7 Peta Jalan Hidup Manusia Dari Lahir Hingga Wafat (Part 1) – Setiap manusia pastinya memiliki kisah yang tak pernah sama, namun garis besarnya serupa yaitu mereka lahir, tumbuh, berjuang, lalu berpulang. Di balik perjalanan itu, tersimpan sebuah peta kehidupan yang Allah telah tetapkan jauh sebelum kita menatap dunia.
Dalam Surah Al-A’raf dan Al-Isra’, Allah menggambarkan tujuh fase dari perjalanan Bani Adam ini. Yaitu sebuah peta jalan yang menuntun manusia dari awal penciptaan hingga mereka kembali pada-Nya.
Inilah renungan tentang empat fase pertama, sebagai pengingat bahwa kita hidup di dunia ini bukan hanya sebagai perjalanan waktu, tetapi juga sebuah perjalanan yang nantinya akan kita pertanggung jawabkan.
Fase Pertama Tentang Janji Ruh
Sebelum jasad kita ini terbentuk, ruh kita telah bersaksi di hadapan Allah. أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ (Bukankah Aku Tuhanmu?) Kita semua menjawab, بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ. Itulah momen pertama kali kehidupan spiritual dari manusia. Janji itu menjadi sebuah pondasi iman kita, sebagai titik awal dari hubungan antara hamba dan Rabb-nya.
Baca Juga:

Rumus Menenteramkan Hati Ketika Masalah Dan Ujian Datang https://sabilulhuda.org/rumus-menenteramkan-hati-ketika-masalah-dan-ujian-datang/
Namun, saat kita lahir ke dunia ini, memori itu hilang dari ingatan. Maka setiap kali kita sujud, berdoa, serta setiap kali kita menangis karena penyesalan sejatinya adalah upaya untuk mengingat kembali perjanjian yang agung tersebut.
Maka hidupnya seseorang yang penuh dengan makna itu hanyalah kehidupan yang mana mereka itu sadar akan janjinya bahwa kita berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
Fase Kedua Tentang Kelahiran Dan Amanah
Ketika bayi itu lahir dan pertama kali ia menangis, itu bukan hanya sebatas refleks dari tubuhnya sendiri. Tetapi itu menjadi tanda bahwa sebuah amanah besar baru saja ia mulai. Kita diturunkan ke bumi ini dengan misi mulia yaitu menjadi khalifah, penjaga kebaikan, dan penyebar rahmat bagi sesama.
Setiap napas kita ini membawa pesan bahwa hidup bukan hanya untuk bertahan, tetapi juga untuk menjalankan sebagai peran yang Allah titipkan. Namun dengan seiring waktu yang berjalan, dunia dengan segala gemerlapnya sering kali membuat manusia itu lupa akan fitrahnya.
Padahal, menjaga fitrah itu berarti menjaga kemurnian hati agar selalu tunduk dan taat kepada Sang Pencipta.
Fase Ketiga Tentang Pencarian Dan Pembelajaran
Fase ini adalah fase masa ketika manusia itu sudah mulai mengenal dirinya sendiri dan juga dunia. Di masa anak-anak hingga remaja, kita banyak belajar, meniru, dan mencari arah. Di sinilah ujian pertama kali itu muncul ketika akal mulai bertanya dan hati mulai berkehendak.
Banyak orang dan mungkin bisa kita juga yang tersesat oleh rayuan dunia, terjebak dalam kesenangan semu, lupa bahwa petunjuk sudah Allah turunkan melalui Al-Qur’an dan akal.

Konsep Rezeki Yang Sesungguhnya Dalam pandangan Islam https://sabilulhuda.org/konsep-rezeki-yang-sesungguhnya-dalam-pandangan-islam/
Masa muda sejatinya adalah waktu yang paling berharga, karena di sanalah arah hidup itu mulai terbentuk. Jika kita isi dengan ilmu dan ketaatan, maka langkah-langkah berikutnya akan lebih ringan menuju ridha-Nya.
Fase Keempat Adalah Masa Tanggung Jawab
Ketika manusia beranjak dewasa, kemudian Allah percayakan peran dan tanggung jawabnya yaitu sebagai anak, suami, istri, pemimpin, sahabat, dan anggota masyarakat. Hidup tak lagi tentang “apa yang aku mau”, tetapi “apa yang Allah kehendaki dariku”.
Di titik ini, ujian akan datang melalui harta, jabatan, dan cinta. Sebagian orang akan tergelincir dalam kesombongan, sebagian lagi belajar cara menundukkan diri sendiri. Maka siapa yang kuat memegang amanahnya dengan keikhlasan, akan menemukan ketenanganyang sejati, tetapi siapa yang goyah, maka mereka akan kehilangan arah hidupnya.
Renungan ini mengingatkan kepada kita bahwa hidup ini bukan sebagai perjalanan yang tanpa tujuan. Setiap fase adalah bagian dari peta yang Allah berikan, peta menuju perjumpaan yang abadi dengan-Nya.
Maka, setiap langkah yang kita lakukan, sekecil apa pun, hendaknya itu menjadi bagian dari perjalanan pulang dengan selamat. Karena sejatinya, kita semua hanyalah musafir di bumi ini, yang sedang menapaki jalan pulang menuju Sang Pencipta.
Baca Juga: Makna Keimanan dan Ketakwaan











