Sabilulhuda, Yogyakarta: 5 Tips Menahan Marah Pada Anak Agar Hubungan Tetap Harmonis – Setiap orang tua pasti pernah merasa kesal pada anaknya. Hal ini biasanya karena orang tua sedang merasakan lelah, stres, atau urusan rumah tangga yang dapat membuat emosi itu mudah meledak.
Namun, dengan sering marah kepada anaknya bukan hanya membuat hubungan antara orang tua dan anak menjadi renggang.
Tetapi juga bisa memengaruhi kondisi psikologis dan perkembangan otak anaknya. Karena itu, penting sekali bagi orang tua untuk belajar menahan marah dan mengelola emosi pada dirinya dengan bijak.
Menurut Dr. Aisyah, seorang praktisi psikologi keluarga, ketika anak itu sering dimarahi, dibentak, atau dicubit, maka terjadi loncatan listrik yang terlalu cepat di otak mereka.
Hal ini bisa membuat “kabel-kabel” saraf di otak anak menjadi hangus dan dalam jangka panjang dapat menurunkan kecerdasan serta memengaruhi kestabilan emosinya. Maka, langkah pertama dalam mendampingi anak adalah belajar berhenti marah.
Beberapa Tips Yang Mudah Dilakukan Orang Tua Agar Tidak Marah Kepada Anaknya
Baca Juga:

Anak Adalah Cerminanan Dari Orang Tuanya https://sabilulhuda.org/anak-adalah-cerminanan-dari-orang-tuanya/
1. Sadari Dampaknya, Kemudian Tarik Napas Sebelum Bereaksi
Sebelum marah, orang tua sebaiknya berhenti sejenak dan tarik napas dalam-dalam. Sadari bahwa setiap amarah yang dikeluarkan bisa meninggalkan bekas di hati dan otak anak.
Coba tunda reaksi marah itu dengan hitungan lima detik, lalu ucapkan sesuatu yang menenangkan pada anaknya misalnya, “Ibu butuh waktu sebentar ya.” Dengan begitu, anak tahu bahwa orang tuanya sedang menenangkan diri, bukan menolaknya.
2. Rencanakan Pekerjaan Pada Hari Berikutnya Sejak Malam Sebelumnya
Sering kali, amarah itu muncul karena orang tua kewalahan dengan rutinitas yang berantakan. Maka salah satu cara untuk mencegah stres adalah dengan membuat perencanaan sebelum tidur. Tuliskan hal-hal penting yang perlu dilakukan keesokan harinya: mana yang genting, mana yang bisa ditunda.
Dengan perencanaan yang jelas, pikirannya akan menjadi lebih tenang dan energi emosional bisa terjaga.
Dr. Aisyah juga menekankan pentingnya urutan prioritas:
- Urusan suami atau pasangan
- Urusan anak
- Baru urusan rumah tangga lainya
Dengan urutan ini, fokus dan tanggung jawab orang tua terutama bagi bunda menjadi lebih seimbang, sehingga emosi pun lebih terkendali.
Baca Juga:

Karakteristik Anak Generasi Alfa & Cara Mendidik Di Era Serba Gadget
https://sabilulhuda.org/karakteristik-anak-generasi-alfa-cara-mendidik-di-era-serba-gadget/
3. Belajar Meminta Maaf Dengan Tulus
Jika amarah sudah terlanjur keluar, jangan ragu untuk meminta maaf kepada anaknya. Tapi jangan asal berkata “maaf ya,” tanpa menjelaskan sebabnya. Karena anak zaman sekarang ini perlu tahu konteksnya agar otaknya bisa “memperbaiki” memori negatif itu. Misalnya, katakan:
“Nak, bunda minta maaf ya waktu itu bunda teriak karena takut kamu jatuh dari tempat tidur.”
Dengan cara ini, anak akan mengingat bahwa ibunya bukan marah karena benci, tapi karena khawatir dan sayang. Inilah bentuk sederhana dari self-healing dalam hubungan orang tua dan anak.
4. Tanamkan Niat Bahwa Mengasuh Anak Adalah Ibadah
Ingatlah bahwa setiap langkah kita untuk mendidik anak adalah bagian dari ibadah. Mengajarkan anak membaca doa, berbuat sopan, atau membantu di rumah, semuanya itu akan menjadi amal jariyah bagi orang tuanya. Ketika niatnya sudah benar, maka hati menjadi lebih ringan, dan marah pun perlahan reda.
5. Terus Belajar Dan Mengenali Watak Anak
Setiap anak memiliki watak yang berbeda. Ada yang sensitif, ada yang aktif, ada pula yang mudah tersinggung. Dengan mengenali wataknya, orang tua lebih mudah menyesuaikan diri cara berkomunikasi kepada anaknya tanpa harus marah.
Banyak sumber belajar gratis di internet yang bisa membantu dalam memahami karakter anak dan cara mendidiknya dengan lebih efektif.
Baca Juga: PRINSIP DALAM MENDIDIK ANAK












