sebagaimana mereka menghormati para sahabat yang lainnya, tanpa merendahkan, juga tanpa mengkultuskan.
Pelajaran Dari Sejarah: Hati-hati Terhadap Propaganda
Pelajaran yang besar dari sejarah ini adalah bagaimana umat Islam itu diuji dengan fitnah di internalnya. Fitnah itu kadang lebih berbahaya daripada serangan dari luar, sebab ia dapat merusak dari dalam tubuh umat itu sendiri.
Ali bin Abi Thalib, dengan segala keutamaannya, menjadi sosok teladan dalam menghadapi ujian besar ini. Ia tetap tegak menjaga persatuan umat, meskipun beliau harus menghadapi berbagai fitnah dan tuduhan.
Sejarah ini mengajarkan kita untuk selalu berhati-hati. Jangan mudah terprovokasi oleh isu atau propaganda, sebagaimana dahulu umat terpecah karena hasutan segelintir orang.
Dan yang paling penting, mencintai sahabat Nabi harus dengan cara yang benar: adil, seimbang, dan berdasarkan ilmu.
Baca Juga: Kisah Sya’ban, Sahabat Nabi yang Menyesal Saat Sakaratul Maut













