Kisah Sahabat Utsman bin Affan (Part 5)- Selesai

Ilustrasi bergaya kartun islami menampilkan Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu sedang membaca mushaf Al-Qur’an dengan tenang, sementara sekelompok pemberontak mengepung rumahnya.
Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu tetap sabar membaca Al-Qur’an meski rumahnya dikepung oleh para pemberontak.

Tragedi Wafatnya Sang Khalifah Dan Warisan Besar Untuk Umat

Kisah Sahabat Utsman bin Affan – Setelah beliau melewati perjalanan yang panjang dan juga penuh dengan ujian, kehidupan Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berakhir dengan peristiwa yang sangat menyedihkan. Beliau wafat dalam keadaan syahid di rumahnya.

Beliau syahid karena terbunuh oleh para pemberontak yang juga termakan fitnah. Kisah ini bukan hanya sebagai tragedi politik, tetapi juga menjadi pelajaran yang besar tentang kesabaran, iman, dan keteguhan seorang pemimpin.

Ilustrasi bergaya kartun islami menampilkan Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu sedang membaca mushaf Al-Qur’an dengan tenang, sementara sekelompok pemberontak mengepung rumahnya.
Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu tetap sabar membaca Al-Qur’an meski rumahnya dikepung oleh para pemberontak.

Awal Mula Pengepungan

Karena fitnah yang terus disebarkan pada akhirnya fitnah tersebut berhasil mempengaruhi sebagian orang. Mereka lalu datang dari berbagai daerah, kemudian mereka mengepung rumah Utsman di Madinah.

Pada awalnya, para sahabat ingin membela sang khalifah dengan pedang, namun Utsman sendiri justru  melarangnya.

Beliau berkata, “Aku tidak ingin ada darah dari kaum muslimin yang tertumpah karena diriku.” Kalimat ini menunjukkan betapa lembutnya hati beliau, ia lebih memilih mengorbankan dirinya daripada membuat perang saudara di tengah umat.

Hari-Hari Terakhir

Selama pengepungan, Utsman tetap sabar. Beliau kemudian memperbanyak dalam membaca Al-Qur’an, berdoa, dan menyerahkan segalanya kepada Allah.

Bahkan pada malam harinya  sebelum wafat, beliau bermimpi bertemu Rasulullah ﷺ, Abu Bakar, dan Umar. Dalam mimpi itu, mereka berkata, “Wahai Utsman, besok engkau akan berbuka bersama kami.”

Mimpi itu menjadi pertanda bahwa ajalnya sudah semakin dekat.

Baca Juga:

Detik-Detik Syahid

Pada hari Jumat, para pemberontak akhirnya menerobos masuk ke rumah Utsman. Mereka kemudian menebas beliau ketika sedang membaca Al-Qur’an. Tetesan darah beliau  sampai terjatuh di atas mushaf pada ayat:

فَاِنْ اٰمَنُوْا بِمِثْلِ مَآ اٰمَنْتُمْ بِهٖ فَقَدِ اهْتَدَوْاۚ وَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّمَا هُمْ فِيْ شِقَاقٍۚ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللّٰهُۚ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُۗ ۝١

Artinya: “Jika mereka telah mengimani apa yang kamu imani, sungguh mereka telah mendapat petunjuk. Akan tetapi, jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (denganmu).

Maka, Allah akan mencukupkanmu (dengan pelindungan-Nya) dari (kejahatan) mereka. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 137).

Dengan demikian, Utsman syahid dalam keadaan terbaik yaitu ketika beliau sedang beribadah, berzikir, dan bersandar pada kalam Allah.

Dampak Tragedi

Dengan wafatnya Utsman ini maka dunia islam menjadi terguncang. Perpecahan mulai bermunculan, dan api fitnah semakin membesar. sehingga melahirkan peristiwa-peristiwa berdarah, termasuk Perang Jamal dan Perang Shiffin.

Sejarah mencatat, pada masa itu adalah salah satu fase paling sulit dalam perjalanan bagi umat Islam.

Namun, semua itu tidak dapat mengurangi keistimewaan dan kemuliaan Utsman. Justru kisah hidupnya beliau menjadi teladan bagi para generasi setelahnya.

Warisan Besar Utsman

Meskipun beliau wafat dengan cara yang tragis, tetapi warisan Utsman bin Affan sangatlah besar:

1. Kodifikasi Al-Qur’an

Berkat dari kebijaksanaan beliau, sehingga mushaf Al-Qur’an yang kita baca hingga kini tetap seragam dan terjaga. Ini adalah jasa terbesar yang akan selalu di kenang sepanjang zaman.

2. Keteladanan dalam kedermawanan

Kisah-kisah tentang sedekahnya Utsman terus menginspirasi, mulai dari membeli sumur Raumah hingga menyumbang besar pada saat Perang Tabuk.

3. Kesabaran luar biasa

Beliau mengajarkan bahwa seorang pemimpin sejati itu ia rela berkorban demi persatuan umat, bahkan jika harus kehilangan nyawanya.

Semoga kita bisa meneladani adari sifat-sifatnya mulai dari kedermawanan, kesabaran, keteguhan iman, dan keberanian dalam menghadapi fitnah.

Dengan begitu, kita bisa menjadi muslim yang bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tapi juga tentunya bagi banyak orang.

Baca Juga: Jabal Uhud Saksi Bisu Perang Uhud