Pendahuluan
Kisah Asal Usul Trenggalek Cerita Rakyat Dari Jawa Timur – Cerita rakyat dari tanah Jawa selalu menyimpan makna yang mendalam. Salah satunya adalah legenda asal usul Trenggalek, sebuah daerah di Jawa Timur yang hingga kini dikenal subur dan kaya akan nilai budaya.
Kisah ini tidak hanya bercerita tentang cinta, pengorbanan, dan kesetiaan, tetapi juga tentang bagaimana sebuah nama lahir dari peristiwa besar yang diwariskan turun-temurun.
Putri Majapahit Yang Bernama Saraswati
Putri satu-satunya Majapahit yang menderita penyakit aneh.
Alkisah pada masa kejayaan Majapahit, raja hanya memiliki seorang putri bernama Raden Ayu Saraswati. Cantik jelita, namun sayang ia menderita penyakit aneh. Tubuhnya mengeluarkan bau amis yang begitu menyengat hingga semua orang terpaksa menutup hidung saat berada di dekatnya.
Sang prabu sudah berusaha keras menyembuhkan putrinya. Tabib dari berbagai negeri didatangkan, tetapi tak seorang pun berhasil menemukan obatnya. Hingga akhirnya sang patih memberi saran agar putri ditempatkan di Padepokan Sinawang, di wilayah barat kerajaan. Sang raja pun setuju.
Di padepokan itulah Saraswati diterima dengan penuh hormat oleh Ki Ageng Sinawang. Namun karena baunya yang menyengat, para murid menjulukinya Rara Amis. Meski begitu, ia tetap dirawat dan diajak berendam di Sungai Bagong untuk mengurangi penyakitnya. Sayangnya, bau amis itu tak kunjung hilang.

Pertemuan Dengan Pemuda Misterius
Muncul pemuda tampan bernama Sraba yang menawarkan kesembuhan
Pada hari ke-40 Saraswati berendam, muncul seorang pemuda tampan bernama Sraba. Ia mendekati sang putri dan berkata sanggup menyembuhkannya dengan satu syarat: Saraswati harus bersedia menjadi istrinya. Karena putus asa, Saraswati pun menyetujui.
Sraba kemudian menunjukkan kesaktiannya. Air sungai yang semula tenang mendadak bergolak, namun bukannya panas, justru terasa sejuk di kulit. Ajaib, seketika bau amis di tubuh Saraswati lenyap. Sesuai janji, keduanya menikah secara sederhana di padepokan dengan restu sang prabu.
Rahasia Sang Suami Sraba Si Buaya Putih
Sraba pamit pergi, meninggalkan pesan menamai anaknya Menak Sopal
Waktu berjalan, Saraswati mengandung. Sraba berpesan agar istrinya tidak melanggar dua hal: jangan mengambil jemuran sebelum senja, dan jangan masuk ke tempat pertapaannya. Namun, rasa rindu membuat Saraswati nekat melanggar. Ia masuk ke tempat pertapaan dan terkejut menemukan seekor buaya putih.
Buaya itu berkata, “Jangan takut, aku Sraba, suamimu. Aku sebenarnya adalah penguasa Sungai Bagong.” Karena janji di langgar, Sraba kembali ke wujud aslinya. Sebelum menghilang, ia berpesan, bila anak mereka lahir laki-laki, namailah Menak Sopal.
Benarlah, beberapa waktu kemudian lahirlah Menak Sopal. Bayi itu memancarkan cahaya setiap malam, tanda bahwa kelak ia menjadi pemuda luar biasa.
Menak Sopal Dan Bendungan Sungai Bagong
Menak Sopal tumbuh cerdas dan berhati mulia. Ia menguasai ilmu sakti peninggalan ayahnya, salah satunya malih rupo, kemampuan mengubah wujud menjadi harimau besar.
Suatu hari warga sekitar Padepokan Sinawang mengalami kekeringan. Air sungai menipis, belik-belik kering, dan pertengkaran sering terjadi hanya untuk mendapatkan air. Menak Sopal bertekad membantu rakyat dengan membangun bendungan di Sungai Bagong.
Baca Juga:

Legenda Asal Usul Indramayu! Cerita Rakyat Dari Jawa Barat https://sabilulhuda.org/legenda-asal-usul-indramayu-cerita-rakyat-dari-jawa-barat/
Namun, bendungan yang di bangun selalu roboh setiap malam. Dengan mata batin, Menak Sopal mengetahui penyebabnya: seekor buaya putih raksasa merusak bendungan. Buaya itu menuntut sesajen berupa kepala gajah putih agar berhenti mengganggu.
Demi kepentingan rakyat, Menak Sopal meminjam gajah putih milik Mbok Rondo Krandon. Setelah tiga hari, gajah itu disembelih dan kepalanya di lemparkan ke sungai. Ajaib, bendungan kokoh berdiri dan air kembali melimpah. Rakyat bersyukur, ladang dan sawah mereka pun terairi kembali.
Amarah Mbok Rondo Krandon
Sayangnya, Menak Sopal lupa mengembalikan gajah putih itu. Merasa ditipu, Mbok Rondo memimpin warga menyerbu Padepokan Sinawang. Di tengah jalan, mereka bertemu Menak Sopal. Saat ditanya, dengan jujur ia mengaku gajah putih sudah di sembelih demi kepentingan bendungan.
Awalnya Mbok Rondo murka, namun setelah mendengar penjelasan Ki Ageng Sinawang, hatinya luluh. Ia rela mengikhlaskan gajah putih kesayangannya demi kesejahteraan rakyat. Ketulusan hatinya di sebut oleh Ki Ageng sebagai “teranging penggalih” yang berarti kebesaran hati.
Dari Teranging Penggalih Menjadi Trenggalek
Kata “teranging penggalih” inilah yang kelak menjadi nama daerah tersebut. Seiring perjalanan waktu, sebutan itu berubah lidah menjadi Trenggalek. Hingga kini, daerah di Jawa Timur itu masih menyimpan kisah legendaris tentang Menak Sopal, bendungan Bagong, dan pengorbanan besar demi kemaslahatan masyarakat.
Nilai Moral Dari Cerita Asal Usul Trenggalek
Legenda ini memberikan banyak pelajaran berharga:
- Kesetiaan pada janji: seperti Saraswati yang berjanji pada Sraba.
- Pengorbanan untuk orang banyak: Menak Sopal rela menyembelih gajah putih demi kesejahteraan rakyat.
- Keikhlasan hati: Mbok Rondo yang akhirnya merelakan gajah putihnya, meski awalnya marah.
Kisah asal usul Trenggalek bukan sekadar dongeng pengantar tidur, melainkan warisan leluhur yang menyimpan pesan tentang cinta, pengorbanan, dan kebesaran hati.
Baca Juga: Dongeng Anak ala Rasulullah